Tuesday, May 16, 2017

Dahsyatnya 10 Kekuatan Manusia by Zhuge Liang

💟 *Zhuge Liang* 💟
( Tokoh jenius & hebat )

Selama menjadi penasihat, *Zhuge Liang*, di *Zaman Sam Kok* / Tiga Kerajaan)  pernah menulis sebuah surat kepada anaknya. Isi surat yang *ditulis 1.800 tahun yang lalu* itu sarat dengan dengan kebijakan yang tak lekang oleh waktu dan perubahan, diantaranya berisi *tentang*
🔺Dahsyatnya *10 Kekuatan Manusia* yaitu:

*( 1 ) Kekuatan Keheningan*

🔺Keheningan membantu kita *menenangkan diri*untuk menjernihkan pikiran. Ia menjelaskan bahwa suasana hening membantu kita melakukan *introspeksi* diri, *mengevaluasi* segala tindakan, dan *menumbuhkan tekad* untuk memperbaiki diri. Ia juga menegaskan bahwa *kunci keberhasilan* dalam belajar adalah keheningan, sebab dalam keheningan kita dapat menelusuri apa sebenarnya *visi dan misi* hidup kita.

*( 2.) Kekuatan Hidup Hemat*

🔺  *Zhuge Liang* memberikan petunjuk bahwa hidup bersahaja akan menyelamatkan diri kita agar tidak *diperbudak* oleh materi. Hidup *sederhana* menurut sang penasihat ini membentuk diri kita menjadi manusia yang lebih *bermoral* Jangan *terseret* dalam pola hidup boros, sebab *pola hidup boros* suatu saat dapat mengubur kita ke dalam tumpukan hutang dan *puing-puing kehancuran*.

*( 3 ) Kekuatan Membuat Perencanaan*

🔺Dalam surat-surat itu *Zhuge Liang* menegaskan tentang pentingnya merencanakan hidup. *_Fail to plan means plan to fail_*  (Gagal merencanakan *berarti*merencanakan untuk gagal) .

🔺Dengan melakukan *perencanaan yang baik*, maka kita akan dapat menempatkan *prioritas* dengan baik pula. Sebaliknya, *tanpa perencanaan yang baik* akan selalu membuat kita gagal menyelesaikan apapun yang kita kerjakan.

*( 4.) Kekuatan Belajar*

🔺 *Zhuge Liang* dalam suratnya menyebutkan bahwa keheningan memaksimalkan pencapaian hasil dari tujuan *belajar* Ia meyakini bahwa kemampuan manusia  *bukan berasal dari pembawaan sejak lahir,* melainkan merupakan hasil dari *proses* pembelajaran yang dilakukan dengan *konsisten*. Oleh sebab itu ia menyarankan agar kita tak pernah berhenti *belajar* sampai kapanpun / (TUA) Sementara dalam *proses* pembelajaran, *kerendahan hati* akan sangat membantu kita menyerap dengan mudah *ilmu pengetahuan* yang dibutuhkan.

*( 5.) Kekuatan Nilai Tambah*

🔺Nasihatnya ini menekankan kita agar lebih banyak *memberi* karena hal itu akan membuat kita lebih banyak *menerima*. Oleh sebab itu kita harus berusaha untuk selalu memberikan yang *terbaik* untuk orang lain, diantaranya kepada *keluarga, kerabat, teman, konsumen, mitra bisnis* dan lain sebagainya. Bila kita mampu memberikan sesuatu yang ekstra atau *nilai tambah* terhadap apa yang dibutuhkan orang lain, tentu saja mereka akan *senang* merasa *tersanjung* dan *terpesona*. Tak heran jika selanjutnya mereka ingin selalu menjalin hubungan yang *menguntungkan* bagi kita.

*( 6.) Kekuatan Kecepatan*

Beliau menasihat anaknya agar *tidak menunda-nunda* pekerjaan karena penundaan artinya *menghambat*usaha kita mencapai visi dan misi *secepat  mungkin*. Ia menandaskan agar kita ysegala sesuatu dengan *efektif*dan *efisien* waktu. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kemampuan *memanajemen. waktu*. Jika perlu, satu hal dilakukan bersama-sama dengan *tim* agar *lebih cepat* terselesaikan, *_Alone we can do so little; together we can do so much._* (SENDIRI kita menyelesaikan *sedikit pekerjaan;* BERSAMA kita kerjakan *sangat banyak  pekerjaan*)., kata Hellen Keller

*( 7.) Kekuatan Karakter*

🔺 *Zhuge Liang* menasihati anaknya agar membiasakan diri tidak bersikap *tergesa-gesa*, sebab segala sesuatu memerlukan *proses*. Kehati-hatian dalam *bersikap* dapat membentuk sebuah *karakter* yang utuh. Dalam pepatah bangsa Tionghoa dikatakan, “Diperlukan waktu hanya *10 tahun* untuk menanam dan memelihara sebatang pohon, tapi memerlukan waktu paling sedikit *100 tahun* untuk membentuk sebuah watak manusia yang utuh.”

