Monday, October 23, 2017

Re-imagine Yourself and Re-invest yourself

*Fuji Film berubah menjadi pemasok bahan kecantikan dunia*

RE-IMAGINE yourself, RE-INVENT yourself

Beberapa bulan yang lalu saya ikut kuliah terbuka di INSEAD, Paris. Dan professornya sharing tentang bagaimana sebuah perusahaan harus terus menerus "re-inventing" dirinya sendiri.
Kita semua tahu nasib Kodak, sebuah perusahaan yang gagal re-invent dirinya sendiri, dan kita semua tahu nasib tragis yang dialami perusahaan besar tersebut.
Ternyata besarnya perusahaan, banyaknya uang yang dimiliki, dan kesuksesan masa lalu sebuah perusahaan sama sekali tidak menjamin kesuksesan dan keberlangsungan sebuah perusahaan di masa depan!

Kemudian profesor itu bertanya,"Apakah anda tahu apa yang terjadi dengan Fuji Film?"
Ternyata di antara peserta banyak yang tidak tahu.
Well, kita semua sih tahu bahwa dulu Fuji Film juga berjaya, bahkan pada tahun 1980-an hampir di semua praparan di Jakarta selalu ada toko berwarna hijau bernama Fuji Image Plaza tempat kita mencetak foto foto kita. Kebayang gak, profit yang mereka hasilkan dari situ?
Cuma ternyata orang lama lama tidak mencetak lagi. Di Indonesia kita tidak lagi melihat banyak toko Fuji Image Plaza, pelan pelan mulai tutup satu per satu. Tetapi bagaimana dengan Fuji Film di Jepang? Apakah mereka bangkrut? Ternyata tidak! Profit mereka masih tinggi! How they did it? They re-invent themselves. Mereka melahirkan diri mereka sendiri.
Mereka tahu mereka punya product andalan, tinta kimia untuk mencetak foto. Tetapi mereka juga melakukan penelitian yang intensive agar foto foto itu tahan lama. Ada sebuah cairan kimia yang mampu mengawetkan foto foto itu. Dan ternyata dengan sedikit modifikasi, zat kimia itu bisa untuk mengawetkan kulit dan menjadi bahan untuk product kosmetika.
And ... voila!
Sekarang profitnya Fuji berkembang terus karena mereka menjadi pemasok utama perusahaan-perusahaan kosmetik dunia. Ini adalah sebuah contoh bagaimana sebuah perusahaan bisa "re-inventing itself". Dan sekarang mereka survive , sukses dan berjaya.
That's the difference between a great company and others, they can re-invent themselves.
Ada pepatah mengatakan,"Kita tidak bisa mengendalikan badai yang akan menyerang kapal kita, tapi kita bisa menyesuaikan layar yang kita punya"
Pelan atau lembat, disruption pasti datang, bisnis anda akan terganggu, itu pasti, dan anda tidak bisa mencegah, mengontrol atau mengendalikan itu.
Yang bisa anda kontrol adalah bagaimana anda menghadapi disruption tersebut.
Dalam contoh di atas, Fuji mampu re-invent themselves dan akhirnya mereka mampu survive dan sukses terus!
Remember, sometimes you need to re-invent yourself to ensure your future success!

Contoh lain? 

Garmin dulunya sukses dengan menjual alat navigasi GPS untuk mobil mewah, pada saat navigasi GPS software bisa didownload gratis, mereka re-invent dan sekarang menjual gadget untuk fitness, sukses luar biasa dan profit naik!

Nokia?

Anda pikir mereka sudah almarhum? Think again!
Pada saat bisnis handphone mereka menurun drastis, mereka jual bisnis itu ke Microsoft, dan mereka focus ke network infrastructure (BTS, Switching ...etc). Sekarang Nokia network infrastructure berjaya , menjadi one of the market leader, bahkan membeli Motorola, Siemens, Alcatel dan Lucent!
They re-invent themselves!
By the way, itu bukan pertama kalinya mereka melakukan itu , Nokia dulunya adalah perusahaan yang memproduksi kayu dan hasil hutan, karet, ban mobil, kemudian mereka re-invent dan memproduksi kertas, kemudian kabel, kemudian TV, handphone dan sekarang mereka berjaya dengan network infrastructure!

HOW about YOU?
Are you ready to re-invent yourself?

