Wednesday, December 29, 2021

Percakapan Pasien RS dengan Jururawat Pria di suatu RS

*KISAH NYATA,*


*Percakapan Pasien RS dengan Jururawat Pria di suatu RS*


*BUAT PERINGATAN DIRI SAYA DAN SAHABAT-SAHABAT SEMUA*


*Pasien:* 

*"Abang Jururawat, seneng ya kerja di Rumah Sakit ? Sdh lama ya kerja di sini ?"*     

 

*Jururawat:"Lumayanlah, ada suka-dukanya. Tapi, selama 5 th kerja di sini, banyak dpt pengalaman yg sangat berkesan, yg orang luar sana tidak akan mengetahuinya".* 

        

*Pasien:* 

*"Apa yg menyenangkan? Perawat-perawatnya (Suster-susternya) cantik-cantik ya?" *       

 

*Jururawat:* 

*"Bukan. Itu biasa saja. Ada lagi yg lebih mengesankan".*       

 

*Pasien:* 

*"Wah, apa itu?"*   

 

*Jururawat:*

*"Di sini setiap hari saya melihat pasien meninggal dunia. Kerja saya ngurusi kencing & kotoran mereka, bersihkan mereka sampai ke urusan jenazah."*

 

*"Apa yg saya lihat sepanjang saya bekerja di RS ini, betapa ramainya di antara mereka, baik yg sdh meninggal...maupun sebelum meninggal, yaitu meminta-minta apakah ada dari keluarga ahli waris atau jururawat yg bawa kitab al-Qur'an ?"*

 

*"Ada yg tidak bisa baca al-Qur'an, ada yg nyuruh kami membacakannya. Ada juga yg tidak sempat sentuh al-Qur'an, tidak sempat membaca al-Qur'an namun Allah telah mengambil nyawanya."*


*"Saat dibacakan al-Qur'an, mereka berlinangan air mata"*.         


*"Saya lihat betapa orang-orang yg berada di saat2 akhir kehidupannya, sebagian besar ingin sekali menyentuh al-Qur'an. Kalau bisa, maunya mati dg memeluk al-Qur'an. Pengalaman-pengalaman yg saya lalui di sini, membuat hati ini insaf, sadar, tentang satu hal yg sangat penting."*    

 

*Pasien:* 

*"Hmm, apa itu?"*    

 

*Jururawat:* 

*"Apa yg kita biasa pegang ketika kita masih sehat, apa yg biasa kita baca dan belai ketika masih hidup......itu jualah yg kita akan dapat pegang dan sentuh di akhir hayat kita."* 

 

*"Jika kita selalu pegang handphone di setiap waktu ...sholat tidak tepat waktu ... sepanjang waktu memegang HP dan sibuk dg gadget..... maka mungkin pula di akhir hayat kita nanti...itu pula yg akan kita kerjakan*. 

 

*Dapatkah kita sentuh dan pegang al-Qur'an? Sedangkan tangan kita tidak biasa memegang al-Qur"an, sehari sekali pun susah kita membuka al-Qur'an, apalagi membaca atau mentadabburinya...Yaa..Allah... Yaa Rahman ... Yaa Rahim..*

 

*Sungguh, kita sdh tidak akan perlu handphone atau gadget lagi di akhir nyawa kita.....kita sangat memerlukan al-Qur'an.... Barulah kita sadar saat itu, bhw waktu yg kita miliki selama ini sdh terbuang sia-sia begitu saja......Yaa Allah, ampunilah aku*..."       

 

*Pasien   (meneteskan air mata..) dan kmd berkata:* 

*"Mas Jururawat tolong bacakan saya al-Qur'an...saya tidak bisa membaca al-Qur'an..saya buta tajwid..."*

 

*Jururawat itu tersenyum, kmd dikeluarkannya al-Qur'an mini dari dlm saku / kantong bajunya, lalu dia membacakannya kepada pasien tsb*     

 

*✔Hampir 9 dari 10 pasien yg beragama Islam, yg berada di Rumah Sakit itu kebanyakannya memperlihatkan wajah penuh kesedihan serta menyesal, menyesal & menyesal tidak mengambil kesempatan untuk membaca al Qur'an di saat sehat & lapang ?*       


*✔Wajah-wajah ketakutan & seram, bila sdh ambang maut, bila maut sdh mendekati ? Naudzubillahi minzalik*  

 

*Saya sbg penulis KISAH ini tersadar pula akan waktu yg sdh tersia-siakan. Juga bagi pembaca yg membaca postingan ini, belum terlambat dan pintu taubat masih terbuka luas untuk kita memuliakannya (al Qur'an, Hadist, dan waktu)... Insyaa Allah*


*Yg singkat itu, "WAKTU"*


*Yg menipu itu, "DUNIA"*


*Yg dekat itu, "KEMATIAN"*


*Yg besar itu, "HAWA NAFSU"*


*Yg berat itu, "AMANAH"*


*Yg sulit itu, "IKHLAS"*


*Yang mudah itu, "BERBUAT DOSA"*


*Yg susah itu, "SABAR"*


*Yg senantiasa lupa itu, "BERSYUKUR"*


*Yg membakar amal itu, "MENGUMPAT"*


*Yg membawa ke neraka itu "LIDAH"*


*Yg berharga itu, "IMAN"*


*Yg menentramkan hati itu, "selalu mengingat Allah, berzikir, serta teman2 sejati yg senantiasa mengingatkan kita"*


*Yg ditunggu Allah Subhana Wa Ta'ala itu "TAUBAT"*


*Semoga bermanfaat, khususnya bagi saya pribadi..*


*Silahkan share sebanyak2nya, sebagai pengingat dan nasehat diri...*

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

By R & R


Friday, December 3, 2021

MAMAKU PEREMPUAN LUAR BIASA..

MAMAKU PEREMPUAN LUAR BIASA...

(Kisah nyata 😭😭😭)


Namaku Chicha Koeswoyo.
Aku lahir dari orangtua yang berbeda agama. Papaku, *Nomo Koeswoyo*, beragama Islam dan masih keturunan *Sunan Drajat*, salah seorang *Wali Songo*. Seorang wali yang sangat terkenal sebagai penyebar agama Islam di wilayah Jawa Timur. 

Mamaku seorang perempuan Kristen yang taat. Beliau masih berdarah Belanda. Dan banyak saudara-saudara dari pihak Mama yang menjadi pendeta. 
Walaupun berbeda agama, Papa dan Mama tidak pernah mempunyai masalah. Keduanya hidup berbahagia dan saling menghargai kepercayaan masing-masing.

Sejak kecil aku dididik secara Kristen. 
Seperti anak-anak Kristen lainnya, aku diikutsertakan di sekolah Minggu. Setiap kali pergi untuk melaksanakan kebaktian, Papaku sering mengantarkan kami ke gereja. Intinya, kami adalah keluarga yang sangat berbahagia. Baik hari Natal ataupun Hari Lebaran, rumah kami selalu meriah. Semua bersuka-cita merayakan kedua hari besar tersebut.

Usiaku sudah menginjak 16 tahun dan duduk di bangku kelas 1, SMA Tarakanita. Rumah tempat tinggal kami sangat berdekatan dengan masjid. 
Terus terang, aku sangat terganggu dengan suara azan, apalagi di saat magrib. Suara azan dari Toa masjid begitu keras dan sangat memekakkan telinga. Belum lagi suara azan dari televisi. 
Setiap kali azan magrib berkumandang, aku matikan televisi karena di semua chanel, semua stasiun menayangkan azan yang sama.

Di suatu magrib terjadilah sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka. Ketika itu azan magrib muncul di layar TV. Seperti biasa aku mencari remote control untuk mematikan televisi. Namun hari itu aku tidak bisa menemukannya. 
Dengan hati kesal kutelusuri sela-sela sofa, kuangkat semua bantal, kuperiksa kolong meja tapi alat pengontrol jarak jauh itu tidak juga terlihat. Karena putus asa, aku terduduk di sofa lalu duduk menatap layar TV yang sedang menayangkan azan dengan teks terjemahannya. 
Lalu apa yang terjadi?

Sekonyong-konyong hatiku menjadi teduh. Baris demi baris terjemahan azan tersebut terus kubaca dan entah karena apa, hati ini semakin sejuk. 
Aku seperti orang terhipnotis dan tubuh ini terasa sangat ringan dengan perasaan yang semakin lama semakin nyaman. Di dalam benak ini sekan-akan ada suara yang berkata padaku, 
_“Sampai kapan kau mau mendengar panggilanKu, Chicha. Sudah berapa tahun Aku memanggilmu, masihkah kau akan terus berpaling dariKu?”_

Lalu aku menangis. Entah karena sedih, marah, bingung, galau, hampa, takut atau mungkin juga semua perasaan itu ada dan berbaur menjadi satu. 
Aku terus menangis tanpa tau harus melakukan apa.

Esok harinya, aku curhat pada adikku. Kami berdua memang sangat dekat satu sama lain. 
Adikku ini ternyata sangat berempati atas apa yang menimpaku. Dia tidak mengeluarkan satupun kata yang menyalahkan kakaknya bahkan dia berkata, _“Aku akan support apapun kalau itu memang membahagiakan Kakak.”_

_“Terima kasih, Dik. Sekarang ikut, Kakak, yuk?”_

_“Ikut ke mana?”_ tanyanya.

Dengan diam-diam kami berdua pergi ke sebuah toko muslim yang letaknya tidak jauh dari rumah. 
Di sana kami membeli mukena, Kitab Suci Al’Quran dengan tafsir dan terjemahannya. 
Tidak lupa sebuah buku yang berjudul ‘Tuntunan Sholat’. 

Sesampainya di rumah, kami berdua mempelajari cara berwudhu, melakukan sholat dan menghafal bacaannya. 
Setelah dirasa mampu, kami berdua mencoba mendirikan sholat bersama-sama. 
Perbuatan kami tentu saja di luar pengetahuan kedua orangtua. 
Pernah suatu kali Mama mengetuk pintu dan sangat marah karena kami mengunci kamar dari dalam. 
Begitu mendengar teriakan Mama, secepat kilat kami membuka mukena dan menyembunyikannya di laci paling atas.

_“Dengar, ya, Nduk! Kalian nggak boleh mengunci pintu kamar. Selama kamu tinggal di rumah Mama, kalian ikut peraturan Mama,”_ bentak ibuku dengan galak.

_“Iya, Ma,”_ sahutku dengan suara perlahan karena tak ingin ribut dengan Mama apalagi kami sangat perlu menjaga kerahasiaan ini.

Waktu terus berlalu. 
Bulan Ramadhan pun datang. 
Tentu saja di bulan suci seperti ini, kami juga ingin melakukan puasa seperti muslim lainnya. 
Berpuasa dari waktu subuh sampai magrib sebetulnya sama sekali tidak sulit. 
Masalah yang lebih pelik datang setiap kali Mama mengajak makan bersama. Mama tentunya curiga karena kami berdua selalu menolak.

_“Aku udah makan di sekolah tadi, Ma,”_ kataku dengan suara bergetar.

Mama menatap aku dengan tajam. Sepertinya dia telah mencium ada yang tak beres dengan kami berdua. Ketegangan pun terjadi. Buatku itu adalah saat yang sangat menegangkan sampai akhirnya Mama menghela napas panjang dan berkata, _“Baiklah kalau begitu.”_

Bulan penuh rahmat berlalu. 
Suara takbir yang begitu merdu di telinga berkumandang. 
Idul Fitri adalah hari kemenangan, dan kami tidak mau kehilangan momen untuk sholat bersama Jemaah yang lain. 
Aku dan Adikku berdiskusi menyusun strategi bagaimana cara pergi ke masjid tanpa sepengetahuan orang rumah. 

Esok harinya, sekitar jam 6.30 pagi, kami mengendap-endap membuka membuka pintu depan. 
Setelah itu membuka pagar sampai terbuka lebar. Kami berdua mendorong mobil dalam keadaan mesin mati supaya tidak terdengar oleh orangtua kami yang masih tenggelam dalam nyenyak. 
Pada satpam yang menjaga rumah, aku berpesan, _“Kalau ada yang tanya, bilang kami mau latihan basket, ya, Pak?”_

_“Siap, Non!”_ kata Sang Satpam entah curiga atau tidak.

Setelah mobil dirasa cukup jauh, aku menghidupkan mobil dan meluncur langsung ke masjid terdekat. 
Sesampainya di sana, banyak tetangga-tetangga menatap kami dengan paras keheranan. Mereka tentu saja bingung karena semua orang tau bahwa aku beragama Kristen. Bahkan barisan ibu-ibu yang duduk tepat di depan kami langsung mendekatkan kepalanya dan berbisik kepada kami.

