Thursday, November 23, 2017

Kenapa Surat al-Kahfi Bisa Melindungi Kita Dari Dajjal?

Muhammad Jamhuri Page

Kenapa Surat al-Kahfi Bisa Melindungi Kita Dari Dajjal?

Sentilan-sentilun Ala U.J (Ustadz Jamhuri) 

Kenapa Surat al-Kahfi Bisa Melindungi Kita Dari Dajjal?

"Ustafz, dalam hadist disebutkan bhw barangsiapa membaca surat al-Kahfi di hari Jumat maka dia akan dilindungi dari fitnah Dajjal. Saya mau tanya.. Kenapa surat al Kahfi bisa melindungi kita dari Dajjal? Padahal di surat al Kahfi tdk disebut kata2 Dajjal ? " Tanya jamaah dlm suatu kajian TafsirBulanan

"Kenapa..? Langsung saya jawab aja ya? Soalnya waktunya udah sempit. 

Pertama, Ya karena hadist nabi yg menjelaskan itu.

Kedua. Karena fitnah Dajjal itu bentuknya mirip sekali dgn fitnah-fitnah yg terdapat dalam surat itu. 

Ketiga, alquran itu kitab yg relevan dan solutif. Artinya, meskipun kata dajjal itu tdk disebutkan tapi akan selalu relevan dan menjadi solusi di masa kapanpun. Itulah sebabnya banyak kisah-kisah dalam alquran menggunakan "fiil mudhori' (present continius tense) yg menyimpan pesan bhw kejadian yg lalu -esensi dan substansinya-akan tetap terulang di masa sekarang atau masa yg akan datang. Begitu juga solusinya, hanya ada dalam alquran. Saat kita gunakan petunjuk alquran.. maka dpt dipastikan kita akan keluar dari setiap problema" Jelas ustadz

"Ustad... maaf.. Masih abstrak kok keterangannya ust? Bisa gak dijelaskan bentuk2 fitnah yg terdapat dlm surat alKahf?". Tanya jamaah penasaran

"Begini.. Dalam surat alKahfi itu ada 4 kisah. Ingat ya tadi.. bahwa meskipun kisah2 itu terjadi pd masa lalu.. tapi ia tetap relevan krn rahasia "fi'il mudhore" ya? 

Nah 4 kisah itu adalah , pertama kisah Ashabul Kahfi, kedua kisah Org yg memiliki dua kebun. Ketiga kisah Nabi Musa dan Khidr as. dan Keempat kisah Dzulqornain. 

Nah.. dalan kisah2 inilah tersimpan 4 fitnah yg mirip sama dg yg akan ditimbulkan oleh Dajjal nanti. Dalam kisah Ashabul Kahfi diceritakan ttg FITNAH AD DIIN (FITNAH AGAMA) dimana pemuda2 alKahfi yg teguh dlm beragama disweeping dan dicari-cari bahkan dikriminalisasi oleh penguasa. Cuma hanya krn teguh dlm beragama saja, mereka akan ditangkap hingga mereka menyelmatkan diri ke luar negeri....eh salah... ke dalan gua. 

Lalu, dalan kisah seorang yg memiliki dua kebun (shohibul jannatain.. bukan shohibul iman ya..? Kalo dlm quran disebut "li ahadihima jannatain") terdapat fitnah harta (FITNAH AL-MAAL) krn org ini mempunyai kekayaan kebun (harta) yg melimpah hingga berkata "Saya yakin hari kiamat itu ndak ada.. ndak akan terjadi" (bahasa quran nya: "wa maa azhunus sa'ata qoimatan"). Ujian di zaman Dajjal adalah :Karena rayuan harta, seseorg sampe rela pidato.. eh.. bicara.. "Hari kiamat gak ada".Bukankah menafikan 1 rukun iman berakibat fatal? 

Ketiga, dalam kisah Musa as dan khidr as terdapat FITNAH ILMu. Musa as pernah terbersit di hatinya "Ah..rasa2nya.. di negeri ini cuma aku yg paling pinter dan hebat dlm ilmu.. " hingga Allah menegurnya. "(musa!..) Disana ada hamba dari hamba2Ku yg Ku beri dari sisiKu ilmu (yg lebih) " (bhs qurannya: :abdun min ibadina.... wa allamnahu min ladunna ilma) 

Nah.. fitnah ilmu di akhir zaman, adalah lahirnya org2 yg berani berfatwa pdhal ilmunya gak ada shg sesat dan menyesatkan.. berfatwa melawan kitab2 dan pendapat ulama yg sdh mu'tabaroh... atau memahami agama dg dangkal, lalu bom sana bom sini.. ceteknya se cetek sumbu bomnya.. he.. he.. 