*( 8 ) Kekuatan Waktu*

🔺Dalam suratnya *Zhuge Liang* menginginkan anaknya *menghargai waktu* Sebab waktu berlalu sangat cepat, tak jarang ikut mengikis semangat dan cita-cita kita. Oleh sebab itu manajemen waktu dengan baik, *jangan pernah* menyia-nyiakan waktu dengan melakukan aktivitas yang *kurang bermanfaat*

*( 9.) Kekuatan Imajinasi*....

🔺 *Zhuge Liang* memberikan *nasihat* supaya kita berpikir jauh ke depan, agar kita tidak *tertinggal oleh zaman* yang terus berkembang. *Imajinasi* tentang masa depan dikatakannya lebih kuat dari *pengetahuan*. Hal ini juga pernah diucapkan oleh Albert Einstein, *_“Imagination is everything. It is the preview of life’s coming attractions._ * Imajinasi*adalah segalanya. Imajinasi adalah penarik realitas yang akan datang

*(10.) Kekuatan Kesederhanaan*

🔺Sang penasihat ini mencontohkan *kekuatan kesederhanaan* dalam setiap surat-suratnya yang singkat dan mudah dimengerti... tetapi sarat tuntunan *hidup positif*. Tidak ada teori atau tuntunan hidup yang *muluk-muluk*, melainkan kebijaksanaan *hidup yang sederhana*. Begitupun jika kita ingin menghasilkan prestasi hidup yang luar biasa, *tak perlu* menggunakan teori yang *rumit*  Sekalipun tindakan atau langkah-langkah yang kita lakukan *sederhana* tetapi jika dilakukan dengan *konsisten* maka kita akan *mudah melakukannya.*

          ---oOo---

Friday, May 12, 2017

Maafmu, menjadi sebab Aku & Kamu masuk Surga


MAAFMU, MENJADI SEBAB AKU & KAMU MASUK SURGA

Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah para sahabatnya, tiba-tiba Rasulullah saw. tertawa ringan sampai-sampai terlihat gigi depannya. Umar r.a. yang berada di di situ, berkata, ‘Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?’

Rasulullah SAW menjawab, ‘Aku diberitahu bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah. Salah satunya mengadu kepada Allah sambil berkata, ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku’.
Allah SWT berkata, ‘Bagaimana mungkin saudaramu ini bisa melakukan itu, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya?’

Orang itu berkata, ‘Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya’.
Sampai di sini, mata Rasulullah SAW berkaca-kaca. Beliau Rasulullah SAW tidak mampu menahan tetesan airmatanya. Beliau menangis. Lalu, beliau Rasulullah berkata, ‘Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosanya’.
Rasulullah SAW  melanjutkan kisahnya.

Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi, ‘Angkat kepalamu..!!' Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata, ‘Ya Rabb, aku melihat di depanku ada tempat yang terbuat dari emas dan istana-istana yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan intan permata. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb? Untuk orang jujur yang mana, ya Rabb? Untuk syahid yang mana, ya Rabb?’
Allah berkata, ‘Istana-istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya’.

Orang itu berkata, ‘Siapakah yang bakal mampu membayar harganya, ya Rabb?’
Allah berkata, ‘Engkau mampu membayar harganya’
Orang itu terheran-heran, sambil berkata, ‘Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?’

Allah berkata...
‘Caranya engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku’.

Orang itu berkata, ‘Ya Rabb, kini aku memaafkannya’

Allah berkata..
'Kalau begitu, ambil tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu’.

Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saw. berkata, ‘Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin’.

Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang shahih.

Pekerjaan hati yg nilainya tinggi di hadapan Allah adalah minta maaf, memberi maaf, dan saling memaafkan.

Semoga lelah kita semua menjadi Manfaat dihari perhitungan nanti....
Amiin YRA

Thursday, May 11, 2017

Pertanyaan Spiritual Presiden Soekarno

Tulisan bagus: Inilah Pertanyaan Spiritual Presiden Soekarno Yang Selama 10 Tahun Belum Terjawab, Akhirnya Dijawab Professor Cerdas Ini

Mungkin ini adalah pertemuan sakral yang dialami oleh Prof. DR. H. Kadirun Yahya, Msc – seorang angkatan 1945, ahli sufi, ahli fisika dan metafisika dan pernah menjabat sebagai rektor Universitas Panca Budi, Medan – dengan Presiden RI pertama Ir. Soekarno.