_“Cha, ngapain kamu di sini? Sholat Idul Fitri itu buat kaum muslim. Kamu kan Kristen?”_

Aku cuma tersenyum dan tidak berusaha menjawab. 
Sementara ibu-ibu lain terus berkasak-kusuk sambil menengok bahkan ada yang menunjuk-nunjuk ke arah kami.  
Kami bergeming dan tidak mempedulikan sikap orang yang merasa aneh dengan kehadiran kami. 
Dan akhirnya sholat Idul Fitri dapat kami ikuti dengan sukses. 
Dengan hati berbunga-bunga kami kembali pulang. 
Alhamdulillah...

Baru saja sampai di depan pagar, di depan rumah telah berdiri Papa dan Mama. 
Mereka membantu membuka pagar, membuka pintu mobil lalu Mama langsung menlontarkan pertanyaan tanpa basi-basi.

_“Dari mana kalian?”_ tanya Mama dengan suara keras.

_“Abis latihan basket, Ma,”_ sahutku. 
Kami berdua memang telah berganti pakaian dan semua mukena dan sajadah sudah dimasukkan ke dalam tas dengan rapih.

_“Kalian jangan berbohong, ya? Mama menangkap ada yang aneh dengan kalian berdua,”_ kata Mama lagi.

Aku menatap Mama yang nampak sangat kesal. 
Sementara Papa cuma cengar-cengir bahkan mengedipkan sebelah matanya pada kami. 

_“Kami latihan basket, Ma. Masa Mama gak percaya sama anak sendiri?”_ kata adikku.

Rupanya omongan Adik membuat hati Mama tersentuh juga. Seperti sebelumnya, dia menatap kami bergantian dengan tajam, menghela napas panjang lalu berkata dengan suara halus, _“Hmm…baiklah kalau begitu.”_

_“Yuk, kita ke atas, Ma,”_ kata Papa sambil menggamit tangan Mama untuk mengajaknya pergi dari situ. Sebelum masuk ke dalam rumah, Papa sempat-sempatnya menengok ke arah kami dan mengedipkan sebelah matanya sekali lagi sambil tersenyum dengan paras jail...

Aku masih termangu-mangu di depan rumah. Kecurigaan Mama mulai menghantui perasaanku. _‘Sampai berapa lama aku bisa mempertahankan rahasia ini?’_ tanyaku dalam hati. 
_‘Daripada Mama yang menemukan rahasia ini, bukankah beliau lebih baik mengetahui semuanya langsung dari anaknya sendiri?’_

_“Mama!”_ Aku memanggil dan mengejar Mama yag sudah berada di dalam rumah.
Mama dan Papa membalikkan badan dan menunggu apa yang akan disampaikan anaknya. 
Kembali kediaman berulang. Sesaat aku gentar hendak menyampaikan berita ini.

_“Ya, Cha? Kamu mau ngomong apa?”_ tanya Papa.

Keheningan kembali mendominasi. 
Bibirku bergetar. 
Semua kata dalam tenggorokan telah berkumpul dan berdesak-desakan untuk keluar dari bibir. 
Aku masih diselimuti kebimbangan. 
Ngomong, jangan, ngomong, jangan, ngomong, jangan….

_“Chicha masuk Islam, Ma. Chica masuk Islam, Papa. Chicha minta maaf tapi Chicha mendapat hidayah dan tidak bisa menolak panggilan itu...”_ Akhirnya tanpa dikendalikan oleh otak semua kata terlontar begitu saja. 

_"Alhamdulillah...!”_ Di luar dugaan Papa berteriak kegirangan mendengar berita tersebut. 
Tidak cukup melampiaskan kegembiraannya dengan cara itu, beliau langsung berlutut di lantai dan melakukan sujud syukur atas hidayah yang didapat anaknya. 
Melihat sikap Papa, aku tentu saja menjadi lebih tabah. 
Dengan penuh harap, aku memandang Mama, berharap mendapat dukungan yang sama.

Mama menatapku dengan pandangan tidak percaya. 
Matanya melotot, dadanya kembang kempis dan bibirnya bergetar hebat.

_“Hueeeeek…!!!!”_ 
Tanpa diduga tiba-tiba Mama muntah darah dan tubuhnya sempoyongan, untungnya Papa dengan sigap menangkap tubuh Mama dan mendudukkannya di sofa.

_“Mamaaaaaa….!!!”_ 
Aku menangis sejadi-jadinya. 
Bagaimana tidak sedih? 
Tidak ada kesedihan yang paling menyakitkan kecuali mengetahui bahwa kita telah menyakiti hati ibu kita sendiri.

*******

Papa mengurus Mama dengan telaten. 
Perlahan-lahan kesehatan Mama berangsur-angsur membaik. 
Tapi sejak peristiwa itu, Mama tidak mau lagi berbicara denganku. Selama ini, Mama dan aku hubungannya sangat dekat. 
Melihat Mama bersikap seperti itu, aku sedih sekali. 
Berkali-kali aku mengajak Mama berbicara tapi beliau tidak menyahut sehingga aku memutuskan untuk mengalah dan membiarkannya sendiri. 
Itu adalah salah satu periode hidup yang paling menyiksa buatku. 
Tapi mau bagaimana lagi? 
Aku hanya bisa pasrah dan menunggu perubahan sikap Mama.

Bulan demi bulan berlalu. kami masih belum berkomunikasi satu sama lain. Mama sering meninggalkan rumah. Entah kemana. Aku nggak berani bertanya, takut malahan membuatnya lebih marah. 
Sudah 3 bulan aku tidak berbicara dengan Mama. 
Hari-hari yang kuhadapi sering aku isi dengan mengurung diri di kamar sambil membaca sejarah para Nabi. Terutama kisah-kisah Rasullulah yang membuatku semakin mantap menjadi seorang muslim. 

_BRAAkK..!!!_
Tiba-tiba pintu kamar dibuka dengan suara keras. 
Aku menengok dan terlihat Mama masuk dengan membawa sebuah kotak yang cukup besar. 
Parasnya dingin dan sulit ditebak apa yang ada di pikirannya.

_“Nduk, Mama mau tanya. Kamu harus menjawab dengan tegas!”_ katanya.

_“Iya, Ma,”_ sahutku dengan suara hampir tak terdengar. 
Dalam hati aku bersorak karena akhirnya Mama mau berbicara lagi.

_“Kamu sudah mantap mau masuk islam?”_ tanyanya lagi tanpa basa-basi.

_“Mantap, Ma. Chicha rasa ini benar-benar panggilan Allah,”_ jawabku pelan tapi tegas.

_“Okay, kalau begitu,”_ kata Mama lalu dia mengangsurkan kotak yang dibawanya ke tanganku.

Dengan terheran-heran, aku menerima kotak tersebut, _“Apa ini, Ma?”_

_“Nggak usah banyak tanya. Kamu buka aja kotak itu sekarang juga.”_

Dengan gerak perlahan, aku membuka kotak tersebut. 
Masya Allah! 
Ternyata isinya adalah Kitab Suci Al Quran, mukena, kerudung, buku-buku agama Islam yang lumayan tebalnya. 

Aku menatap Mama dengan pandangan bertanya.
Mama membalas menatapku dengan tajam, 
_“Kalau kamu ingin menjadi Islam, be a good one..!”_

Mendengar perkatannya, aku menangis dan menghambur ke pelukan Mama. 
Mama memeluk aku seerat yang dia bisa. 
Tangisku makin menjadi-jadi dan membasahi baju Mama di bagian dada.

Setelah tangis mereda, Mama bertanya lagi, _“Kamu sudah resmi masuk islam?”_

_“Chicha udah ngucapin dua kalimat syahadat, Ma.”_

_“Disaksikan oleh ustad atau Kyai?”_

_“Nggak sih, Ma. Chicha ngucapin sendiri aja.”_

_“Berarti kamu belum resmi masuk Islam. Besok Mama akan antar kamu ke Mesjid Al Azhar di Jalan Sisingamangaraja. Mama udah bikin janji dengan Kyai di sana untuk mengislamkan kamu.”_

_“Huhuhuhuhuhu…”_ Aku nggak sanggup untuk mengatakan apa-apa kecuali memeluk Mama lagi sambari menangis menggerung-gerung. 
Setelah perlakuan Mama yang mendiamkan aku selama tiga bulan, siapa sangka Mama akan bersikap begini akhirnya. Mamaku memang luar biasa.

Esok harinya, di *Masjid Al Azhar*, aku resmi memeluk agama Islam di usia *16 tahun*. 

Ah, bahagianya sulit dilukiskan...

Setelah ritual mengucapkan dua kalimat syahadat berakhir, aku menarik Mama untuk menuju ke mobil dan kembali pulang ke rumah.

_“Eh, tunggu dulu, Nduk. Sekarang kamu harus ikut Mama ke belakang.”_

_“Ke belakang mana, Ma?”_ tanyaku keheranan.

_"Ke SMA Al Azhar. Kamu harus pindah sekolah ke sana.”_

_“Loh? Kenapa harus pindah? Chicha udah betah sekolah di Tarakanita. Semua teman-teman Chicha ada di sana. Chicha nggak mau pindah.”_

_“Nduk! Denger kata Mama. Kalau kamu serius pindah ke Islam, kamu nggak boleh setengah-setengah.”_

_“Maksudnya gimana, Ma?”_

_“Tarakanita itu sekolah Kristen. Kalau kamu pindah Islam maka kamu harus bersekolah di sekolah Islam. Sekali lagi Mama bilang, kamu nggak boleh setengah-setengah. Ini peristiwa besar dan pilihan hidup kamu. Mama mau kamu total dalam menyikapi pilihan kamu sendiri.”_

Lagi-lagi sikap Mama membuatku kagum bukan main. 
Sepertinya dia telah mempersiapkan semuanya dengan baik dan terencana.

_“Mama kok bisa-bisanya punya pemikiran seperti ini?”_ tanyaku penasaran.

Mama menghela napas panjang lagi lau berucap, _“Sejak kamu mengatakan mau masuk Islam, Mama sering berkonsultasi dengan teman Mama yang muslim. Mama minta pendapat dia dan dia banyak menasihati Mama soal ini.”_

_“Oh, pantes Mama sering pergi belakangan ini. Biasanya kan Mama selalu di rumah.”_

_“Iya, Cha. Mama butuh support dan teman Mama itu sangat membantu sehingga membuat Mama jauh lebih tenang.”_

_“Kalau boleh tau, teman Mama siapa namanya?”_ tanyaku lagi.

_“Namanya *Doktor Zakiah Darajat*.”_

_“Itu temen Mama? Wah dia orang hebat di kalangan Islam, Ma.”_

_“Betul. Nama belakangnya mirip dengan *Sunan Drajat*, leluhur Papa kamu. Jadi setelah kamu resmi masuk Islam, rasanya kamu juga perlu berziarah ke makam beliau.”_

Sekali lagi aku memeluk Mamaku. 
Jadi selama tiga bulan ini, dia mendiamkan anaknya bukan karena hendak mengacuhkan tapi beliau tidak tau harus bersikap bagaimana. 
Beliau hendak mencari penerangan pada apa yang terjadi pada anaknya. 
Sudah pastilah Mama kebingungan tapi akhirnya setelah mendapat pencerahan dari *Doktor Zakiah Darajat*, 

Mama sekarang malah mendukung pilihan anaknya. Pilihan anak yang berbeda dengan keyakinannya. 

Ah Mamaku memang luar biasa...

Dari lubuk hati yang paling dalam, sebenarnya aku hendak mengajak Mama untuk turut memeluk agama Islam. 
Tapi aku mengurungkan niat itu. 
Apa yang terjadi padaku pastilah sudah berat buat Mama. 
Bagaimana mungkin aku mampu mempengaruhinya sementara saudara-saudaranya banyak yang menjadi pendeta. Beban Mama sudah sangat berat. 
Semua butuh waktu. 
Kalau memang Allah SWT mengizinkan, apa yang untuk manusia pikir tidak mungkin pastinya akan terjadi jika Allah berkehendak. 

Waktu berjalan tanpa pernah berhenti. 
Dengan hati tenteram, aku menjalani hidup sebagai perempuan muslim. 

Tahun 2002, Mama meninggal dunia. 
Tiga bulan sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, beliau juga *menjadi mualaf* dan *memeluk agama Islam*. 

Alhamdulillah..! 
Terima kasih, ya, Allah..!