Keempat, dalam kisah Zulkarnaen terdapat fitnah kekuasaan (FITNAH AL-SULTHOH) dimana saat itu semua rakyat merasa jika didatangi penguasa dan memasuki sebuah negeri maka mrk selalu akan terancam. Hingga saat Zulkarnaen sbg penguasa barat dan timur datang ke sebuah negeri, maka rakyat itu merasa terancam.. Lalu Zulkatnaen sbg raja muslim yg adil berkata.. bahwa ia hanya akan menyiksa kepada org yg zhalam saja. (wa amma man zholama fa saufa uafzdibuhu adzaban nukro.. ")

Fitnah Kekuasaan di akhir zaman adalah negara2 kuat datang ke negara2 miskin menjajah..mengancam pemimpin dan rakyatnya dan mengeruk kekayaan negeri2 yg didatangimya". Jelas ustafz panjang lebar

"Kok.. spt nya fitnah2 itu sdh ada ust? " jamaah lain menimpali

"He.. he.. Makanya utk jaga2 dari fitnah itu, nabi saw nyuruh kita baca surat al Kahfi tiap malam atau hari Jumat, jangan lupa ye? " Ustadz menimpali

"Oh iye..kebetulan nih pak ustadz.. malam ini malam jumat... " jamaah lain menimpali

"Tapi= Kata ustad tadi, solusinya juga ada dalam quran,?bisa disebutkan Ustad?" Pinta jamaah lain

(Tiba2 terdengar azan isya) 

"Maaf.. berhubung sdh adzan isya.. Maka pengajian kali ini kita tutup dulu dan kita lanjutkan bulam depan ya? " ustadz mengakhiri talimnya

"Jgn lupa mlm ini malam jumat.. dan besok hari jumat" Tambah Ustadz mengingatkan lagi.. 

"Malam jumat ada yg sunnah ye ustdz? ehm.. ehm? " Jamaah sambil senyum

"Iye.... sunah baca al Kahfi...!!!! Subhanakallahumma wa bihamdik..... Wassalamulaikum wr wb.. " Ustadz menutup pengajiannya.

Copas..

Tuesday, November 21, 2017

Pendidikan Yang Menghukum di Indonesia

Pendidikan yang Menghukum di Indonesia

Oleh: Rhenald Kasali

Lima belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal, dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya, tulisan itu buruk. Logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat.

“Maaf, Bapak dari mana?”
“Dari Indonesia,” jawab saya.
Dia pun tersenyum.

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak
anaknya dididik di sini,” lanjutnya.

“Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement!”, dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.

Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam.

Padahal, saat menempuh ujian program doktor di luar negeri, saya dapat melewatinya dengan mudah. Pertanyaan para dosen penguji memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun, suasana ujian dibuat sangat bersahabat.

Seorang penguji bertanya, sedangkan penguji yang lainnya tidak ikut menekan. Melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.

Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan
kekurangan penuh keterbukaan.

Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

Etikanya, seorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan. Tapi yang sering terjadi di tanah air justru penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya.

Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.

Mereka bukannya melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul.

Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga cenderung menguji dengan cara menekan. Ada semacam unsur balas dendam dan kecurigaan.

Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Lantas saya berpikir, pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakter hasil didikan guru-gurunya sangat kuat: yaitu karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.

Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”

Malam itu, saya pun mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa bersalah karena telah memberinya penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya justru mengatakan bahwa “gurunya salah”. Kini, saya mampu melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan rasa takut?

Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: Rotan pemukul, dilempar kapur atau penghapus oleh guru, setrap, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata ancaman: Awas…; Kalau…; Nanti…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin membuat kita lebih disiplin. Namun, juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat.

Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari. atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, kecerdasan m anusia dapat tumbuh, tetapi sebaliknya juga dapat menurun.

Ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh. Tetapi, juga ada orang yang “tambah pintar” dan ada pula orang yang “tambah bodoh”.

Mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan.

Bantulah anak Indonesia untuk maju, bukan dengan menghina.