Saya dulu berijasah Bachelor dan Master dalam Computer Science, dan saya me- re-invent diri saya sendiri menjadi Human Resources.
Seorang sahabat saya , sebut saja namanya Arini, dulunya adalah Network Planning Engineer di sebuah perusahaan telekomunikasi, sekarang dia re-invent dirinya menjadi seorang Sales Director di sebuah operator telekom besar di negeri ini.
Seorang talent pulang dari Hong Kong dengan ijasah Micro-Biology, dan karena characternya yang hardworker dan quick-learner, saya recruit dia menjadi Management Trainee di Citibank, dan sekarang dia sudah mapan meniti kariernya sebagai banker.
Itu adalah beberapa contoh orang yang berhasil re-invent dirinya sendiri dan re-invent kariernya.
Apapun yang anda kerjakan sekarang, perusahaan apapun di mana anda bekerja sekarang, industry di mana anda bekerja sekarang, tidak ada yang akan terhindar dari disruption yang akan mengganggu bisnis anda, dan kalau anda tidak bersiap siap , karier anda bisa meniru Kodak. Namun kalau anda bersiap-siap dan ready to re-invent yourself, anda bisa menjadi Garmin, Fuji atau Nokia yang terus menerus sukses.

Jadi, apa yang anda bisa lakukan untuk re-invent yourself?
Ikuti kelima langkah di bawah ini ...

1. ANALYSE YOUR CURRENT STRENGTH

Analysa, identifikasi dan catat, sebenarnya kekuatan anda itu di bidang apa? Apakah yang anda mampu lakukan dan lebih jago daripada yang lain?
Apakah itu design? Mengembangkan product baru? Menjual? Meyakinkan customer? Presentasi?  Berkomunikasi? Merancang proses? Mengimplementasikan proses? atau apa? Identifikasi 3 strength anda.

2. DEFINE THE NEW GREEN FIELD THAT YOU WANT TO EXPLORE

Cari bidang baru atau industry baru (di luar profesi atau industry yang anda tekuni sekarang) yang anda bisa explore.
Challenge the status-quo.
Keluarlah dari comfort zone.
Ingat comfort dan progress tidak bisa berjalan bersama.
Kalau anda mau confortable (nyaman), siap siap, anda tidak akan maju.
Kalau anda mau progress (maju), siap siap, perjalanan hidup anda tidak akan comfortable (nyaman).

3. FIND YOUR STRENGTH THAT YOU CAN USE IN THE NEW GREEN FIELD

Nah, dari semua strength yang anda miliki, special skills apa yang anda miliki dan bisa diterapkan di area yang baru.
Saya dulu adalah seorang insinyur, kemudian pada saat saya menemukan strength saya dalam hal presentasi dan komunikasi, maka saya pun berganti menjadi trainer (dalam bidang telekomunikasi), kemudian saya berganti arah lagi menjadi trainer dalam bidang leadeeship, setelah itu menjadi Training and Development Manager, dan kemudian menjadi HR Director!
Sahabat saya Arini adalah Network Planning Manager, ternyata punya strength dalam project management, dia menjadi Project Manager, kemudian dia banyak berpartisipasi dalam Sales Project Management , dan akhirnya menjadi Sales Director!
Temukan strength anda, yang akan anda gunakan sebagai modal anda untuk berkarier di tempat baru.

4. LEARN OTHER KNOWLEDGE NEEDED IN THE GREEN FIELD

Nah, meskipun anda sudah punya asset, tetap saja anda harus belajar skills yang lain yang dibutuhkan .
Meskipun Arini sudah jago dalam sales project management, Arini masih harus belajar bidang bidang sales yang lain.
Meskipun saya sudah menguasai masalah training and development, sebelum saya menjadi HR Director, saya juga harus mempelajari competences yang lain yang juga dibutuhkan.
Remember, we have moved from age to agility. Sekarang bukan lagi kompetensi tentang umur atau pengalaman anda.
Sekarang adalah kompetisi di mana siapa yang lebih banyak belajar dan bekerja keras yang akan memenangkan kompetisi di masa depan.

5. GO ON, BE BRAVE and CHALLENGE YOURSELF ...

OK, sekarang anda sudah siap melangkah, asset anda sudah cukup. Ambil resiko, explore and experiment!
Banyak yang sudah punya mobil yang CC  mesinnya tinggi, dan jago menyetir, tapi gak berani injak pedal!
Takut nabrak!
Life is about taking risks.
Be brave , challenge yourself in a new green field!

