Saturday, November 7, 2020

GHIBTHOH BAGIAN DARI IMAN

*SERI : KULTUM*

*GHIBTHOH BAGIAN DARI IMAN*


Mungkin sebagian rekan2 ada yang baru mendengar istilah Ghibthoh.

Ghibthoh itu apa seh.?

Ghibthoh adalah Sifat Iri tapi Sifat Iri yang positif.
Lho ,.. memangnya ada sifat iri yang positif.?
Bukannya sifat iri itu selalu berkonotasi Negatif dan dilarang oleh agama.?

Mudah2an dengan uraian dibawah ini kita menjadi tahu apa itu Ghibthoh.

*Al-Ghibthoh* berasal dari kata *Ghobitho* yang memiliki arti *cemburu atau iri*. Menurut istilah ia berarti _merasa iri /cemburu terhadap kenikmatan yang dimiliki orang lain dan sangat berharap juga dapat meraihnya namun tanpa didasari sifat kebencian dan tidak menaruh harap terhadap hilangnya kenikmatan yang dimiliki oleh orang tersebut_.

Sedangkan Sifat Hasad (Iri/dengki) adalah _merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain , baik ketidaksukaan itu diiringi dengan harapan agar nikmat tersebut hilang ataupun hanya sekedar merasa tidak suka_.

Dari kedua definisi tersebut kita bisa melihat ada persamaan dan perbedaan antara Ghibthoh dan Hasad.

Persamaannya adalah sama-sama cemburu dalam melihat kelebihan yang dimiliki oleh orang lain.

Sedangkan perbedaannya adalah Dalam Ghibthoh kecemburuan tersebut diiringi dengan keinginan agar ia juga bisa mendapatkan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain namun ia berusaha melakukan dengan cara yang baik. 

Sedangkan dalam Hasad , kecemburuan tersebut diiringin dengan sifat dengki dan ketidak sukaan kepada orang yang diberi kelebihan nikmat serta ingin agar nikmat tersebut hilang dari orang tersebut. 

Seorang ulama generasi Tabi'ut Tabi'in *Al Fudhail bin ‘Iyadh* berkata :

الغبطة من الايمان والحسد من النفاق والمؤمن يغبط ولا يحسد والمنافق يحسد ولا يغبط والمؤمن يستر ويعظ وينصح والفاجر يهتك ويعير ويفشي

_*Ghibthoh adalah bagian dari Iman*. Sedangkan *Hasad adalah bagian dari Kemunafikan*. Seorang mukmin harus memiliki sifat Ghibthoh (ingin melebihi orang lain dalam kebaikan,), dan sifat itu (Ghibthoh) bukanlah merupakan hasad (iri atau dengki). Adapun *orang munafik punya sifat hasad dan tidak punya sifat Ghibthoh*. Seorang mukmin menasehati orang lain secara diam-diam. Sedangkan orang fajir (pelaku dosa) biasanya ingin menjatuhkan dan menjelek-jelekkan orang lain_. (Hilyatul Auliya’, 8: 95).

Secara umum sifat iri dilarang namun dalam islam , namun ada dua hal yang seorang muslim diperbolehkan untuk memiliki sifat iri sebagaimana dalam hadits Nabi ﷺ :
.
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Abdullah bin Mas'ud berkata ; Nabi ﷺ bersabda: _Tidak boleh Hasad (mendengki) kecuali terhadap dua hal; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan Ilmu lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain_. [Shahih Bukhari No. 71].

Berdasarkan hadis tersebut, Nabi ﷺ memperbolehkan iri kepada dua orang.

*Pertama* adalah _orang yang diberikan kelebihan rezeki oleh Allah Subhanallohu Wata’ala , lalu dengan rezekinya tersebut ia gunakan untuk kebaikan dan kemuliaan agama dan tidak menghambur-hamburkan dengan cara berfoya-foya secara mubazir_.

*Kedua* adalah _orang yang diberikan ilmu oleh Allah Subhanallohu Wata’ala , lalu dengan ilmunya tersebut  ia mengamalkannya serta mengajarkannya kepada orang lain. Ilmu yang diberikan oleh Allah kepadanya tidak digunakan untuk membodoh-bodohi orang lain, atau disimpan sendiri tanpa mau membaginya. Dan ia pun senantiasa menerapkan ilmu yang ia miliki ke dalam kehidupan sehari-hari, artinya ilmunya sangat bermanfaat untuk dirinya maupun orang lain. Maka, kita juga diperbolehkan iri kepada orang yang memiliki sifat seperti ini_.