Via Campuspedia

Thursday, November 16, 2017

RAHASIA JAHE

RAHASIA JAHE


ALLAH BERFIRMAN:
وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا
*"Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe".(.Al insan:17).*

Allah SWT menyebut jahe dalam firman-Nya diatas tentu mengandung manfaat yang sangat baik bagi hamba-Nya. Untuk itu jahe nantinya akan menjadi campuran minuman bagi para penghuni surga (Semoga kita semua menjadi penghuni surga. Aamiiiin).

Faedah-faedah jahe yang mungkin jarang kita ketahui:
١.فاتح للشهية.
1.Meningkatkan nafsu makan

٢.يساعد على ازالة التهابات المعدة.
2.Membantu menghilangkan infeksi lambung

٣. ينشط الكبد عن طريق مادة الكبريت الموجودة فى الزنجبيل, ويطرد السموم , ويساعد على بناء الدم.
3.Mengaktifkan kerja hati dengan belerang yang terdapat pada jahe,juga menghilangkan racun,dan membantu dalam memproduksi darah.

٤. مضاد للغثيان والدوار.
4.Melawan rasa mual dan pusing

٥. يساعد على علاج القولون او التخفيف من امراضه, لانه يوازن البكتيريا الموجودة فى القولون التى تسبب المرض.
5.Membantu dalam mengobati penyakit kolon/usus besar atau dapat meringankan penyakit kolon, karena jahe menyeimbangkan bakteri yang terdapat pada kolon yang menyebabkan penyakit tersebut.

٦. يساعد فى علاج مرض الشقيقة ( نصف الرأس).
6.Membantu mengobati migrain

٧. يزيد من نسبة المناعة فى الجسم , لانه يوجد فى الزنجبيل
7.Menambah kadar imunitas dalam tubuh, karena faedah ini terdapat pada jahe

٨. يساعد على تقوية الذاكرة ويقلل من ضعفها
8.Membantu menguatkan ingatan dan memperkecil kelemahannya

٩. يساعد على علاج العيون ( مثل الماء الازرق والابيض)
9.Membantu mengobati penyakit mata

١٠.يعالج امراض الربو و الجهاز التنفسى
10.Membantu menyembuhkan penyakit asma dan saluran pernafasan

١١. مركب مضاد مفيد للجسم ويعالج مرض الزكام و البرد.
11.Senyawa yang bermanfaat bagi tubuh dan mengobati pilek dan menghangatkan tubuh

١٢.يساعد على علاج امراض الجهاز التناسلى.
12.Membantu mengobati penyakit sistem reproduksi

١٣. يمنع من تجمد الاطراف خاصة فى المناطق الباردة.
13.Menghindari pembekuan ujung kaki dan tangan akibat cuaca didaerah dingin

١٤.يعالج امراض المفاصل.
14.Mengobati penyakit persendian

١٥. يعالج او يقلل من مرض النقرص ( داء الملوك).
15.Menyembuhkan atau meringankan penyakit encok

١٦. يساعد على علاج ( عرج النسا) , الام التى تصاحب الدسك.
16.Membantu mengobati linu panggul

١٧. يمنع تجلط الدم فى الاوعية الدموية و بذلك
يساعد على توسعة الاوعية وهذا مفيد جدا لمرض ضغط الدم ومرض تجلط الدم وايضا يساعد على زيادة القدرة الجنسية.

17. Dapat mencegah membekunya darah di pembuluh darah,dan itu bermanfaat sekali bagi orang yang memiliki penyakit darah tinggi,dan penyakit membekunya darah, juga jahe dapat meningkatkan kemampuan seksual.

١٨. اذا مزجت ملعقة صغيرة مع الحليب يكون مركب مفيد جدا , لانه يساعد الجسم على هضم اللكتوز الموجود فى الحليب.
18.Bila satu sendok kecil jahe di campurkan dengan susu, maka campuran ini akan menjadi senyawa 
yang sangat bermanfaat untuk membantu tubuh dalam mencerna laktosa yang terdapat pada susu.