Jadi ingat, to reinvent yourself and your career, coba terapkan kelima langkah di bawah ini ...

1. ANALYSE YOUR CURRENT STRENGTH
2. DEFINE THE NEW GREEN FIELD THAT YOU WANT TO EXPLORE
3. FIND YOUR STRENGTH THAT YOU CAN USE IN THE NEW GREEN FIELD
4. LEARN OTHER KNOWLEDGE NEEDED IN THE GREEN FIELD
5. GO ON, BE BRAVE and CHALLENGE YOURSELF ....

tulisan Bpk. Pambudi (share from WA grup)

Thursday, October 19, 2017

Pekerjaan Yang akan hilang akibat Disruption, oleh Rhenald Kasali

.
Kita harus bersiap-siap menghadapi perubahan2 yang begitu cepat :

Inilah Pekerjaan Yang akan Hilang Akibat "Disruption"

Oleh : Rhenald Kasali

Mungkin Anda sempat menerima video tentang Google Pixel Buds. Wireless headphone seharga 159 dollar AS yang akan beredar bulan depan ini, dipercaya berpotensi menghapuskan pekerjaan para penerjemah.

Headphone ini mempunyai akses pada Google Assistant yang bisa memberikan terjemahan real time hingga 40 bahasa atas ucapan orang asing yang berada di depan Anda.
Teknologi seperti ini mengingatkan saya pada laporan PBB yang dikeluarkan oleh salah satu komisi yang dibentuk PBB – On Financing Global Opportunity – The Learning Generation (Oktober 2016).

Dikatakan, dengan pencepatan teknologi seperti saat ini, hingga tahun 2030, sekitar 2 miliar pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan. Tak mengherankan bila mulai banyak anak-anak yang bertanya polos pada orang tua, “mama, bila aku besar, nanti aku bekerja di mana?”
Otot Diganti Robot

Perlahan-lahan teknologi menggantikan tenaga manusia. Tak apa kalau itu membuat kita menjadi lebih manusiawi. Semisal kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift.

Tak hanya di pelabuhan, di supermarket pun anak-anak muda beralih dari tukang panggul menjadi penjaga di control room. Itu sebabnya negara perlu melatih ulang SDMnya secara besar-besaran dan menyediakan pekerjaan alternatif seperti pertanian atau jasa-jasa lain yang masih sangat dibutuhkan.
Tetapi teknologi tak hanya mengganti otot. Manusia juga menggunakan teknologi untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya.

Di sini kita sudah melihat robot dipakai untuk memasuki rumah yang dikuasai teroris dan memadamkan api.

Sekarang kita mendengar tenaga-tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin. 

Pekerjaan di pintu-pintu tol semakin hari memang semakin berbahaya, baik bagi kesehatan (asap karbon kendaraan), keamanan maupun kenyamanan (tak dilengkapi toilet).

Sehingga, memindahkan mereka ke control room atau pekerjaan lain tentu lebih manusiawi.

Tetapi, teknologi juga menggantikan jarak sehingga pusat-pusat belanja yang ramai dan macet tiba-tiba sepi karena konsumen memilih belanja dari genggaman tangannya dan barangnya datang sendiri.

Maka sejak itu kita menyaksikan pekerjaan-pekerjaan yang eksis 20 tahun lalu pun perlahan-lahan akan pudar. Setelah petugas pengantar pos, diramalkan penerjemah dan pustakawan akan menyusul.

Bahkan diramalkan profesi dosen pun akan hilang karena kampus akan berubah menjadi semacam EO yang mengorganisir kuliah dari ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Kasir di supermarket, sopir taksi, loper koran, agen-agen asuransi, dan sejumlah besar akuntan juga diramalkan akan berkurang.
Kita tentu perlu memikir ulang pekerjaan-pekerjaan yang kita tekuni hari ini.

Pekerjaan-pekerjaan Baru

Sebulan yang lalu, di Cambridge – UK, saya menerima kunjungan dari mentee-mentee saya yang sedang melanjutkan study S2. Salah satunya, Icha yang sedang duduk di program S2 bidang perfilman.

Saya pun menggali apa saja yang ia pelajari dan  rencana-rencana ke depan yang bisa dijembatani yayasan yang saya pimpin.

Icha bercerita tentang ilmu yang didapatnya.