Ah Mamaku memang luar biasa...!

*******
Persembahan buat semua perempuan hebat di Indonesia..!

Copas dari WAG.

Tuesday, November 9, 2021

MENYINDIR DIRI SENDIRI


MENYINDIR DIRI SENDIRI
_Oleh : Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)_ 

Tidak tua
Tidak muda
Tidak laki-laki
Tidak perempuan
Kalau sudah taruh HP, ditinggal sebentar dilihat lagi, ditutup sebentar dibuka lagi..... 

Semua sayang banget sama yang namanya HP,
Bepergian ngantongi HP,
Kumpul-kumpul sama teman bawa tas isinya HP,
Sehari HP bisa keluar-masuk dari tas atau saku kemeja lebih dari lima puluh kali .

Habis mandi, lihat HP
Habis nyapu, lihat HP
Habis masak, lihat HP
Habis nyuci, lihat HP
Habis makan, lihat HP
Habis kedatangan tamu, lihat HP
Habis bangun tidur, lihat HP
Tengah malam terjaga, lihat HP

Pokoknya asal habis apa saja, yang dilihat HP...
Karena setianya sama HP, pulsa tinggal sedikit cepat-cepat dibelikan

Low-batt satu strip bingung cari colokan listrik ,

Sinyalnya lemah bingung cari tempat,
Apa lagi kalau pas low-batt listrik mati lagi, PLN yang diumpat .. .. .. 

Dipanggil suami/ istri pura2 tidak dengar...
HPnya bunyi langsung lari mencari di mana
HP ditaruhnya tadi.

Pokoknya kalau sudah selesai acara apa saja yang dicari HP...

Kalau perempuan, namanya Nokia Binti Samsung

Kalau laki-laki, namanya Sony Bin Lenovo.

Semoga saya tidak ketularan seperti itu.

Yang merasa seperti itu jangan senyam-senyum sendiri...
Nanti suami/ istri kita tidak paham dengan sikap kita..```