Semoga bermanfaat.
                          والله أعلم

Sumber : copas WA grup

Tuesday, November 14, 2017

From Disruption to Abundance, from Paranoid to Optimism)

Mengapa Saya Tidak Sepakat dengan Prof. Rhenald Kasali
(From Disruption to Abundance, from Paranoid to Optimism)

Akhir2 ini saya sering dapat broadcast WA, postingan FB, dan pembicaraan simpang siur yg isinya adalah semacam peringatan, bahkan ancaman tentang bahaya "Era Disruption". Terakhir bahkan ada seorang penulis yg mungkin karena semangat sekali, menyatakan bahwa saking mengkhawatirkannya era disruption ini, “bisa membuat anak cucu kita mati berdiri sambil memeluk kitab suci yg entah akan menolong dengan cara apa”. Maka saya terpaksa bikin tulisan ini, walaupun sedang musim ujian di program MBA saya di UK & USA.

Setelah saya lacak, histeria dan demam “Disruption” ini sepertinya salah satunya berawal dari buku, ceramah dan tulisan2 Prof. Rhenald Kasali, Guru besar FE UI, dan salah satu "World Management Guru", khususnya dibidang Change Management.

Saya sangat setuju dan menghormati beliau sebagai salah satu tokoh penggerak perubahan yg saya kagumi dan ikuti tulisan2nya. Dan sampai saat inipun saya masih menghormati beliau. Tulisan ini sama sekali "nothing personal", hanya sekedar perimbangan wacana saja, agar perspektif kita lebih utuh untuk menyikapi gegap gempita demam "disruption era" yg salah kaprah.

Saya merasa ada yg kurang lengkap dari pemaparan beliau yg akhirnya bikin banyak orang ketakutan dan salah paham.  Banyak orang awam yang akhirnya jadi panik nanti masa depan anak2nya bagaimana jika pekerjaan2 yang ada sekarang bakal lenyap. Banyak eksekutif perusahaan jadi panik jangan2 mereka akan jadi korban "disruption" berikutnya dan akhirnya tergopoh2 mau bertindak tapi jadi mati gaya karena bingung entah mau melakukan apa.

Saya bisa memahami jika Prof. Rhenald bikin banyak orang jadi ketakutan. Bahkan di acara bedah buku beliau di Periplus yg saya tonton lewat Youtube, sang moderator sendiri sampai bertanya, "Prof, Ini kita kesini mau cari ide bisnis di era disruption, tapi kok malah pada pesimis nih menatap masa depan, setelah mendengar pemaparan profesor.. Dan Prof. Rhenald masih juga belum memberikan jawaban yg tegas bagaimana menyikapi perubahan drastis ini.

Saya juga memahami mengapa Prof. Rhenald di buku2nya, tulisan2 dan ceramah2nya banyak menghasilkan kepanikan dan ketakutan. Mungkin ini berawal dari paradigma "Change Management" yg menjadi bidang keahlian beliau. Dalam ilmu manajemen perubahan, salah satu tokoh utamanya adalah Professor Emeritus Harvard Business School, John P. Kotter, dengan teori beliau tentang "8 Steps to change". Dalam teori ini, langkah pertama untuk bikin sebuah organisasi (dan individu) mau berubah adalah dengan "increase urgency" alias bikin orang2 merasakan urgensitas perubahan. Dan cara paling ampuh untuk itu adalah dengan bikin mereka "ketakutan" apa dampaknya jika tidak mau berubah. Mungkin dengan niat baik inilah Prof. Rhenald hendak menyadarkan masyarakat agar segera “berubah”.

Saya sepakat dengan niat baik untuk menggugah kesadaran masyarakat agar berubah, tapi saya tidak sepakat dengat pendekatan yang entah disadari atau tidak oleh beliau telah menebarkan banyak ketakutan dan kegalauan. Mengapa saya tidak sepakat? Berikut ini alasannya:

A) Sebenarnya cara “menebarkan ketakutan dan kekhawatiran” ini baik2 saja diterapkan untuk jenis perubahan yang tidak membutuhkan kreativitas, tapi jadi tidak produktif jika tujuan kita adalah untuk melahirkan inovasi, kreatifitas, dan terobosan2 baru. Padahal untuk survive dan Berjaya di era disruption, salah satu syarat utamanya adalah: KREATIVITAS.

B) Tidak pernah (atau setidaknya jarang sekali) ide2 kreatif dan terobosan2 inovatif terlahir dari rasa takut. Buku babon setebal hampir 800 halaman tentang kreativitas, The Encyclopedia of Creativity menyebutkan bahwa salah satu penghalang utama kita untuk menghadirkan solusi kreatif adalah jika kita sedang mengalami “emotional barrier”. Dan diantara semua jenis emosi penghalang kreativitas ini, rasa takut adalah yg paling melumpuhkan. Jadi anda tidak bisa memaksa orang yg sedang dilanda ketakutan tentang bahaya era disruption untuk mencari solusi kreatif tentang bagaimana sukses mengatasinya. Anda hanya akan berhasil membuat mereka ketakutan, merasa terpaksa harus berubah, semangat ikut trainingnya, tapi bingung dan mati gaya harus melakukan apa.