Ia bersama rombongan saat itu diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar bulan Juli 1965) bersama dengan Prof. Ir. Brojonegoro (alm), Prof. dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, Kapolri, Duta Besar Belanda.

“Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh 3 Profesor-Profesor” kelakar Ir. Soekarno membuka dialog ketika menemui rombongan Prof. Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk.
“Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, terkesan khusus.

“Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk iets vragen (saya dengar tentang engkau sudah sejak 4 tahun, tapi baru sekarang aku ketemu engkau, sebenarnya ada sesuatu yang akan aku tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dengan bahasa Belanda.
“Ya, tentang apa itu Bapak Presiden…?”
“Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun, saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu jawaban yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak memuaskan saya.”
“Lantas soalnya apa bapak Presiden?”
“Saya bertanya terlebih dahulu tentang yang lain, sebelum saya majukan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno.
“Baik Presiden” kata Prof. Kadirun Yahya
“Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau Jenderal atau Profesor dibanding dengan sorga?” tanya Presiden. “Sorga” jawab Prof.Kadirun Yahya.
“Accoord (setuju)”, balas Presiden terlihat lega.
Menyusul Presiden bertanya untuk soal berikutnya. “Lantas manakah yang lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi dibanding dengan pangkat sorga?” tanyanya.

“Untuk Presiden, Jenderal, Profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan ber-abdi pada Negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapatkan sorga harus berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan menurut agama Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan berabdi, baru barangkali dapat masuk Nirwana,” jawab Prof. Kadirun.

“Accoord”, kata Bung Karno (panggilan akrab Presiden).
“Nu heb ik je te pakken Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau Profesor)” lanjut Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. “Saya cerita sedikit dulu” kata Bung Karno.
“Silakan Bapak Presiden”.
“Saya telah melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir semuanya matinya jelek karena banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Al-Quran dan Al-Hadits bagaimana caranya supaya dengan mudah hapus dosa saya dan dapat ampunan dan bisa mati tersenyum.”

“Lantas saya ketemu dengan satu Hadits yang bagi saya berharga. Bunyinya kira-kira sebagai berikut : Rasulullah berkata; Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yang berisikan air dan memberi minum anjing yang kehausan itu. Rasul lewat dan berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat. Ia ahli sorga”.

“Nah Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan sorga harus berkorban segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dapat masuk sorga. Itupun barangkali. Sementara sekarang seorang wanita yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli sorga. How do you explain it Professor?” Tanya Bung Karno lanjut. Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak langsung menjawab. Ia hening sejenak. Lantas berdiri dan meminta kertas.

“Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien (Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan memuaskan”, katanya.
Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika.
Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya.
10/10 = 1 ;
“Ya” kata Presiden.
10/100 = 1/10 ; “Ya” kata Presiden.
10/1000` = 1/100 ;
“Ya” kata Presiden.
10/10.000 = 1/1000 ;
“Ya” kata Presiden.
10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
1000.000 … / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0;
“Ya” kata Presiden.
Dosa / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
Nah…” lanjut Prof,
1 x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden
½ x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
1 zarah x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
“… ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar.”
“Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.
Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah dia jawabannya Presiden)” jawab Profesor.

Bung Karno diam sejenak . “Geweldig (hebat)” katanya kemudian. Dan Bung Karno terlihat semakin penasaran.
Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana agar dapat hubungan dengan Tuhan?” katanya.
Profesor Kadirun Yahya pun lanjut menjawabnya. “Dengan mendapatkan frekuensi-Nya. Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan.”
“Lihat saja, walaupun 1 mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga dengan Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati”, jelasnya.
“Bagaimana agar dapat frekuensi-Nya, sementara kita adalah manusia kecil yang serba kekurangan ?” tanya Presiden kemudian.
“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof.
“Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya : Bahwasanya Al-Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya.r.a), lanjutnya.

Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS.Al-Hijr :29 – Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”.
“Nur Illahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka jelas kita akan dapat frekuensi dari Allah SWT”, kata Prof.

Prof melanjutkan, “Lihat saja sunnatullah, hanya cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yang sampai pada matahari melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang sampai matahari, walaupun ‘edelgassen’ seperti : Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain. Semua vacuum!

Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dapat dilihat”.
“Namun cahaya matahari, bukanlah matahari – cahaya matahari adalah getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Huygens)”, jelas Prof.
Prof menyimpulkan, “Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yang mendapat Nur Illahi dalam dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi.”
“Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya Presiden. “
Prof menjawab, “Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu akan mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah SWT.

–Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang – (HR. Abu Daud dan An-Nasay).
Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih : “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku”.
Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Sejurus kemudian, dengan merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon : “Profesor, doakan saya supaya dapat mati dengan tersenyum dibelakang hari nanti"
......