*DO'A UNTUK HP*

```YA ALLAH, ampuni dosa2 saya yang mempunyai HP ini YA ALLAH

Karena saya :                                                
1. Lebih banyak NGISI PULSA daripada SEDEKAH ...
 
2. Lebih banyak baca
SMS/ WA/ FB/ BB daripada baca Al Quran

3. Lebih sering update status daripada update amal sholih kepadamu YA ALLAH...

4. Lebih sering buka BLUETOOTH daripada BERLUTUT SUJUD... 

5. Sering TELPON tapi jarang SILATURAHIM.... 

6. Isi pulsa 10.000 tidak puas, tapi isi KOTAK AMAL 10.000 aja merasa kebanyakan banget.... 

7. Kalau dengar HP bunyi langsung buru-buru angkat sama cengar-cengir, tapi pas suara ADZAN dikumandangkan malah
santai INTERNETAN..

Ya ALLAH.. semoga.. Allah mengampuni dosa-dosa saya yang punya HP ini...

Dan semoga HP yang saya punya ini semoga bermanfaat buat sarana IBADAH kepada-Mu YA ALLAH...

Dan semoga Teman-teman saya yang seperti saya juga ALLAH AMPUNI dosa-dosanya YA, YA ALLAH... 

Aamiin..

Edisi bukan nyindir, tapi mengingatkan diriku sendiri

terima kasih dan mohon maaf bila ada yang tersinggung.. saya juga sama tersinggung, hanya untuk renungan lembut tapi nyata...````
 
*_Semoga bermanfaat._*
------
*Abdullah Gymnastiar*
🤴💎🤴💎🤴💎🤴💎

*Ayo bagikan...🤴💎*
*Jangan tersinggung yaahh 🤣🤣.....*

Friday, November 5, 2021

BELAJAR SEUMUR HIDUP

BELAJAR SEUMUR HIDUP 

Eileen Rachman & Emilia Jakob 

Seorang wirausaha berhasil membangun kerajaan bisnisnya dari nol. Ia mempelajari sendiri semua keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkannya dalam berbisnis. Mulai dari berhubungan dengan supplier, pelanggan, sampai pemerintahan. 

Ia selalu menemukan produk yang tidak terpikirkan oleh orang lain, dan berhasil menjualnya ke pasar. Di bawah pimpinannya, perusahaan maju pesat mencengangkan banyak pihak. Namun, sekarang, ia sudah memasuki usia lanjut dan harus mendelegasikan kepemimpinannya.  Ia sangat berharap bahwa para bawahan dapat mewarisi semangat belajar dan berinovasinya. Ia bahkan menggambarkan keinginannya ini dalam bentuk menggariskan learning organization sebagai budaya perusahaan. Namun, kenyataannya, seiring dengan semakin berkurangnya keterlibatannya di organisasi, derap inovasi, dan agresivitas perusahaan juga mengendur.

Ternyata, tidak gampang menularkan semangat belajar, membutuhkan usaha dan proses yang panjang. Sementara itu, dampak dari kegagalan mewariskan semangat belajar ini terasa pada kurangnya inovasi, tumpulnya strategi dan kultur yang tidak menggambarkan sikap eksplorasi yang tadinya ada pada para founding fathers. Padahal, semua sepakat, kesuksesan perusahaan terjadi karena inovasi yang tiada henti. Alangkah saktinya semangat belajar ini untuk menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Bagi wirausaha, ini: personal growth = company growth. Masalahnya adalah bagaimana perusahaan dapat mengamalkan semangat belajar ini sebagai sebuah lifelong learning seluruh insan organisasi sehingga perkembangan perusahaan pun berjalan secara berkesinambungan. 

Di kalangan perusahaan-perusahaan yang tergolong muda seperti Google, lifelong learning merupakan nilai yang sangat penting. Para eksekutif mati-matian menanamkan kebiasaan belajar, bertanya, mempertanyakan, dan membuang kebiasaan berpikir lama-lama. Semangat ini pun diturunkan secara top down. Sundar Pichai, sang CEO, mengontrol sendiri keseluruhan proses ini. Ia sangat menyadari, begitu pembelajaran tidak berjalan baik, pengembangan perusahaan akan mati.   

Tampaknya, hampir semua perusahaan sudah menyadari, pembelajaran sangat dibutuhkan dan harus berlangsung sepanjang hidup perusahaan, bukan hanya sesaat. Apalagi saat seperti sekarang ketika perubahan berjalan demikian cepat. Namun, kita sendiri juga menyaksikan, proses pembelajaran ini tidak selamanya berjalan mulus. Pembelajaran yang dimaksud ini adalah penciptaan pemahaman baru, bukan sekedar transfer pengetahuan yang sudah ada atau sekedar program upskilling

Inilah yang sering menjadi salah kaprah. Dengan diadakannya program-program learning di perusahaan, diasumsikan pembelajaran sudah terjadi. Padahal, sebelum pengetahuan meluas dengan terciptanya knowledge baru, pembelajaran sebenarnya belum terjadi. 

Misalnya saja seorang yang bergerak di bidang marketing, harus melihat bagaimana orang melakukan pemasaran melalui berbagai media sosial sampai ia bisa menemukan insight bagaimana metode marketing yang tepat bagi organisasinya. Teknisi Teknologi Informasi perlu mendalami kemajuan artificial intelligence. Kesemuanya tidak cukup hanya dilakukan sekali, eksplorasi ini berjalan sepanjang hidup. Peter Drucker mengatakan, hal ini termasuk dalam human imperative masa kini. 

Passion of the explorer 

Mengapa orang bisa belajar terus tanpa lelah? Apa yang membedakan individu ini dengan individu yang melihat pembelajaran sebagai proses yang terpotong-potong? Ternyata, ada beberapa hal yang membedakan seorang pembelajar sepanjang hidup dan seorang yang belajar karena diwajibkan atau ingin mempelajari keterampilan tertentu. 

Pertama, para explorer memang memiliki komitmen jangka panjang terhadap area khusus yang diminatinya, meskipun bisa saja berbeda dengan keterampilan yang sedang ditekuninya. Misalnya, seorang ahli keuangan yang senang berbelanja dan membandingkan produk kompetitor perusahaannya menyebabkan rasa ingin tahu yang tidak pernah putus seputar merchandising produk. 

Para explorer ini tidak menganggap kegagalan sebagai sebuah kemunduran. Mereka justru bersemangat dan belajar dari penyimpangan, keanehan dan kejutan-kejutan lainnya. Kesemuanya itu dianggap sebagai tantangan baru dalam usahanya mencari solusi baru. Apakah jumlah individu dengan karakteristik seperti ini banyak di perusahaan? 

Penelitian di Amerika terhadap sejumlah perusahaan menunjukkan bahwa hanya sekitar 14 persen karyawan yang memiliki semangat belajar dengan semangat seperti ini. Mengapa demikian rendah? Bukankah kita semua pernah muda menjadi anak kecil yang selalu mewarnai semangat belajarnya dengan rasa ingin tahu, imajinasi, kreativitas, keberanian mengambil risiko dan berhubungan dengan orang lain? Mengapa kita seolah melupakannya dan tidak bersemangat lagi dalam belajar kita sekarang? 

Seorang yang bekerja di departemen procurement untuk sebuah perusahaan produsen mobil, berusaha mencari cara baru agar pihak perusahaan dapat menyeleksi vendor dengan lebih teliti. Ia begitu bersemangat dengan menerapkan metode barunya ini. Namun, rupanya direksi tidak menyukai tindakannya yang dianggap terlalu berani sehingga kariernya pun bermasalah. Fixed mindset seperti ini dapat menyebabkan semangat dan motivasi individu untuk bereksperimen dan menemukan hal baru menjadi padam. Hal inilah yang perlu diperangi bila kita ingin membangun semangat pembelajaran tanpa henti di perusahaan.  

Fokus pada penghambat yang nyata 

Setiap departemen dalam organisasi pasti memiliki ukuran prestasinya sendiri. Hal inilah yang sering menyebabkan sulitnya mengontrol perkembangan spirit belajar. Kita bisa memulainya dengan mencari tahu apa aspek terpenting dalam KPI perusahaan yang menjadi target bersama seluruh departemen. Aspek ini diumumkan ke seluruh perusahaan, lengkap dengan segala langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai target perubahannya. Hargai setiap ide secara positif karena proses belajar tentunya akan lebih mengalir dan membangkitkan semangat bila semua individu saling menghargai ide dan pemikiran satu sama lain. Dengan demikian, upaya membentuk kembali budaya belajar yang penuh semangat pun mulai terbangun. 

Continuous learning is the minimum requirement for success in any field. 

 – Brian Tracy 

EXPERD   |   HR Consultant/Konsultan SDM 

Diterbitkan di Harian Kompas Karier 30 Oktober 2021 



 

Saturday, October 16, 2021

KISAH TELADAN; AMPLOP HABIB LUTHFI BIN YAHYA

KISAH TELADAN; AMPLOP HABIB LUTHFI BIN YAHYA

Ada sebuah peristiwa yang sampai saat ini masih saja membekas dalam ingatan tentang Habib Luthfi Bin Yahya. Malam itu, ketika aku duduk berdesak-desak dengan para tetamu yang memenuhi ruangan itu, tiba-tiba beliau menunjukkan kepada semua yang hadir itu sesuatu yang di luar dugaan. Manakala beberapa orang tamu dari berbagai daerah itu tengah menyampaikan keluh kesah mereka, tanpa malu-malu beliau membuka amplop yang bertebaran di atas meja. Dikeluarkan isinya. Lalu ditumpuk di atas meja.

Mula-mula, aku merasa tak nyaman dengan pemandangan itu. Sebab, isi amplop itu semuanya lembaran uang. Ada yang berwarna merah, ada pula yang berwarna biru. Semua uang itu tak lain berasal dari pemberian secara cuma-cuma dari para tetamu. Itulah yang membuatku agak risih. Rasanya kok seperti kurang etis jika hal itu dilakukan di hadapan para tamu yang ada di situ.

Semua isi amplop itu dikeluarkan. Tanpa satu pun tertinggal. Tak dihitung memang oleh Habib Luthfi. Tetapi, kalau aku perkirakan, bisa jadi itu jumlahnya sudah mencapai angka jutaan. 

Setelah semua isi amplop itu dikeluarkan, beliau memasukkan tumpukan uang itu ke dalam satu amplop yang ukurannya cukup besar. Lalu, tiba-tiba memanggil salah seorang perempuan, seorang ibu yang masih muda untuk mendekat. Ibu itu awalnya duduk di pojokan.

“Nduk, sini Nduk,” ucap Habib Luthfi.

Perempuan itu pun agak malu-malu untuk maju ke depan, mendekati beliau. Tampilannya sederhana. Sangat sederhana. Menunjukkan kalau perempuan ini dari kalangan masyarakat biasa. Mungkin dari keluarga yang kurang beruntung nasibnya.

“Sampeyan rene karo sapa? (Anda ke sini sama siapa?)” tanya Habib Luthfi.

“Kaliyan lare, Bah (Bersama anakku),” jawab perempuan itu agak malu dan penuh hormat.

Habib Luthfi pun segera mengedarkan pandangan, mencari anak dari perempuan itu, “Ndi? Ndi anakmu? Gawa rene (Yang mana anakmu? Bawa ke sini),” pinta Habib Luthfi.

Entah senang atau bagaimana, reaksi perempuan itu langsung bergegas ke belakang lagi. Ke tempat duduknya semula. Tetapi, sebelum perempuan ini beringsut, beliau langsung bilang, “Sampeyan ora usah rono maneh. Ngger kene bae. Ben anake sampeyan sing mrene, ya? (Anda tak perlu ke sana lagi. Di sini saja. Biarkan anakmu yang ke sini),” ucap Habib Luthfi sambil tersenyum.

Dari belakang terdengar beberapa orang menyampaikan pada Habib Luthfi jika anak dari perempuan itu tertidur. “Wis ra kaiki. Ben. Nek wis turu ora usah digugah, melas. (Sudah tak apa. Biarkan. Kalau sudah tidur tak perlu dibangunkan, kasihan),” kata Habib Luthfi.

Tak berselang lama, anak dari perempuan itu terbangun. Lalu segera diberi jalan oleh para tetamu untuk mendekat Habib Luthfi. Perempuan itu pun segera menyambut anak perempuannya. Segera pula ia memeluknya.

“Nah iki wis tangi dhewe. Sampun maem durung? (Nah kan, bangun sendiri. Sudah makan belum?),” tanya beliau.

Gadis kecil itu mengangguk.

“Wis? Temenan wis? (Sudah? Beneran sudah?),” tanya Habib Luthfi memastikan.

“Sampun wau, Bah (Sudah tadi),” jawab si Ibu.

“Oh ya wis (Oh ya sudah)...” ucap Habib Luthfi. “Nggonmu iseh kena rob? (Rumahmu masih terkena air rob?)” tanya beliau kemudian.

Si Ibu muda ini menjawab, “Takseh, Bah. Malah sakniki saya parah. (Masih, Bah. Malah sekarang makin parah),” jawab si Ibu itu.

“Lha sampeyan yen turu piye? Terus kerjaane piye? (Lha kalau tidur bagaimana? Kerjanya bagaimana?)” tanya Habib Luthfi.

Perempuan itu menjawab, “Nggih, susah, Bah. Kerjaan ugi susah.”

Tampak tatapan Habib Luthfi menaruh empati yang amat mendalam. Amplop yang ada pada genggaman beliau, seketika itu diberikan kepada Ibu muda itu. “Iki nggo nempur beras karo nggo nyukupi kebutuhanmu ya, Nduk. (Ini untuk membeli beras dan kebutuhan lainnya ya, Nduk). Nggonen sing bener lan sing pas karo kebutuhanmu,” kata beliau kemudian.

Perempuan itu terkejut. Ia tak menyangka akan menerima pemberian yang demikian besar dan sangat berarti bagi dirinya dan keluarganya. Ia pun membungkukkan badan berkali-kali, sambil mengucapkan terimakasih kepada Habib Luthfi.

“Iki dudu saka aku. Ning iki saka kabeh sing ning kene. Insya Allah, kabeh ikhlas. (Ini bukan dari saya. Melainkan dari semua yang ada di sini. Insyaallah semua ikhlas.) Wis ya... ditrima ya, Nduk?” kata Habib Luthfi.

“Nggih, Bah. Maturnuwun...”

“Wis ya... iki wis bengi. Melaske anakmu. Saiki sampeyan luwih becik mulih omah. Ben anakmu sesuk ora kawanan tangine. Sampeyan rene mau diterke bojone sampeyan? (Sudah... ini sudah larut. Kasihan anakmu. Sekarang lebih baik pulang ke rumah agar anakmu tidak kesiangan. Anda ke sini diantar suami?” tanya Habib Luthfi.

“Nggih, Bah. Wau dianter garwa kula nitih becak (Ya, Bah. Tadi diantar suami dengan becaknya)” jawab si Ibu muda itu.

“Lha saiki ning ndi bojomu? (Sekarang di mana suamimu?)”

“Narik becak malih Bah. Sanjange wau wonten sing nyuwun dianter becak (Narik lagi, Bah. Katanya ada orang yang menumpang)” jawab si Ibu muda itu.

“Nek ngono ben diter nganggo mobil wae. Mengko ben sopir sing ngeter Sampeyan mulih. Karo iki, jajan iki digawa ya, (Kalau begitu biar diantar mobil saja. Nanti ada sopir yang mengantar pulang. Dan ini, jajan-jajan ini dibawa pulang ya),” kata Habib Luthfi.

Perempuan itu memperlihatkan roman wajah antara senang dan bingung. Senang, karena malam itu ia mendapatkan pemberian yang luar biasa banyaknya dari beliau. Bingung, karena ia tidak tahu caranya membawa semua pemberian itu. Ada roti satu kaleng besar. Ada makanan lainnya yang berkaleng-kaleng. Ada yang kardusan pula. Semuanya diberikan beliau untuk si ibu muda ini.