Ibnu Baththol rahimahullah dalam kitab Syarh Al Bukhori mengatakan : Hasad yang dimaksud di sini adalah hasad yang dibolehkan oleh Rasulullah ﷺ dan bukan hasad yang tercela. Ibnu Baththol mengatakan pula, “Inilah yang dimaksud dengan judul bab yang dibawakan oleh Imam Bukhari yaitu *Bab Ghibthoh dalam Ilmu dan Hikmah*. Karena siapa saja yang berada dalam kondisi seperti ini (memiliki harta lalu dimanfaatkan dalam jalan kebaikan dan ilmu yang dimanfaatkan pula, pen), maka seharusnya seseorang Ghibthoh (berniat untuk mendapatkan nikmat seperti itu) dan berlomba-lomba dalam kebaikan tersebut. [Syarh Al Bukhori, Ibnu Baththol, Asy Syamilah, 1/153].

Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia Allah padahal Allah ta’ala berfirman :

وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

_Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu_. (An Nisa’: 32)

Ketika kita melihat ada orang yang diberi karunia Rezeki oleh Allah dan sangat dermawan dengan rezeki yang dimilikinya , mungkin kita tidak diberi kelapangan rezeki, tapi *kita bisa meniru sifat dermawan yang dimilikinya karena menjadi dermawan tidak harus menunggu diri kita memiliki kelapangan rezeki*. Dengan itu Insya Allah kita termasuk orang yang Ghibthoh yang selalu berusaha untuk memiliki kebaikan yang dimiliki orang lain dengan cara yang baik pula.

Karena menginfaqkan rezeki yang kita miliki tidak harus menunggu diri kita memiliki kelapangan rezeki. 

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

_Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa , (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu *LAPANG* maupun SEMPIT* , dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang lain. *_Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan*_. [Ali Imran : 133-134]

Ketika kita melihat ada seorang Ulama atau Ustadz yang diberi karunia Ilmu yang sangat luas dan orang tersebut selalu menyampaikan kebaikan dan mengajarkan ilmunya , Mungkin kita tidak bisa memiliki Ilmu seperti orang tersebut *_namun kita bisa mengambil sedikit dari Ilmu yang disampaikan oleh orang tersebut untuk kemudian kita sampaikan kepada orang lain_*. Dengan itu Insya Allah kita termasuk orang yang Ghibthoh yang selalu berusaha untuk memiliki kebaikan yang dimiliki orang lain dengan cara yang baik pula.

Semoga Allah menjauhkan diri kita dari sifat Hasad dan selalu mendekatkan diri kita kepada sifat Ghibthoh sehingga kehidupan diri ini selalu diisi dengan kebaikan dan selalu berada dalam lindungan Allah. Aamiin

*Salam*

Thursday, November 5, 2020

JANGAN ANGGAP REMEH MENGIBAS DEBU DI KASUR


    *🌿 JANGAN ANGGAP REMEH*
            *MENGIBAS DEBU DI KASUR*

*▪Mengapa kita harus mengibas debu seprai kita ?.*

Ini adalah apa yang kita akan ungkapkan dan di sinilah tantangan ilmiah dan kesimpulan oleh para ilmuwan Barat :

_*"Ketika seseorang tidur beberapa sel-sel mati dan jatuh ke spreinya.* Dan setiap kali kita bangun ia akan akan tertinggal di belakang dan terakumulasi. Sel-sel mati ini tidak terlihat oleh mata telanjang dan hampir tidak dapat dihancurkan._

_*Ketika jumlah sel-sel mati meningkat,* maka akan dengan mudah menembus kembali ke dalam tubuh yang menyebabkan penyakit serius._

Ini ilmuwan Barat mencoba untuk menghancurkan sel menggunakan berbagai disinfektan seperti dettol dan sejenisnya, tapi semua sia-sia. *Sel-sel mati tidak pindah atau menghilang.*

*Salah satu ilmuwan mengatakan,* ia mencoba mengibas debu 3 kali seperti dalam Hadist dan tercengang menemukan bahwa semua sel-sel mati menghilang !!.
*Subhanallah...*

*▪Nabi Muhammad ﷺ bersabda,*
 _"Barangsiapa pergi ke tempat tidur, ia harus mengibas debu di kasur tidurnya tiga kali, karena dia tidak tahu apa yang ditinggalkan."_

*Kebanyakan orang berpikir itu adalah cara menghilangkan serangga kecil,* tetapi tidak tahu bahwa masalah ini jauh lebih besar dari itu.