C) Cara yg lebih pas untuk bikin orang terbuka pintu hatinya untuk mau berubah, sekaligus terinspirasi untuk jadi kreatif menemukan solusi adalah dengan memberikan mereka rasa OPTIMISME akan hadirnya kesempatan yang sangat besar menanti di depan mata.
1) Bill Gates melahirkan Microsoft bukan karena ketakutan kehilangan pekerjaan, tapi terinspirasi sekali akan hadirnya komputer, dan optimis bahwa dia bisa bikin software bagus. Akhirnya dia telpon ibunya bahwa dia bakal 6 bulan tidak pulang untuk mengerjakan proyek MS-DOS dari IBM.
2) Mark Zuckerberg bikin Facebook bukan berangkat dari ketakutan akan masa depannya. Bahkan dia pertaruhkan masa depannya dengan DO dari Harvard demi mengejar impian "menghubungkan tiap orang di muka bumi". Pada saat ceramah di acara wisuda di Harvard, dia mengatakan, yg bikin dia bisa melahirkan Facebook, karena dia merasa tenang, tidak takut apapun. Dan dia ingin menekankan pentingnya setiap orang untuk “bebas dari rasa takut”, untuk mencoba hal2 baru yg inovatif.
3) Steve Jobs, Thomas Alfa Edison, Elon Musk, Jeff Bezos, sebutkan semua inovator kreatif yg bikin 
perubahan2 radikal abad ini, hampir semuanya tidak ada yg melahirkan inovasinya dalam suasana batin ketakutan akan ancaman situasi masa depan. Mereka semua adalah para OPTIMISTS yg melihat kesempatan besar ditengah kebanyakan orang yang sedang kalut dan takut menghadapi tantangan zamannya.
4) Terakhir, di level lokal, Trio Unicorn Indonesia (Startup bernilai diatas 14 Trilyun rupiah: Gojek, Traveloka & Tokopedia) tidak ada yg dilahirkan dari orang2 yg ketakutan akan masa depan. Mereka semua mendirikan perusahaan2 tersebut dengan suasana batin optimis dan terinspirasi akan peluang besar di depan mata.
5) Singkat kata: Takut & pesimis = Bingung & Mati Gaya, Tenang & Optimis = Kreatif & Solutif

D) Era Disruption adalah era yg seharusnya bikin kita optimis, bukannya malah ketakutan. Mengapa? Karena ini hanyalah era transisi menuju era abundance (keberlimpahan). Minggu lalu saya baru pulang dari training di Singularity Univeristy. Ini adalah salah satu lembaga yg meneliti, mengajarkan dan mempopulerkan istilah “Disruption Era”. Lembaga ini di disponsori oleh NASA, Google, dan perusahaan2 teknologi paling top di Silicon Valley, bahkan bertempat di pusat penelitian NASA disana. Di pusatnya sini, Istilah “disruption era” itu menimbulkan aura positif, optimis, dan penuh semangat. Saya ndak tahu lha kenapa begitu sampai di Indonesia malah diartikan salah kaparah sebagai istilah yg menakutkan dan penuh ancaman. Mungkin karena Prof. Renald sebagai juru bicara utamanya menyampaikannya sepenggal saja (sisi seramnya), jadi banyak orang salah paham, panik dan ketakutan. Itulah mengapa belajar setengah2 itu berbahaya, “little bit learning is dangerous”.

E) Era disruption adalah fase ke-3 dari 6 fase Exponential Growth. Yg menelorkan teori ini adalah Peter Diamandis (Co-founder dari Singularity University tersebut). Menurut beliau, abad ini akan ditandai perubahan besar2an yg terjadi dalam 6 fase (6D's of Exponential Growth):

1) Digitalization (Transformasi dari analog menjadi Digital. Misal: Kodak menemukan Foto Digital. Atau Musik, Film, Buku, dll dijadikan bentuk digital MP3, MP4, PDF, dll)

2) Deception (Kodak tertipu karena dikira ini teknologi amatir yg ndak bakal bisa menggantikan keindahan dan ketajaman foto manual, karena saat itu resolusinya masih 0,1 Mega Pixel).