Habib Luthfi pun segera memanggil sopir dan memintanya agar membantu membawakan semua barang yang dibawa pulang. Semuanya. Beliau juga berpesan agar sopir mengantarkan sampai depan rumah. Jangan hanya berhenti di tepi jalan.

Setelah peristiwa itu, semua tamu yang hadir malam itu sejenak melongo. Terbengong dengan ulah beliau. Tak berselang jeda yang lama, beliau baru katakan sebuah pesan yang amat mendalam, “Pengorbanan ibu tadi sungguh luar biasa. Ia rela datang ke sini dengan membawa seabreg kebingungan atas nasibnya. Ibu itu korban rob. Hidupnya pas-pasan. Dan tidak hanya ia saja yang mengalami nasib begitu. Ada banyak. Merekalah yang sesungguhnya berhak untuk kita bantu. Ngenes kalau lihat nasib bangsa ini. Sebab, masih banyak orang-orang yang seperti ibu itu.”

Sejenak kemudian, Habib Luthfi terdiam. Seketika itu pula, aku menyaksikan sebuah peristiwa yang membuatku keliru menafsirkan apa yang beliau lakukan. Ya, semula aku berprasangka buruk terhadap tindakan beliau yang mengeluarkan semua isi amplop itu dan meletakkannya di atas meja. Tetapi, prasangka buruk itu kemudian menjadi keliru ketika seluruh uang yang dikeluarkan dari lembar-lembar amplop itu diberikan kepada seorang ibu muda yang dalam kesusahan. Betapa dangkalnya nalarku ini. Oh! Rasanya malu dan teramat malu semalu-malunya.

Betapa tidak, beliau yang sudah memiliki nama besar pun tak segan untuk melayani orang-orang kecil. Bahkan bisa lebih mendahulukan mereka ketimbang tamu-tamu lain yang tampak lebih berkelas. Beliau juga tak sungkan-sungkan untuk mengingatkan siapapun yang hadir di situ, ada kiai, santri, dan orang-orang yang paham agama sekalipun tanpa kata-kata yang berbusa. Langsung melalui tindakan yang boleh dibilang tindakan itu seperti sebuah tamparan keras buat semua tetamu.

Ya, begitulah beliau. Semoga Abah Habib Luthfi Bin Yahya senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan lahir batin dan panjang umur. Amin. (Sumber: IbjmArt.com).

Sunday, May 23, 2021

J•e•r•u•s•a•l•e•m

J•e•r•u•s•a•l•e•m

Al-Quds atau yang juga dikenal dengan nama Jerusalem, menjadi topik pembicaraan hangat akhir-akhir ini, terutama setelah Trump secara terbuka menyampaikan pengakuannya sebagai Ibukota Israel. Pernyataan yang menyulut kemarahan banyak pihak, karena seolah menafikkan sejarah peradaban umat manusia bahwa kota itu merupakan tempat suci bagi 3 penganut agama samawi, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. 
Daerah inilah yang menjadi tempat tinggalnya banyak Nabi dan Rasul serta juga tempat yang menjadi awal perjalanan menuju Sidratul Muntaha oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam saat peristiwa Isra’ dan Mi’raj.

Mungkin Trump perlu belajar sejarah, setidaknya ia perlu meneladani bagaimana Khalifah Umar bin Khattab, menunjukkan kebesarannya sebagai seorang pemimpin, penguasa sekaligus negarawan yang mulia. 

Saat terjadi pertempuran pembebasan wilayah utara Timur Tengah, mulai wilayah Palestina, Yordania, pesisir Levantina, dan Suriah oleh pasukan Islam dari penguasaan tentara Byzantium (Kekaisaran Romawi-Yunani) yang berakhir dengan pengepungan Jerusalem pada tahun 637 M, terjadi perdebatan antara pimpinan pasukan Byzantium, Artavon dengan Uskup Agung Gereja Jerusalem yaitu Patriarch Sophronius. Artavon tidak ingin bila Jerusalem diserahkan pada pasukan Islam. Di lain sisi, Sophronius menginginkan Jerusalem diserahkan pada pasukan Islam dengan damai. Dia yakin kedatangan pasukan Islam sebagai bentuk kehendak Tuhan. 

Keputusan akhir inilah yang kemudian diambil, dan hal itu lalu disampaikan kepada pasukan Islam dengan syarat bahwa yang harus menerima “kunci kota” adalah Khalifah Umar bin Khatab sendiri dari tangan Sophronius. Menerima kabar ini, maka berangkatlah Sang Khalifah dari Madinah memenuhi undangan itu menuju Jerusalem.

Yang ingin diceritakan disini adalah bagaimana reaksi kekaguman dan rasa hormat Uskup Sophronius kepada Khalifah Umar ketika beliau tiba di kota Jerusalem.

Pertama, beliau sudah menyiapkan penyambutan arak-arakan yang meriah, namun terkejut ketika melihat kenyataan bahwa yang datang adalah hanya dua orang berpakaian sederhana bersama seekor keledai. Yang satu naik di atas punggung keledai, sedangkan satunya menuntun keledainya. Banyak orang yang menyambut saat itu mengira bahwa Khalifah Umar adalah yang di punggung keledai. Dugaan itu keliru, sebab justru Sang Penguasa lah yang menuntun keledai, sebab ia memberlakukan pengawalnya secara manusiawi, artinya mereka bergantian menunggangi keledai itu selama menempuh perjalanan panjang ke kota Jerusalem. Saat itu, kebetulan giliran sang pengawal lah yang menunggangi keledai.

Keduanya, beliau juga terkesima ketika mengajak Khalifah Umar berkeliling kota Jerusalem, termasuk mengunjungi Gereja Makam Suci (dalam keyakinan Kristen, Nabi Isa dimakamkan di gereja ini). 

Karena sudah tiba waktu shalat, Uskup Sophronius mempersilakan Khalifah Umar untuk shalat di dalam gereja, namun beliau serta merta menolaknya, lalu memilih shalat di luar gereja. Khalifah Umar khawatir kalau seandainya ia shalat di dalam gereja tersebut, nanti umat Islam yang tidak paham di masa depan akan merubah gereja ini menjadi masjid dengan dalih Khalifah Umar pernah shalat disitu. Ini dikhawatirkan akan menzalimi hak umat Nasrani. Kelak sebagai bentuk penghormatan atas kemuliaan hati sang Khalifah, di tempat beliau shalat lalu dibangunlah Masjid Umar bin Khattab r.a.

Ketiga, ketika kemudian Khalifah Umar minta diantar ke Kuil Sulaiman di kompleks Al Aqsha, beliau mendapati bahwa lokasi itu telah berubah menjadi tempat penimbunan sampah yang sengaja dibuang disana sebagai bentuk penghinaan kepada orang Yahudi yang telah membunuhi tawanan Nasrani di wilayah Persia (namun dalam kitab Yahudi dituliskan bahwa penimbunan sampah, bahkan kotoran bulanan wanita pun sengaja dibuang kesana, karena rasa kemarahan umat Kristen kepada umat Yahudi yang dianggap bertanggungjawab terhadap kematian Nabi Isa Al Masih). 

Sang Khalifah kemudian dengan tangannya sendiri dan dibantu pasukannya, serta masyarakat Yahudi, membersihkan lokasi tersebut dan lalu merenovasi Komplek Al Aqsa sehingga suci kembali. Dalam penguasaan muslim selama 462 tahun kemudian, Jerusalem berubah menjadi tempat peribadatan yang aman bagi 3 agama samawi, termasuk didirikannya Dome of Rock (Qubatu Shakhrah) di komplek tersebut pada tahun 691 M.

Keempat, perlakuan adil yang diberlakukan oleh Khalifah Umar dan penerusnya Bani Umayyah di wilayah Jerusalem, merupakan pengejawantahan dari perjanjian tertulis yang telah ditandatangani Khalifah Umar saat menerima kunci kota dari Uskup Sophronius, yang bunyinya antara lain adalah sbb:

“Bismillahirrahmanirrahim.
Ini adalah jaminan keamanan dari hamba Allah, Umar, amirul mukminin, kepada penduduk Jerusalem. Umar memberikan jaminan terhadap jiwa mereka, harta, gereja-gereja, salib-salib, orang-orang yang lemah, dan mereka tidak dipaksa meninggalkan agama mereka. Tidak ada seorang pun diantara mereka yang merasa terancam dan diusir dari Jerusalem….”

Dari semua hal di atas, kita bisa belajar bagaimana seharusnya berlaku adil dalam menghormati keyakinan agama yang berbeda-beda. Bahkan pada saat berkuasa pun, ia akan menjamin hak masing-masing sepenuhnya secara adil, termasuk pihak minoritas sekalipun. 

Kemuliaan tidak diperoleh dari sikap kesewenang-wenangan, terutama pada saat kekuasaan dan kekuatan di tangan kita, tetapi justru digunakan untuk melindungi hak-hak setiap orang yang berada di bawah kekuasaannya. Trump harus belajar dari sikap elegan ini, agar ia tidak terkubur oleh sikap arogansi dan kesewenang-wenangannya sendiri di masa yang akan datang. Sebab keyakinan adalah sesuatu yang tidak perlu digugat apalagi dihinakan, kecuali untuk saling dihormati dan diterima apa adanya. Semoga.

Penulis: Joni Hermana – ITS

NB: _Tulisan ini dibuat Desember 2017 yang lalu dan pernah direlease oleh beberapa media, yaitu Republika dan Radarindonesianews di tahun yang sama._

Thursday, March 11, 2021

LOGIKA SEDERHANA IMAM HASAN AL-BANNA

LOGIKA SEDERHANA IMAM HASAN AL-BANNA

Hasan Al-Banna punya sebuah majelis taklim. Majelis ilmu itu dilaksanakan di sebuah masjid pada malam hari. Jama'ah. pengajian itu semakin hari semakin membludak saja. Maklum, tutur kata ustadz muda itu begitu menyentuh jiwa.

Suatu hari, Hasan Al-Banna merasakan adanya nuansa aneh di majelis taklimnya. Jama'ah pengajiannya duduk berkelompok. Ada dua kelompok besar. Masing-masing mengambil jarak.

Sebelum lagi Hasan Al-Banna memulai acara taklimnya, tiba-tiba sebuah pertanyaan mengejutkannya. Sebenarnya nada pertanyaan itu datar saja, tapi hati Hasan Al-Banna yang begitu peka menangkap sebuah pesan yang besar dalam pertanyaan itu.

"Bagaimana pendapat ustadz mengenai tawassul?" Sang guru yang ditanya terdiam sejenak. Ditatapnya si penanya. Disapunya satu per satu hadirin yang menatapnya dengan raut wajah menunggu.

"Wahai saudaraku," sapa Hasan Al-Banna jernih kepada si penanya. "Saya yakin engkau tidak hanya bertanya tentang tawasul saja. Engkau juga ingin bertanya tentang membaca salawat setelah azan, membaca Al Kahfi di hari Jumat, mengucap kata sayyidina dalam tasyahud, juga tentang membaca Alquran yang pahalanya ditujukan untuk mayit seseorang."

Jama'ah majelis taklim itu kaget. Guru mereka bisa membaca isi pikiran mereka. Dan Hasan Al-Banna memang sengaja mengungkap beberapa masalah khilafiyah yang sedang mereka ributkan. Masalah itulah yang membuat murid-muridnya duduk berkelompok-kelompok.

"Ya, benar. Saya memang ingin jawaban tentang itu semua," ujar si penanya tadi. Hasan Al-Banna menatapnya lembut. "Wahai saudaraku, saya ini bukan ulama. Hanya guru biasa yang hafal sebagian ayat-ayat Alquran, hadits, dan hukum-hukum agama yang saya baca dari beberapa kitab, lalu saya mengajarkannya kepada kalian. Jika engkau membawaku keluar dari lingkup itu, berarti kalian telah membuatku mengalami kesulitan," ungkap Hasan Al-Banna jujur.

"Oleh karenanya, jika apa yang akan saya katakan dapat memuaskanmu, itulah yang saya inginkan dan silakan mendengarkan. Namun, jika engkau menginginkan jawaban dan pengetahuan yang lebih luas, maka tanyakanlah kepada selainku. Tanyakan kepada para ulama yang ahli. Merekalah yang mampu memberikan fatwa kepadamu mengenai apa yang engkau inginkan itu. Adapun saya, hanya inilah kapasitas keilmuan yang saya miliki. Allah tidak membebani seorang hamba melainkan sebatas kesanggupannya," lanjut Hasan Al-Banna.
Rupanya, ungkapan merendah Hasan Al-Banna itu berhasil mencairkan suasana kaku yang tercipta di antara hadirin. Mereka tampak lega dengan apa yang dikatakan guru mereka.
Melihatnya, diam-diam Hasan Al-Banna bertahmid kepada Allah swt. Nalurinya sebagai pendidik tergugah. Ini saat yang tepat untuk memberi pelajaran yang lebih kepada murid-muridnya.

"Wahai saudaraku sekalian, saya sebenarnya tahu betul kemana arah pertanyaan tadi. Kalian ingin tahu saya ini termasuk kelompok Syeikh Musa atau Syeikh Sami. Ketahuilah, hal ini sama sekali tak bermanfaat bagi kalian. Kalian sudah tenggelam dalam iklim fitnah selama selama delapan tahun ini. Itu sudah cukup, " ucap Hasan Al-Banna memecah di keheningan masjid.

"Masalah-masalah yang kalian perselisihkan sebenarnya sudah diperselisihkan oleh kaum muslimin selama ratusan tahun lamanya. Dan mereka masih saja berselisih. Meski demikian Allah swt. tetap ridha apabila kita saling mencintai dan saling menjalin persatuan. Allah swt. benci apabila kita berselisih dan berpecah belah. Oleh karena itu, saya berharap, kalian bisa berjanji kepada Allah untuk meninggalkan persoalan-persoalan semacam ini sekarang. Lalu kita bersungguh-sungguh untuk bersama-sama mempelajari dasar-dasar agama dan kaidah-kaidahnya, mengamalkan anjuran anjuran agama yang kita sepakati bersama, serta kita amalkan kewajiban-kewajiban dan sunah-sunahnya sekaligus. Kita tinggalkan sikap takalluf (mengada-ada) dan ta'ammuq (terlalu dalam menyelami persoalan) agar jiwa kita jernih. Dengan begitu, kita semua bisa mempelajari berbagai persoalan dalam naungan rasa cinta, saling percaya, persatuan, dan keikhlasan. Saya berharap agar kalian dapat menerima pendapatku ini dan agar hal ini menjadi suatu janji di antara kita," tutur Hasan Al-Banna panjang dan mendalam. Semua terdiam. Tampaknya mereka butuh contoh konkret atas uraian tadi.

Hasan Al-Banna kembali menghentak keheningan itu.

"Siapa di antara kalian yang bermazhab Hanafi?" Seseorang mengacungkan jari. "Kemari!"

"Siapa di antara kalian yang bermazhab Syafi'i?" Satu orang lagi maju, mendekat ke guru muda itu.

"Saya akan shalat dan mengimami kedua saudara kita ini," kata Al-Banna kepada jama'ah majelis taklimnya.

"Apa yang kamu lakukan saat saya sedang membaca Al-Fatihah?" tanya Hasan Al-Banna kepada muridnya yang mengaku bermazhab Hanafi. "Saya akan diam saja dan tidak membaca apa-apa."

"Saudaraku yang bermazhab Syafi'i, apa yang kamu lakukan?" "Saya tetap harus membaca AlFatihah!" jawabnya tegas. Hadirin mendengar jawaban kedua itu.