*Hal ini sangat menyedihkan,* bila kita menemukan bahwa kebanyakan dari kita mengabaikan ajaran Nabi Muhammad ﷺ.

*Sebab itulah Rasulullah SAW mengajarkan untuk melakukan beberapa hal sebelum membaringkan tubuh di atas kasur.* Di antara sunnah yang penting untuk dikerjakan ialah membersihkan atau mengibas kasur dengan lidi, kain, dan bisa juga peralatan lain.

*¤ Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam sebuah riwayat,* _"Apabila salah seorang diantara kalian hendak tidur, maka kibasilah tempat tidurnya dengan ujung sarungnya, karena sesungguhnya dia tidak tahu apa yang akan menimpa padanya.”_

*Lidi yang dikibaskan ke kasur tempat di mana kita akan tidur,* akan mengusir segala bentuk gangguan yang kemungkinan menetap di atasnya. Semisal Jin yang menempati kasur-kasur itu, akan terusir dengan kibasan yang kita lakukan. *Selain itu,* bisa juga untuk menghindari adanya kotoran-kotoran lain.

*¤ Dalam Syarah Shahih Muslim diterangkan,* bahwa seseorang hendaknya mengibaskan kasurnya sebelum tidur, baik dengan tangan, sapu lidi, kain sarung atau sejenisnya. 
*Mengibas sebanyak tiga kali, sebagaimana tertuang dalam Fathul Barri. Tidak lupa pula membacakan Asma Allah SWT bersama kibasannya.* Kalimat Bismillah menjadi yang penting, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah riwayat Imam Muslim. *Bagi orang yang bangkit dari tidurnya dan kemudian kembali lagi,* berdasar pada Hadist riwayat Tirmidzi, maka hendaknya ia kembali mengibas kasurnya lagi.

*Mudah-mudahan dengan amalan yang sederhana ini,* kita dapat terhindar dari tidur bersama dengan Jin dan Syaitan yang juga ikut berbaring di atas tempat tidur.

*Silahkan di share ini dan biarkan seluruh dunia tahu bahwa apa pun perintah Allah SWT lewat baginda Nabi Muhammad SAW adalah untuk kepentingan dan kebaikan manusia.*

_*Wallahu A'lam Bisshowab..*_

*📚 Sumber: WAG Cinta Rasulullah*

Wednesday, November 4, 2020

PUTUS SILATULRAHIM PENGHUNI NERAKA

*"PUTUS SILATULRAHIM PENGHUNI NERAKA"*

"Ada seorang yang kaya raya berangkat haji. Sebelum berangkat, ia menitipkan uangnya sebesar 10.000 Dinar kepada seseorang yang sudah terbiasa dipercaya untuk menitipkan barang atau uang. 

Setelah selesai melaksanakan hajinya, orang kaya itu mendatangi rumah orang yang diberi amanah menyimpan uangnya tsb. Sesampainya di rumah orang itu, ternyata orang tersebut telah wafat. 

Orang kaya itupun bertanya kepada ahli warisnya. Namun tidak satupun diantara ahli warisnya mengetahui perihal uang titipan tersebut. Orang kaya itupun kebingungan dan bertanya-tanya dalam hatinya, di manakah uang yang disimpan oleh orang yang diberi amanat tersebut? 

Orang kaya itupun mendatangi seorang alim di kota Mekkah, lalu menceritakan tentang uangnya tersebut. 

Orang alim itu berkata : "Di sepertiga malam akhir nanti, pergilah kamu ke Sumur Zam-Zam, panggillah nama temanmu yang kau titipi uang itu, dibibir sumur. Jika temanmu adalah orang yang baik , dan termasuk seorang ahli Surga, maka dia pasti akan menjawab panggilanmu, lalu tanyakanlah kepadanya, dimanakah ia menyimpan uangmu".

Pada akhir malam, orang kaya itupun pergi mendatangi Sumur Zam-Zam. Di bibir Sumur ia memanggil nama temannya yang ia titipi uang, hingga 3 kali ia panggil, namun tidak ada jawaban sama sekali. 