“Kami disiapkan untuk hidup mandiri,” ujarnya.

“Masa depan industri perfilman bukan lagi seperti yang kita kenal. Semua orang kini bisa membuat film tanpa produser dan middlemanseperti yang kita kenal. Kami diajarkan menjadi produser indies, tanpa aktor terkenal dengan kamera sederhana, dan pasarkan sendiri via Netflix.
Ucapan Icha sejalan dengan Adam, putera saya yang sedang mengambil studi fotografi di School of Visual Arts, New York. Ia tentu tidak sedang mempersiapkan diri menjadi juru potret seperti yang kita kenal selama ini, melainkan mempersiapkan keahlian baru di era digital yang serba kamera.

Adam bercerita tentang arahan dosennya yang mirip dengan Icha di UK. “Sepuluh tahun pertama, jangan berpikir mendapatkan gaji seperti para pegawai. Hidup mandiri, membangun keahlian dan persiapkan diri untuk 20 tahun ke depan. Tak mau susah, tak ada masa depan,” ucapnya menirukan advis para dosen yang rata-rata karyanya banyak bisa kita lihat di berbagai galeri internasional.

Adam dilatih hidup mandiri, berjuang sedari dini dari satu galeri ke galeri besar lainnya. Dari satu karya ke karya besar lainnya.

Memang, pekerjaan-pekerjaan lama akan banyak memudar walau tidak hilang sama sekali. Seperti yang saya ceritakan dalam buku baru saya, Disruption, pada pergantian abad 19 ke abad 20, saat mobil menggantikan kereta-kereta kuda. Ribuan peternak dan pekerja yang menunggu pesanan di bengkel-bengkel kereta kuda pun menganggur. Namun pekerjaan-pekerjaan baru seperti montir, pegawai konstruksi jalanan, pengatur lalu lintas, petugas asuransi, dan sebagainya pun tumbuh.

Kereta-kereta kuda tentu masih bisa kita lihat hingga hari ini, mulai dari jalan Malioboro di Yogyakarta sampai di kota New York, Paris, atau London melayani turis. Tetap ada, namun tak sebanyak pada eranya.

Namun pada saat ini kitapun menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang tak pernah kita kenal 10-20 tahun lalu: Barista, blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart ketle manager, big data analyst, cyber troops, cyber psichologyst, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontist, crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BUMN v Developer, Cloud computing services, cloud service specialist, Dog Whisperer, Drone operator dan sebagainya.

Kita membaca postingan dari para bankir yang mulai beredar, sehubungan dengan tawaran-tawaran untuk pensiun dini bagi sebagian besar karyawannya mulai dari teller, sampai officer kredit.

Kelak, bila Blockchain Revolusion seperti yang ditulis ayah-anak Don-Alex Tapscott menjadi kenyataan, maka bukan hanya mesin ATM yang menjadi besi tua, melainkan juga mesin-mesin EDC. Ini tentu akan merambah panjang daftar pekerjaan-pekerjaan lama yang akan hilang.
Jangan Tangisi Masa Lalu

Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama. Ada juga yang menyalahkan pemimpinnya sebagai masalah ekonomi.  Tentu juga muncul kelompok-kelompok penekan yang seakan-akan sanggup menjadi “juru selamat” PHK.

Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan. Kita misalnya menyaksikan sikap yang dibentuk oleh tekanan-tekanan publik seperti itu dari para gubernur yang sangat anti bisnis-bisnis online.

Mungkin mereka lupa, dunia online telah menjadi penyedia kesempatan kerja baru yang begitu luas. Larangan ojek online misalnya, bisa mematikan industri kuliner dan olahan rumah tangga yang menggunakan armada go-food dan go-send.

Berapa banyak tukang martabak yang kini tumbuh seperti jamur di musim hujan, rumah makan ayam penyet dan pembuat sabun herbal yang juga diantar melalui gojek.

Sama halnya dengan menghambat pembayaran noncash di pintu-pintu tol, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memberikan pelayanan-pelayanan baru yang lebih manusiawi dan lebih aman.

Satu hal yang pasti, kita harus mulai melatih anak-anak kita menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup.

Anak- anak kita perlu dilatih hidup mandiri dengan mental self-driving, self-power, kreatifitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya (yang sekalipun memberi ruang kebebasan dan kepalsuan).
.
Copas Dari WA grup