Hasan Al-Banna kembali melemparkan pertanyaan. "Jika kita telah selesai shalat, bagaimana pendapatmu, wahai saudaraku yang bermazhab Syafi'i, tentang shalat saudaramu yang bermazhab Hanafi?"

"Shalatnya batal karena tidak membaca AlFatihah yang merupakan salah satu rukun shalat."

Hasan Al-Banna melontarkan pertanyaan yang sama ke murid yang satunya lagi. "Lalu bagaimana pendapatmu, wahai saudaraku yang bermazhab Hanafi tentang shalat saudaramu yang bermazhab Syafi'i?". "Ia telah melakukan tindakan makruh yang bersifat haram."

Mendengar kedua jawaban itu, Hasan Al-Banna segera mempertajam pertanyaannya. "Apakah karena alasan itu salah seorang dari kalian mengkafirkan yang lain?" "Tidak!" jawab keduanya cepat.

Hasan Al-Banna kemudian berpaling ke seluruh hadirin. "Apakah ada di antara kalian yang mengkafirkan satu dari mereka karena bacaan Al-Fatihahnya?" .

Tidak," kata seluruh jamaah majelis taklim tegas.

"Aduhai, Maha Suci Allah. Kalian bisa diam dan memaklumi permasalahan seperti ini padahal ini menyangkut sah atau batalnya shalat. Tapi, mengapa kalian berselisih tak kunjung usai hanya karena ucapan Allahumma shalli `ala Muhammad atau Allahumma shalli `ala sayyidina Muhammad dalam tasyahud?"

Jama'ah majelis taklim itu tercengang. Ya, mengapa mereka bisa terjebak dalam perselisihan yang tak perlu.

Dan logika sederhana guru mereka telah membongkar tempurung yang menutupi cakrawala berpikir mereka selama ini. Malam itu mereka mendapat pelajaran yang sangat berharga dari guru mereka, Hasan Al-Banna.

*Dari berbagai sumber

Wednesday, March 10, 2021

Isra' dan Mi'raj Rasulullah Saw

*ISRA' DAN MI'RAJ RASULULLAH _Shalallahu Alaihi Wasallam_*
----------------------------------
Disalin dari aplikasi Qur'an Kemenag Android
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag
----------------------------------
 Al-Isrā' ayat 1

*سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ*
_Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat._

TAFSIR TAHLILI

Allah swt menyatakan kemahasucian-Nya dengan firman “subḥāna”, agar manusia mengakui kesucian-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak dan meyakini sifat-sifat keagungan-Nya yang tiada tara. Ungkapan itu juga sebagai pernyataan tentang sifat kebesaran-Nya yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam, dengan perjalanan yang sangat cepat.

Allah swt memulai firman-Nya dengan subḥāna dalam ayat ini, dan di beberapa ayat yang lain, sebagai pertanda bahwa ayat itu mengandung peristiwa luar biasa yang hanya dapat terlaksana karena iradah dan kekuasaan-Nya.

Dari kata asrā' dapat dipahami bahwa Isrā' Nabi Muhammad saw terjadi di waktu malam hari, karena kata asrā dalam bahasa Arab berarti perjalanan di malam hari. Penyebutan lailan, dengan bentuk isim nakirah, yang berarti “malam hari”, adalah untuk menggambarkan bahwa kejadian Isrā' itu mengambil waktu malam yang singkat dan juga untuk menguatkan pengertian bahwa peristiwa Isrā' itu memang benar-benar terjadi di malam hari. 

Allah swt meng-isrā'-kan hamba-Nya di malam hari, karena waktu itulah yang paling utama bagi para hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan waktu yang paling baik untuk beribadah kepada-Nya.

Perkataan ‘abdihi (hamba-Nya) dalam ayat ini maksudnya ialah Nabi Muhammad saw yang telah terpilih sebagai nabi yang terakhir. Beliau telah mendapat perintah untuk melakukan perjalanan malam, sebagai penghormat-an kepadanya.
Dalam ayat ini tidak diterangkan waktunya secara pasti, baik waktu keberangkatan maupun kepulangan Nabi Muhammad saw kembali ke tempat tinggalnya di Mekah. Hanya saja yang diterangkan bahwa Isrā' Nabi Muhammad saw dimulai dari Masjidilharam, yaitu masjid yang terkenal karena Ka‘bah (Baitullah) terletak di dalamnya, menuju Masjidil Aqsa yang berada di Baitul Makdis. Masjid itu disebut Masjidil Aqsa yang berarti “terjauh”, karena letaknya jauh dari kota Mekah.

Selanjutnya Allah swt menjelaskan bahwa Masjidil Aqsa dan daerah-daerah sekitarnya mendapat berkah Allah karena menjadi tempat turun wahyu kepada para nabi. Tanahnya disuburkan, sehingga menjadi daerah yang makmur. Di samping itu, masjid tersebut termasuk di antara masjid yang menjadi tempat peribadatan para nabi dan tempat tinggal mereka.

Sesudah itu, Allah menyebutkan alasan mengapa Nabi Muhammad saw diperjalankan pada malam hari, yaitu untuk memperlihatkan kepada Nabi tanda-tanda kebesaran-Nya. Tanda-tanda itu disaksikan oleh Muhammad saw dalam perjalanannya dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa, berupa pengalaman-pengalaman yang berharga, ketabahan hati dalam menghadapi berbagai macam cobaan, dan betapa luasnya jagat raya serta alangkah Agungnya Allah Maha Pencipta. Pengalaman-pengalaman baru yang disaksikan Nabi Muhammad sangat berguna untuk memantapkan hati beliau menghadapi berbagai macam rintangan dari kaumnya, dan meyakini kebenaran wahyu Allah, baik yang telah diterima maupun yang akan diterimanya.

Di akhir ayat ini, Allah swt menjelaskan bahwa Dia Maha Mendengar bisikan batin para hamba-Nya dan Maha Melihat semua perbuatan mereka. Tak ada detak jantung, ataupun gerakan tubuh dari seluruh makhluk yang ada di antara langit dan bumi ini yang lepas dari pengamatan-Nya.
Ayat ini menyebutkan terjadinya peristiwa Isrā', yaitu perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa di waktu malam. Sedangkan peristiwa Mi‘raj, yaitu naiknya Nabi Muhammad  dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mustawa) tidak diisyaratkan oleh ayat ini, tetapi diisyaratkan dalam Surah an-Najm.

Hampir seluruh ahli tafsir berpendapat bahwa peristiwa Isrā' terjadi setelah Nabi Muhammad diutus menjadi rasul. Peristiwanya terjadi satu tahun sebelum hijrah. Demikian menurut Imam az-Zuhrī, Ibnu Sa‘ad, dan lain-lainnya. Imam Nawawi pun memastikan demikian. Bahkan menurut Ibnu Ḥazm, peristiwa Isrā' itu terjadi di bulan Rajab tahun kedua belas setelah pengangkatan Muhammad menjadi nabi. Sedangkan al-Ḥāfiẓ ‘Abdul Gani al-Maqdisī memilih pendapat yang mengatakan bahwa Isrā' dan Mi‘raj tersebut terjadi pada 27 Rajab, dengan alasan pada waktu itulah masyarakat melaksanakannya. 

Adapun hadis-hadis yang menjelaskan terjadinya Isrā' itu sebagai berikut:

Pertama:
قال أنس بن مالك: لَيْلَةَ اُسْرِيَ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَسْجِدِ الْكَعْبَةِ أَنَّهُ جَاءَهَ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ قَبْلَ أَنْ يُوْحَى إِلَيْهِ وَهُوَ نَائِمٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَقَالَ أَوَّلُهُمْ: أَيُّهُمْ هُوَ؟ فَقَالَ أَوْسَطُهُمْ: هُوَ خَيْرُهُمْ. فَقَالَ اٰخِرُهُمْ: خُذُوْا خَيْرَهُمْ، فَكَانَتْ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فَلَمْ يَرَهُمْ حَتَّى أَتَوْهُ لَيْلَةً أُخْرَى فِيْمَا يَرَى قَلْبُهُ وَتَنَامُ عَيْنُهُ وَلاَ يَنَامُ قَلْبُهُ وَكَذٰلِكَ اْلأَنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَلاَ يَنَامُ قَلْبُهُمْ- فَلَمْ يُكَلِّمُوْهُ حَتَّى احْتَمَلُوْا فَوَضَعُوْهُ عِنْدَ بِئْرِ زَمْزَمَ فَتَوَلاَّهُ مِنْهُمْ جِبْرِيْلُ فَشَقَّ جِبْرِيْلُ مَا بَيْنَ نَحْرِهِ إِلَى لِبَّتِهِ حَتَّى فَرَغَ مِنْ صَدْرِهِ وَجَوْفِهِ فَغَسَلَهُ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ بِيَدِهِ حَتَّى أَنْقَى جَوْفَهُ ثُمَّ أَتَى بِطَشْتٍ مِنْ ذَهَبٍ فِيْهِ نُوْرٌ مِنْ ذَهَبٍ مَحْشُوٍّ إِيْمَانًا وَحِكْمَةً فَحَشَابِهِ صَدْرَهُ وَلَغَادِيْدَهُ يَعْنِى عُرُوْقَ حَلْقِهِ ثُمَّ اَطْبَقَهُ. (رواه البخاري)

Anas bin Malik menuturkan bahwa pada malam diperjalankannya Rasulullah saw dari Masjidilharam, datanglah kepadanya tiga orang pada saat sebelum turunnya wahyu, sedangkan Rasul pada waktu itu sedang tidur di Masjidilharam. Kemudian berkatalah orang yang pertama, “Siapakah dia ini?” Kemudian orang kedua menjawab, “Dia adalah orang yang terbaik di antara mereka (kaumnya).” Setelah itu berkatalah orang ketiga, “Ambillah orang yang terbaik itu.” Pada malam itu Nabi tidak mengetahui siapa mereka, sehingga mereka datang kepada Nabi di malam yang lain dalam keadaan matanya tidur sedangkan hatinya tidak tidur. Demikianlah para nabi, meskipun mata mereka terpejam, namun hati mereka tidaklah tidur. Sesudah itu rombongan tadi tidak berbicara sedikit pun kepada Nabi hingga mereka membawa Nabi dan meletakkannya di sekitar sumur Zamzam. Di antara mereka ada Jibril yang menguasai diri Nabi, lalu Jibril membelah bagian tubuh, antara leher sampai ke hatinya, sehingga kosonglah dadanya. Sesudah itu Jibril mencuci hati Nabi dengan air Zamzam dengan menggunakan tangannya, sehingga bersihlah hati beliau. Kemudian Jibril membawa bejana dari emas yang berisi iman dan hikmah. Kemudian dituangkanlah isi bejana itu memenuhi dada beliau dan urat-urat tenggorokannya lalu ditutupnya kembali. (Riwayat al-Bukhārī);

Kedua: 
اِذْ أَتَانِي اٰتٍ فَقَدَّ فَاسْتَخْرَجَ قَلْبِي، ثُمَّ أُتِيْتُ بِطَشْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مَمْلُوْءَةٍ إِيْمَانًا، فَغَسَلَ قَلْبِي ثُمَّ حُشِيَ (أُعِيْدَ) (رواه البخاري عن سعصعة)

Bahwa Nabi saw bersabda, “Tiba-tiba datang kepadaku seseorang (Jibril). Kemudian ia membedah dan mengeluarkan hatiku. Setelah itu dibawalah kepadaku bejana yang terbuat dari emas yang penuh dengan iman, lalu ia mencuci hatiku. Setelah itu menuangkan isi bejana itu kepadaku. Kemudian hatiku dikembalikannya seperti sediakala”. (Riwayat al-Bukhārī dari Sa‘ṣa‘ah);

Ketiga: 
إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أُتِيْتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُوْنَ الْبِغَالِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ فَرَكِبْتُهُ فَسَارَبِي حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَرَبَطْتُ الدَّابَّةَ بِالْحَلْقَةِ الَّتِى يَرْبِطُ فِيْهَا الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ دَخَلْتُ فَصَلَّيْتُ فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ فَأَتَانِى جِبْرِيْلُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ جِبْرِيْلُ أَصَبْتَ الْفِطْرَةَ. (رواه أحمد عن أنس بن ملك)

Bahwa Rasulullah saw bersabda, “Didatangkan kepadaku Buraq, yaitu binatang putih lebih besar dari himār, dan lebih kecil dari bigāl. Ia melangkahkan kakinya sejauh pandangan mata. Kemudian saya mengendarainya, lalu ia membawaku sehingga sampai ke Baitul Makdis. Kemudian saya mengikatnya pada tempat para nabi mengikatkan kendaraannya. Kemudian saya salat dua rakaat di dalamnya, lalu saya keluar. Kemudian Jibril membawa kepadaku sebuah bejana yang berisi minuman keras (khamar) dan sebuah lagi berisi susu; lalu saya pilih yang berisi susu, lantas Jibril berkata, “Engkau telah memilih fitrah sebagai pilihan yang benar.” (Riwayat Aḥmad dari Anas bin Mālik);

Dari hadis-hadis tersebut, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad diperjalankan pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa atas izin Allah di bawah bimbingan malaikat Jibril. Sebelum Nabi Muhammad saw diperjalankan pada malam itu, hatinya diisi iman dan hikmah, agar beliau tahan menghadapi segala macam cobaan dan tabah dalam melaksanakan perintah-Nya. 

Perjalanan itu dilakukan dengan mengendarai Buraq yang mempunyai kecepatan luar biasa sehingga Isrā' dan Mi‘raj hanya memerlu-kan waktu kurang dari satu malam.

Dalam ayat ini tidak dijelaskan secara terperinci, apakah Nabi saw Isrā' dengan roh dan jasadnya, ataukah rohnya saja. Itulah sebabnya para mufasir berbeda pendapat mengenai hal tersebut. Mayoritas mereka berpendapat bahwa Isrā' dilakukan dengan roh dan jasad dalam keadaan sadar, bukan dalam keadaan tidur. Mereka itu mengajukan beberapa alasan untuk menguatkan pendapatnya di antaranya:

a.  Kata subḥāna menunjukkan adanya peristiwa yang hebat. Jika Nabi di-isrā'-kan dalam keadaan tidur, tidak perlu diungkapkan dengan meng-gunakan ayat yang didahului dengan tasbih.

b.  Andaikata Isrā' itu dilakukan dalam keadaan tidur, tentulah orang Quraisy tidak dengan serta merta mendustakannya. Banyaknya orang muslim yang murtad kembali karena peristiwa Isrā' menunjukkan bahwa peristiwa itu bukanlah hal yang biasa. Kata-kata Ummu Hani’ yang melarang Nabi menceritakan kepada siapapun pengalaman-pengalaman yang dialami ketika Isrā' agar mereka tidak menganggap Nabi saw berdusta, juga menguatkan bahwa Isrā' itu dilakukan Nabi dengan roh dan jasadnya. Peristiwa ini yang menyebabkan Abu Bakar diberi gelar as-Ṣiddīq karena dia membenarkan Nabi, dengan cepat dan tanpa ragu, ber-Isrā' dengan roh dan jasadnya, sedangkan orang-orang lain berat menerimanya.

c.  Firman Allah yang menggunakan bi‘abdihi  menunjukkan bahwa Nabi Isrā' dengan roh dan jasad karena kata seorang hamba mengacu pada kesatuan jasad dan roh.
Perkataan Ibnu ‘Abbās bahwa orang-orang Arab menggunakan kata ru'ya dalam arti penglihatan mata, maka kata ru'ya yang tersebut dalam firman Allah berikut ini mesti dipahami sebagai penglihatan dengan mata.
وَمَا جَعَلْنَا الرُّءْيَا الَّتِيْٓ اَرَيْنٰكَ اِلَّا فِتْنَةً لِّلنَّاسِ 
Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia. (al-Isrā'/17: 60)

d.  Yang diperlihatkan kepada Nabi waktu Isrā' dan Mi‘rāj adalah penglihatan mata yang mungkin terjadi karena kecepatan yang serupa telah dibuktikan oleh manusia dengan teknologi modern.;

Beberapa mufassir yang lain berpendapat bahwa Isrā' dilakukan Nabi dengan rohnya saja. Mereka ini menguatkan pendapatnya dengan perkataan Mu‘awiyah bin Abi Sufyan ketika ditanya tentang Isrā' Nabi Muhammad saw, beliau menjawab:
كَانَ رُؤْيَا مِنَ اللهِ صَادِقَةً...