3) Disruption (Diluar kendali Kodak, tiap 18 bulan, ketajaman foto digital naik 2x lipat secara eksponensial. Dan pada saat ketajamannya mencapai 2 Mega Pixel, kualitasnya sudah sama dengan foto analog. Saat itulah Kodak mulai terdisrupsi.) Fase inilah yg bikin kehebohan disana sini, karena di fase ini, Uber mendisrupt perusahaan taxy, AirBnB mendisrupt Hotel, dll. Terjadi kepanikan masal karena dipikir dunia (minimal bisnis kita) akan runtuh.

4) Dematerialization (semua produk digital akhirnya tidak perlu wadah "material" karena tiba2 semua bisa disimpan di Cloud yg siap diunduh kapanpun dan dimanapun. Jadi silahkan dibuang Semua hardisk yg beirisi koleksi Foto digital anda. Upload aja ke Google Foto yg gratis penyimpanannya, kapanpun, dimanapun, pake alat apapun yg kompatibel, jika anda perlu foto itu tinggal download)

5) Demonetization (Begitu semua tidak dalam wadah material, maka harganya makin lama makin turun. Dan satu saat bisa sangat murah dan terjangkau buat semua. Begitu buku sudah di .Pdf kan, harganya nyaris Nol. Silahkan aja ke koleksi 300 juta buku gratis di: www.pdfdrive.net. Sekarang semua Musik, foto, buku, film, serial tv sudah dibikin versi digitalnya, yg kita masih diminta bayar, tapi ini makin lama makin murah, karena tidak ada lagi "biaya cetak".

6) Democratization (Pada puncaknya, semua produk akan menjadi murah dan tersedia buat semua orang. Anda telah merasakan sebagian, Video call gratis, HP Murah, Belajar & Baca Buku, Nonton Film dan dengar musik gratis, dll. Inilah fase Abundance for All: Keberlimpahan buat semua). Peter Diamandi menulis buku khusus yg menjelaskan fenomenna “Abundance” ini. Sekedar intermezzo: Saat Bill Clinton mempromosikan buku ini, Peter ditanya sama Bill, “mengapa anda jadi orang kok sangat optimis?” Peter menjawabnya, “Karena saya tidak pernah baca berita (apalagi hoax), dan saya hanya percaya sama data2 ilmiah. Dan semua data ilmiah ini mengarah kesana, bahwa kita semua akan berkelimpahan, abundance for all”. Mungkin ada baiknya kita tiru kebiasaaan Peter Diamandis ini agar kita tidak serba pesimis dan ketakutan: Jangan banyak baca berita, mulailah baca data2 ilmiah.

Maka mestinya, era disruption itu tidak perlu ditakuti atau bikin panik, cuman perlu dipahami bahwa ini bagian dari revolusi kemajuan peradaban yg makin lama akan makin cepat dan insya Allah mengarah pada perbaikan buat semua.. the greatest good for the greatest number of people. Kalau dalam revolusi ada korban2 yg bergelimpangan karena ndak cukup paham dan tanggap, itu hal yg biasa. Nanti juga mereka akan belajar. Dan kita semuapun perlu belajar lebih tuntas untuk menyambut Era Baru yang sangat menjanjikan ini.

Kesimpulan:

Terimakasih Prof. Renald Kasali, yang atas jasa bapak telah menggugah banyak orang dan perusahaan untuk shock dan mau berubah. Tapi semoga ini jangan kebablasan jadi ketakutan dan kekhawatiran massal. Karena itu perlu dilengkapi juga dengan wacana penyeimbang yang menyuntikkan optimisme dan harapan.

Karena ide2 besar kreatif dan terobosan2 baru inovatif untuk survive dan Berjaya di era disruption ini tidak akan pernah lahir dari rasa takut dan panik, tapi akan tumbuh subur di pikiran orang2 dan perusahaan2 yg tenang dan optimis.

Salam takdzim buat Prof. Rhenald Kasali dan kawan2 semua yg membaca tulisan ini.

Bloomington, 14 November 2017

Ahmad Faiz Zainuddin
Mahasiswa MBA
Warwick Business School, UK
Indiana University, USA
Alumni Singularity University, Silicon Valley, USA