Orang kaya itu pun kembali mendatangi orang Alim tersebut, lalu menceritakannya. Orang Alim itu kaget dan berkata : "Innaa Lillahi Wa Inna ilaihi Rooji'uun", jika memang temanmu tidak menjawab, aku takut dia termasuk golongan Ahli Neraka. 

Jika memang demikian pergilah kamu ke Yaman, disana ada sebuah Sumur yang bernama "Barhut", dikatakan bahwa Sumur itu adalah bibir dari Neraka Jahannam...Datangilah di sepertiga malam akhir, dan panggillah nama temanmu itu". 

Orang kaya itu pun pergi ke Yaman, lalu mendatangi Sumur Barhut di sepertiga malam akhir. Ia pun memanggil nama temannya yg ia titipi uang: "Yaa Fulan !" Baru sekali panggilan, tiba-tiba terdengar jawaban dari dalam Sumur. 

Orang kaya itu pun merasa prihatin dengan keadaan temannya tersebut, lalu bertanya : "Dimanakah engkau menyimpan uangku?".

Dari dalam Sumur terdengar jawaban : "Aku menyimpan uangmu di sini dan di sini, di dalam rumahku, pergilah dan katakan kepada anak-anakku. Kamu akan mendapati uangmu kembali".

Orang kaya itupun bertanya : "Bagaimana bisa engkau tergolong sebagai orang yang ahli Neraka? Bukankah kau adalah orang yang baik dan memiliki sifat amanah?". 

Orang itupun bercerita : *_"Sesungguhnya aku mempunyai seorang saudari perempuan yang faqir, lama kami tidak saling tegur sapa, sampai aku meninggal. Inilah yang menyebabkan aku tergolong sebagai ahli Neraka._* 

JIka kau mau menolongku, datangilah saudariku tersebut, dan mintakan maaf kepadanya, dan ceritakan padanya, bagaimana keadaanku sekarang ini yang merasakan siksaan, karena putus tali silaturrahim dengannya".

Orang kaya itupun segera pergi ke rumah ahli waris temannya itu, lalu menceritakan dimana ayahnya meletakkan harta titipannya. Dan ternyata memang benar, uang tersebut masih utuh. Setelah itu, ia bertanya kepada anak-anak temannya itu, dimanakah rumah bibi mereka?  

Setelah tahu alamatnya, iapun segera pergi ke rumah saudari perempuan temennya tersebut. Setelah bertemu, ia pun menceritakan apa yang di alami saudaranya di Alam Kubur. 

Mendengar cerita orang kaya itu, perempuan itupun menangis dan memaafkan saudaranya, lalu ia memohon ampun dan mulai menyambung tali silaturrahim dengan anak-anak saudaranya". 

Catatan :

*_Rosulullah Saw bersabda : "Tidak akan masuk Surga orang yang putus tali silaturrahim "._*

Diriwayat yg lain : *_"Orang yang putus tali silaturrahim akan mendapat laknat dari Allah , walaupun dia mati didepan Ka'bah"._*

Rosulullah Saw bersabda : *_"Tidak akan turun Rahmat Allah, kepada satu kaum, jika didalam kaum tersebut terdapat satu saja orang yang putus tali silaturrahim"._*

*_Orang yang putus tali silaturrahim, berarti telah putus hubungan dengan Alloh Swt...Berarti shalatnya bukan untuk Allah, puasanya bukan untuk Allah, dzikirnya, dan ibadah-ibadah lainnya bukan untuk Allah Swt._*

*_Allahumma Shalli 'Alaa  Muhammad Wa 'Alaa Aali  Muhammad._*

Walaupun di grup ini kita banyak perbedaan bahkan perselisihan tapi jangan jadikan itu semua menjadi
*PEMICU PUTUSNYA TALI SILATURRAHIM KITA SMUA*

Semoga Kita selalu menjaga *SILATURRAHIM* 
Kita semua

 Dan  juga di dalam grup ini bisa mendatangkan *ILMU YG BERMANFAAT* Bagi kita semua

 Tambah Saudara/ teman, Bertambah juga Rizki yg Halal & Berlimpah bagi kita semua

*Aamiin Yaa Robbal'aalamiin*

Monday, November 2, 2020

Kisah Seorang Anak di Amsterdam, Belanda

Kisah Seorang Anak di Amsterdam, Belanda

Bismillah. Luangkan sedikit waktu untuk membacanya.