Isrā’ Nabi itu adalah mimpi yang benar yang datangnya dari Allah. 
 
Pendapat yang mengatakan bahwa Isrā' hanya dilakukan dengan roh saja lemah, karena sanad hadis yang dijadikan hujjah atau pegangan tidak jelas.;

وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ

Sungguh, dia (Nabi Muhammad) benar-benar telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain,
(An-Najm [53]:13)

عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى

(yaitu ketika) di Sidratulmuntaha.
(An-Najm [53]:14)

Selanjutnya dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan bahwa sesungguhnya Muhammad saw pernah melihat Jibril (untuk kedua kali-nya) dalam rupanya yang asli pada waktu melakukan mi‘raj ke Sidratul Muntaha yaitu suatu tempat yang merupakan batas alam yang dapat dike-tahui oleh para malaikat.

Ada yang berpendapat bahwa maksud ayat ini adalah seperti dalam firman Allah:

وَاَنَّ اِلٰى رَبِّكَ الْمُنْتَهٰىۙ    ٤٢
Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu). (an- Najm/53: 42);

Setiap Mukmin wajib mempercayai bahwa Sidratul Muntaha itu sebagaimana yang telah diterangkan oleh Allah dalam ayat-Nya. Tetapi ia tidak boleh menerangkan tempatnya dan sifat-sifatnya, dengan keterangan yang melebihi daripada apa yang telah diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur'an, kecuali bila keterangan itu kita dapat dari hadis Nabi Muhammad saw yang menerangkan kepada kita dengan jelas dan pasti, karena hal itu termasuk dalam hal yang gaib yang belum diizinkan kita untuk mengetahuinya.
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Aḥmad, Muslim, at-Tirmīzī, dan lain-lainnya bahwa Sidratul Muntaha itu ada di langit yang ketujuh.

_Wallahu a'lam_

Wednesday, January 27, 2021

KANSELIR ANEGELICA MERKEL

- Jerman, mengucapkan selamat tinggal kepada KANSELIR ANEGELICA MERKEL, Dengan tepuk tangan hangat selama enam menit.

  - Orang Jerman memilihnya untuk memimpin mereka, dan dia memimpin 80 juta orang Jerman selama 18 tahun dengan kompetensi, keterampilan, dedikasi dan ketulusan, selama delapan belas Tahun. (18Th).
 -------- Kepemimpinannya atas otoritas di negaranya, tidak ada pelanggaran yang tercatat terhadapnya .. Dia tidak menugaskan salah satu kerabatnya sebagai sekretaris .. Dia tidak mengklaim bahwa dia adalah pencipta kejayaan .. Dia tidak  mendapatkan jutaan darinya, juga tidak ada yang menghibur hidupnya, dia tidak menerima piagam dan janji, dia tidak melawan mereka yang mendahuluinya dan tidak membubarkannya.  

Dia tidak mengucapkan omong kosong .. Dia tidak muncul di gang-gang Berlin untuk difoto.

   Ini adalah, "Angelica Merkel" Wanita yang dijuluki "Nyonya Dunia" dan digambarkan setara dengan enam juta pria.

   Kemarin, Merkel meninggalkan posisi Kepemimpinan Partai dan menyerahkannya kepada orang-orang setelahnya, dan Jerman serta rakyat Jerman berada dalam kondisi terbaik.

  - Reaksi Jerman belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Jerman .. 

Semua orang pergi ke balkon rumah masing2 dan bertepuk tangan untuknya secara spontan selama 6 menit tepuk tangan hangat tanpa henti, tanpa penyair populer, penyanyi dan seremoni ini atau itu. 

 - Jerman berdiri sebagai satu badan yang mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin Jerman, seorang fisikawan kimia yang tidak tergoda oleh mode atau lampu sorot dan tidak membeli real estat, mobil, kapal pesiar dan pesawat pribadi, dia sadar bahwa dia berasal dari bekas Jerman Timur ..
   
Dia meninggalkan posnya setelah meninggalkan Jerman di atas .. Dia pergi dan kerabatnya tidak ngemis2 kedudukan/jabatan.

Delapan belas tahun dia bekerja dan tidak mengganti pakaian lamanya ..
 - Tuhan Semoga beri berkat atas pemimpin yang diam ini. -   Tuhan semoga beri berkat atas kebesaran Jerman ..

  - Pada konferensi pers, seorang jurnalis wanita bertanya kepada Merkel: Kami melihat bahwa pakaian Anda yang itu terus, bukankah Anda punya yang lain?
   Dia menjawab: Saya pegawai pemerintah dan bukan model.

 -   Pada konferensi pers lainnya, mereka bertanya padanya: Apakah Anda memiliki pembantu rumah tangga yang membersihkan rumah, menyiapkan makanan, dan sebagainya?
 - Jawabannya adalah: Tidak, saya tidak memiliki pekerja perempuan dan saya tidak membutuhkan mereka.  Suami saya dan saya melakukan pekerjaan ini di rumah setiap hari.

-   Kemudian wartawan lain bertanya: Siapa yang mencuci baju, Anda atau suami Anda?
   Jawabannya: Saya yang mengatur pakaian, dan suami saya yang mengoperasikan mesin cuci, dan biasanya pada malam hari, karena listrik tersedia dan tidak ada tekanan, dan yang terpenting adalah memperhitungkan  tetangga dari ketidaknyamanan, dan dinding yang memisahkan apartemen Kami dari tetangga tebal.
   
Ibu Merkel ini tinggal di apartemen normal seperti warga negara lainnya .. Apartemen ini dia tinggali sebelum terpilih sebagai Perdana Menteri Jerman dan dia tidak meninggalkannya dan tidak memiliki vila, pelayan, kolam renang dan taman ..

Ini Merkel, Perdana Menteri Jerman, ekonomi terbesar di Eropa !!

(Semoga tulisan ini tidak bikin malu orang lain!)

Sunday, January 24, 2021

Rumah bau melati

*🌻Rumah bau melati🌻*

*Wkt Magrib yg menegangkan.*
*Org2 brgerak menuju rumah kosong setelah pencuri kotak amal lari kedlm bangunn angker utk bersembunyi.*

*Tdk ada azan magrib hari itu sbb seluruhny pergi mengejar pencuri laknat yg lancang mencemari rumah suci dg perbuatannya yg keji.*

*Pencuri sialan*

*Dia harus ditangkap & diadili*

*Rombongan masa itu saling sahut-menyahut, mnumpahkn sumpah serapah,sesekali salah satu di antara mrk meneriakkan takbir.*

*Mereka makin dekat.*
*Semerbak melati dibw angin dari arah rerimbunn pepohonan dihalamn rmh angker*

*Rumah bau melati.* *Konon sering ada penampakan wanita yg melayang-layang mengitari rumah.*
*Ia terbang sambil tertawa cekikian.*

*Namun, kali ini siapa yg peduli bau melati?*
*Siapa yg peduli penampakan hantu wanita?*
*Org beramai-ramai.*
*Bahkan di dlm rombongn itu ada Pak Haji, mana mgk wanita itu berani mnampakkn diri?*

*Bau melati makin kental.*
*Kian mnusuk hidung*
*Wangi sekaligus mendtgkan ketenangn yg mengerikan.*
*Tak brp lama kmdn org2 telah sampai di halaman rumah.*

*Allahhu akbar*
*Pak Haji mengucap takbir.*
*Pandanganny menatap tajam ke awang-awang.*
*Smntara warga yg lainnya senyap.*
*Bbrp gemetaran, ada jg yg mulutny sampai menganga.*

*Prmpuan itu muncul,*
*melambung-lambung di antara 2 pepohonan rimbun.*

*Mengapa tak ke masjid?*
*Mengapa tak mngumandangkn azan?*
*Bangsaku sudah brsiap mnutup telinga, bbrp sdh brsembunyi di tempat pembuangan yg kedap  bau,*
*sergah wanita yg wajahnya tertutup rambut panjang.*

*Kami mau mnangkap pencuri kotak amal*
*jawab Pak Haji sedikit gemetar.*

*Tidak bisa*
*Dia mncari prlindungn di rumah kami*
*Wajib bagi kami utk melindunginya.*

*Setan terkutuk*
*Sudah terkutuk, sukany membela bandit yg kelakuannya terkutuk*

*Kamu lebih terkutuk* *Kalian semua terkutuk*
*Lecutan kata itu diiringi tawa cekikikn.*
*Bau melati brtebaran*

*Biar aku bacakan kamu ayat2 Allah.*
*Lekas-lekaslah terbakar & enyah kamu ke neraka.*

*Pak Haji membc ayat kursi.*
*Warga berdzikir bersama-sama.*
*Dengung suara dzikir terdengar bagai segerombolan lebah.*

*Tak lekas terbakar, wanita itu malah menirukn bacaan ayat kursi secara fasih.*

*Bgmn bisa ayat suci itu mnghiasi lisanmu,*
*bahkn tiap hari kamu membaca berjus-jus quran, tp tak satu pun yg terselip di hati?*
_*ucap wanita yg kini duduk di atas dahan pohon beringin.*_

*Apa maksudmu, setan busuk?*

*Aku tahu siapa si pencuri kotak amal.*
*Dia cuman anak2.*
*Dia yatim.*
*Kini brtambah jd piatu.*
*Simboknya baru sj meninggal seminggu yg lalu.*
*Tanah kuburannya masih basah lalu kini kalian mau mnghabisiny?*
_*Bgmn bisa pnderitaan anak ini luput dr jangkauan kalian?*_

*Semua terdiam.*
*Pak Haji makin jengkel*
*Tp, bukan berarti dia boleh mencuri.*

*Kamu mngumumkn kas masjid yg puluhan juta itu melalui pengeras suara.*
*Smntara anak ini kelaparan.*
*Hidupny kini sebatang kara.*
*Lalu ke mana saja kas yg puluhan juta itu?*

*Mengapa yg kalian pentingkan hanya pembangunan masjid saja?*

*Klu masjidnya bagus & nyaman, ibadah jadi tenang.*
*Pak Haji masih membela diri meski nada bicaranya makin melunak.*

*Masjid kalian makin megah,makin nyaman, tapi, Allah yg kalian sembah itu kelaparan, kehausan, sdg kalian tak mau mnggubrisny*

*Kurang ajar.*
*Beraninya kamu merendahkan Allah.*
*Mana mgk Allah lapar & kehausan.*
*Pak Haji kembali menaikkan suara.*
*Telunjuknya mengacung ke atas, tasbihny trlihat melilit di prgelangan tangan*

*Dlm setiap jiwa yg kelaparan & kehausan*
*Allah begitu dekat.*
*Apa kalian tak pernah mngasah hati nurani?*

*Wanita itu kembali cekikikan.*

*Perkataan terakhir wanita itu mmbuat hati Pak Haji melunak secara kaffah.*
*Dahulu, di pondok pesantren, ia kerap mndengar hadits qudsi tersebut.*
*Mengapa kini ia malah melupakanny?*

*Tertunduk Pak Haji dalam-dalam.*
*Betapa mnyesalny ia kini.*

*Bau melati semakin tidak wajar.*
*Makin membuat pusing & mual.*
*Bbrp yg tdk kuat mnghirup aroma kental itu akhirny lemas & pingsan.*
*Pak Haji pingsan paling akhir.*

***********
*Pak, bangun*
*Sudah Mahrib. Ayo ke masjid.*
*Bu Haji mmbangunkn suaminya yg tertidur selepas Ashar.*

*Buru-buru Pak Haji ke masjid & mengecek kotak amal.*
*Masih pd tempatnya.*
*Pucat muka pria sepuh itu krn mimpi yg terus berkelebat di benaknya.*

*Usai magrib, Pak Haji & bbrp jamaah mmbongkar kotak amal.*
*Dari hasil yg didapat, sebagian dialokasikn utk pembangunan, sebagian utk kesejahteraan umat.*

*Esok hari, pak haji buru-buru membeli sembako dg uang kotak amal, ditambah uang pribadinya.*
*Ia mendatangi rumah anak yatim yg ada di dlm mimpi.*

*Tersuruk-suruk langkah Pak Haji mmbopong sekarung beras & menenteng bingkisan.*
*Bbrp warga menawariny bantuan utk mmbawakn karung beras, tp Pak Haji menolak.*

*_Ini adalah kelalaianku. Aku mmbiarkn anak yatim itu kelaparan. Aku sendiri yg harus memikulnya._*

_*sekedar *CerNgatPen*_
_(cerita sangat pendek)_

***********🌻🌹🌻***********

Saturday, January 23, 2021

UJUB - RIYA MERUSAK HATI, AMAL DAN IBADAH

*UJUB - RIYA MERUSAK HATI, AMAL DAN IBADAH*

*Kata kunci* : Ujub dan riya itu datang dengan diam-diam tampa kita sadari sehingga merusak hati, amal dan ibadah, maka orang beriman selalu berpegang pada *dua kalimat syahadat.*

*UJUB* berbeda dengan *RIYA*

Kadangkala *RIYA* dapat dihindari, tapi *UJUB* masih ada.

*Contoh :*
_*Kita sholat tahajjud diam². Tidak ada yang tahu dan tidak kita ceritakan pada orang lain,  dengan harapan agar tidak RIYA*_ 

maka saat kita tidak menceritakan amalan kita, kita berhasil menghindari RIYA, karena Semata-mata kita beribadah karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang lain. 

_*Jangan cepat berpuas diri dulu, karena syaitan terus berusaha menggelincirkanmu*_.

*Tiba-tiba  dalam hati berkata-kata, karena muncul rasa bangga terhadap diri sendiri.*

_*" Hebat aku ini, bisa bangun setiap malam tak pernah ketinggalan sholat tahajjud, sementara orang lain tertidur pulas."*_

*Saat hati berkata begitu, itulah yang dinamakan  UJUB*. 

Walaupun berhasil untuk tidak *RIYA'*, 
tetapi masih belum berhasil untuk tidak *UJUB*.

*UJUB* adalah perasaan kagum atas diri sendiri, Merasa diri hebat, berbangga diri terpesona dengan kehebatan diri.

*UJUB* adalah penyakit hati yang paling tersembunyi dan Perasaan *UJUB* bisa datang dalam berbagai bentuk.

DIANTARA NYA :
" *Orang yang rajin ibadah* merasa kagum dengan ibadahnya".
" *Orang yang berilmu,* kagum dengan ilmunya".
" *Orang yang cantik,* kagum dengan kecantikannya".
" *Orang yang dermawan,* kagum dengan kebaikannya".
" *Orang yang berdakwah,* kagum dengan dakwahnya".

Sufyan At-Tsauri Mengatakan :
Bahwa UJUB adalah perasaaan kagum pada dirimu sendiri,  sehingga kamu merasa bahwa kamu lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya dibanding orang lain. 

Padahal  semua kelebihan yang kita dapatkan  adalah kelebihan yang kita dapatkan dari Allah, Karena itu selayaknya kekaguman hanyalah kepada Allah, bukan kepada diri sendiri.

Dan ingatlah syaitan akan selalu menggiring manusia untuk masuk ke dalam fikiran berbangga kepada diri sendiri, agar amalan manusia tidak mendapat nilai.

IMAM NAWAWI. Rahimahulloh berkata :

*"Ketahuilah bahwa keikhlasan niat terkadang dihalangi oleh penyakit ujub. Barangsiapa ujub dengan amalnya sendiri, maka akan terhapus amalnya."* (Syarh Arba’in).

      _*Naa'udzu billaahi min dzalik.*_

_*Jauhi sifat Ujub dan riya,  jadikan amalan kita 100% karena pengabdian kepada Allah.*_

CARA MENGURANGI SIFAT UJUB :

_*1. Setiap kali terbetik di hati tentang kehebatan diri, segera istighfar memohon ampun kepada Allah.*_

_*2. Mengganggap semua kelebihan  adalah milik Allah.*_

_*3. Berdoa mohon bantuan Allah agar hati kita bisa beribadah dengan ikhlas*_.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ  
*Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.*
 (Qur'an surat Al An'am - 162)

_*Semoga Allah menolong kita untuk mengikis penyakit ujub yang ada di hati.*_ Aamiin Ya ALLAH, Yaa Rabbal Alamiin.

Diteruskan oleh :
*ALIM ILMU ACADEMIA*
SURABAYA

Tuesday, January 19, 2021

MINYAK KAYU PUTIH BISA MENGHAMBAT REPLIKASI VIRUS.

Minyak kayu putih, beres semua Coronanya :

```Mulai skrang jgn ,  mau ditakut² ti Covid 19.. dan jgn keburu minta dites..
Tolong ini di baca baik² sampai selesai...```

Ini tulisan anaknya Prof Idrus Paturusi namanya dr Indrianti Idrus, Sp.KK

*INFO INI SEMOGA BERMANFAAT🌹*

*P E N T I N G  !!*🌺

        Bahwa 

*MINYAK KAYU PUTIH BISA MENGHAMBAT REPLIKASI VIRUS.*💞

Prof. Idrus Paturusi.

*LAWAN COVID-19 Minyak KAYU PUTIH.* 
Prof Idrus Paturusi UNIVERSITAS HASANUDDIN 

Oleh : Dr. Idrianti Idrus Sp.KK

Kisah Nyata.. Setelah di Vonis Positif COVID-19, Ayahku Langsung Masuk ke Ruang isolasi RS. Unhas di Temani Ibu. Pada hari ke dua atau hari ke tiga, saya di Sarankan oleh Sahabat Ayahku Dr. Murni, Sp.B. agar Bapak di Berikan Minyak Kayu Putih.

Ibu ku Memang Pecinta Minyak Kayu Putih dan Minyak Tawon dari dulu dan rajin Menggosokan Minyak Minyak ini di Tubuhnya. Ayahpun Sangat Suka dengan Minyak Kayu Putih karena Pengalamannya saat Kecil Selalu di Balur Minyak Kayu Putih. Jadi Masuk di Kamar *isolasi* pun Persediaan Minyak Kayu Putih Sudah ada.

Singkat Cerita, Ayah dan Ibu ku Memakai Minyak Kayu Putih Merasakan Dadanya Plong dan Lega.

Alhamdulillah.. Setelah Swab ke Tiga dan ke Empat, Ayahku Negatif dan Bisa Keluar dari RS. Akhirnya Banyak yang Telepon ke Ayahku, Termasuk Salah Satu Pejabat Pusat yang Kenal Dekat dan Ketika itu Hasil Rapid-Test nya Ayahku adalah Positif. Karena teman, Ayahku Memberitahukan Tentang Semua Pengobatan yang Ayah pakai yaitu Minyak Kayu Putih.

Saya Sempat Kesal pada orang-orang yang Menawarkan Berbagai Macam Obat dan Suplemen., *Karena Tidak Semua Suplemen Bisa Menyembuhkan COVID-19.*
*Akan Tetapi saat ini banyak orang yang Memanfa'atkan Situasi ini dengan Menjual Suplemen atau Obat, yang Katanya : ini adalah Obat yang Paling Mujarab untuk Para Pasien COVID-19.*
Karena kami orang dari Akademisi, Tentu Harus Melakukan Beberapa Penelitian untuk Mendapatkan Suatu Terapi and its a Long Journey.

Akhirnya Ayahku Membentuk Team di Awal Bulan April 2020, Meneliti Efek dari Minyak Kayu Putih ini.
Karena Minyak Kayu Putih Sangat Masuk Akal Bisa Menghambat Replikasi Virus.

Ayah pun Melakukan Sedikit Literature Review dan Mendapat Beberapa Jurnal Pendukung Kalau Minyak Kayu Putih ini, Ternyata Manfa'atnya Sangat Banyak.
- Anti Bakteri.
- Anti Jamur.
- Bisa Menginaktivasi Airborne Virus.
- 1,8-Cineol yang Merupakan Zat Aktif Minyak Kayu Putih bisa Sebagai Anti Inflamasi.
- Kandungan Eucalyptus-nya Berfungsi Sebagai Ekspektoran, Mukolitik dan Decongestan.

Ketika Melakukan Pertemuan Melalui Zoom dengan Anggota Team Peneliti yang di Ketuai oleh Prof. Elly dari Farmasi. Maka kami Mendapatkan lagi Tambahan Beberapa Jurnal Pendukung bahwa :
*Unsur dari Kayu Putih yang Bernama Eucalyptus Bisa Bertindak Sebagai Anti Virus.*

Penelitian kamipun Berjalan Sejak itu. Team kami Gabungan dari Para Dosen Unhas yang Berada di Makassar, Inggris, Jepang dan Korea Selatan.
Sehingga Penelitian kami Menghasilkan Sesuatu yang Berguna untuk Para Pasien COVID-19.
*1. Ambil Minyak Kayu Putih Secukupnya, lalu di Balurkan ke Badan. Fungsinya Sebagai Penghangat Tubuh dan agar Lebih Fresh.*
*2. Untuk Menangani orang yang Positif Covid-19. Caranya yaitu :*
*- Tuangkan Minyak Kayu Putih Secukupnya ke Jari.*
*- Letakkan jari tsb di Tengah Lidah.*
Lakukan satu hari 3 - 4 kali.
*Hasilnya : Orang yang Sudah Positif Covid-19, Insya Allah Negatif.*
*3. Minum Teh Hangat yang Telah di Tetesi Satu Tetes Minyak Kayu Putih, lalu di Minum Selagi Hangat.*
Lakukan Sehari 2 - 3 kali.
Semoga Bermanfa'at..🙏
Berbagi info. SeMoga bermanfaat.

Share ke semua Group 
Kamu semua..
Insaallah Allah membalas kebaikan kamu Aamiin YRA..
Selengkapnya klik ⤵️⤵️
https://makassar.tribunnews.com/2020/06/09/ini-tulisan-asli-dr-idrianti-putri-prof-idrus-terkait-corona-dan-minyak-kayu-putih

.

Sunday, January 10, 2021

SEKALI LAGI MARI SALING MENASEHATI

*ONE DAY ONE HADITS*

Ahad    10  Jan     2021
26  Jumadil awal 1442

*SEKALI LAGI MARI SALING MENASEHATI*

*عن جرير بن عبد الله – رضي الله عنه – ، قَالَ : بَايَعْتُ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – عَلَى إقَامِ الصَّلاةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، والنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ*
 مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .

 *Dari Jarir bin ‘Abdillah Ra, ia berkata :*
 _“Aku pernah berbaiat (berjanji setia) pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya menegakkan shalat, menunaikan zakat dan memberi nasehat kepada setiap muslim.”_
 *(Muttafaqun ‘alaih : HR. Bukhari No. 57 dan Muslim No. 56)*

 ☪ Upaya saling menasihati dalam kebaikan merupakan salah satu jalan yang bisa menyelamatkan seseorang dari kerugian dunia dan akhiratnya.

🌙 *Allah SWT. berfirman :*
  _"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati untuk kebenaran, serta saling  menasihati untuk kesabaran.”_
 *(Al-‘Ashr/103, Ayat : 1—3)*

 ☪ Saling menasehati adalah  tanda cinta, karena nasehat berarti menginginkan kebaikan pada orang lain. Kita ingin saudara/sahabat kita itu jadi baik ketika dinasehati, bukan ingin mereka direndahkan atau disalahkan, itulah dasar nasehat.

 ☪ *Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menerangkan :*   
  _"Nasehat adalah engkau suka jika saudaramu memiliki apa yang kau miliki. Engkau bahagia sebagaimana engkau ingin yang lain pun bahagia. Engkau juga merasa sakit ketika mereka disakiti. Engkau bermuamalah (bersikap baik) dengan mereka sebagaimana engkau pun suka diperlakukan seperti itu.”_
 *(Syarh Riyadhus Sholihin, 2: 400)*

 ☪ Pemberian paling berharga dari seseorang untuk saudaranya yang tidak bisa ternilai adalah nasihat untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kejelekan (amar ma'ruf nahi munkar). Sebab, nasihat merupakan urusan yang paling pokok di dalam agama Islam.

 🌙 *Imam Nawawi rahimahullah berkata :*  _"Menasehati sesama muslim, berarti adalah menunjuki berbagai maslahat untuk mereka yaitu dalam urusan dunia dan akhirat mereka, tidak menyakiti mereka, mengajarkan perkara yang mereka tidak tahu, menolong mereka dengan perkataan dan perbuatan, menutupi aib mereka, menghilangkan mereka dari bahaya dan memberikan mereka manfaat serta melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.”_
 *(Syarh Shahih Muslim, 2: 35)*

 ☪ Semoga kita bisa senantiasa saling memberi nasihat dalam kebaikan dan kesabaran, sehingga semakin subur pohon cinta diantara kita dan makin rimbun ukhuwah sesama kita.

*Allahumma Aamiin*

*SEMOGA MANFAAT*

*Sumber :*
1. asysyariah.com
2. muslimah.or.id
3. rumaysho.com