Setiap selesai sholat Jum'at setiap pekannya, seorang imam (masjid) dan anaknya (yang berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan buku–buku Islam, diantaranya buku ath-Thoriq ilal Jannah (Jalan Menuju Surga). Mereka membagikannya di daerah mereka, di pinggiran Kota Amsterdam.

Namun, tibalah suatu hari ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin. Sang anakpun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin.

Setelah selesai mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, aku telah siap."

Ayahnya menjawab, "Siap untuk apa?"

Ia berkata, "Untuk membagikan buku (seperti biasanya)."
Sang ayahpun berucap, "Suhu sangat dingin di luar sana, belum lagi hujan lebat yang mengguyur."

Sang anak menimpali dengan jawaban yang menakjubkan, "Akan tetapi, sungguh banyak orang yang berjalan menuju Neraka di luar sana, dibawah guyuran hujan."

Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata, "Namun, Ayah tidak akan keluar dengan cuaca seperti ini." Akhirnya, anak tersebut meminta izin untuk keluar sendiri. Sang ayah berpikir sejenak, dan akhirnya memberikan izin.

Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata, "Terima kasih, wahai ayahku."

Dibawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa dingin yang menggigit, anak itu membawa buku-buku itu yang telah dibungkusnya dengan sekantong plastik ukuran sedang agar tidak basah terkena air hujan, lalu ia membagikan buku kepada setiap orang yang ditemui. Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.

Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku di tangannya. Namun, sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut. Akhirnya, ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah di seberang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.

Sesampainya di depan rumah, ia pun memencet bel, tapi tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama. Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan kecilnya. Sebenarnya, ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran dengan rumah tersebut. Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok nenek yang tampak sangat sedih.

Nenek berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Nak?"

Si anak berkata (dengan mata yang berkilau dan senyuman yang menerangi dunia), "Saya minta maaf jika mengganggu. Akan tetapi, saya ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan Nyonya. Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada Nyonya. Didalamnya, dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan beberapa cara agar dapat memperoleh keridhoannya."

Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah, ia mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi.

Terdengar sayup-sayup, dari shaf perempuan, seorang perempuan tua berkata, "Tidak ada seorangpun yang mengenal saya disini, dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya. Satu pekan yang lalu, saya bukanlah seorang muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku hal tersebut sedikitpun. Suamiku telah wafat, dan dia meninggalkanku sebatang kara di bumi ini."

Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu, "Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Kesedihanku sangat mendalam, dan tidak ada seorangpun yang peduli padaku. Maka tidak ada alasan bagiku untuk hidup. Akupun naik ke atas kursi, dan mengalungkan leherku dengan seutas tali yang sudah kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat, terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir, 'Paling sebentar lagi, juga pergi.'

Namun suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata dalam hati, 'Siapa gerangan yang sudi mengunjungiku? Tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku.'

Kulepaskan tali yang sudah siap membantuku mengakhiri nyawaku, dan bergegas ke pintu. ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian. Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali.

Ia berkata, "Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa Allah Ta'ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya," lalu dia memberikan buku ini (buku Jalan Menuju Surga) kepadaku.

Malaikat kecil itu datang kepadaku secara tiba-tiba, dan menghilang dibalik guyuran hujan hari itu juga secara tiba-tiba. Setelah menutup pintu, aku langsung membaca buku dari malaikat kecilku itu sampai selesai. Seketika, kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi.

Sekarang, lihatlah aku. Diriku sangat bahagia, karena aku telah mengenal Tuhan-ku yang sesungguhnya. Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterima kasih kepada kalian yang telah mengirimkan malaikat kecilku pada waktu yang tepat, hingga aku terbebas dari kekalnya api Neraka."

Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung. Masjid bergemuruh dengan isak tangis dan pekikan takbir, "Allahu akbar."

Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat dimana malaikat kecil itu duduk, dan memeluknya erat, dan tangisnyapun pecah tak terbendung di hadapan para jama'ah.

Sungguh mengharukan. Mungkin tidak ada seorang ayahpun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.

(Judul asli: قصة رائعة جدا ومعبرة ومؤثرة | Penerjemah: Shiddiq Al-Bonjowiy –jazāhullāhu khairan wa waffaqahu–)

Mari kita sebarkan kebaikan! Kita tidak pernah tahu, berapa banyak orang yang mendapatkan hidayah dengan sedikit langkah yg kita lakukan💐