Tuesday, December 10, 2013

Sejarah Mujahidin Pangeran Diponegoro

Sejarah Mujahidin Pangeran Diponegoro

pangeran diponegoro
Sejarah Perjuangan Islam selalu sama dalam setiap pertempuran. Selalu ada orang-orang munafik penjilat Kolonisasi Barat terhadap penduduk pribumi. Dengan metode adu domba, dimana-mana dan sampai hari ini, mereka masih menggunakan metode yang sama, dan anehnya, masih ada juga manusia-manusia yang tamak dan jadi pengkhianat alias kaum munafik dan kita bisa saksikan detik ini, bagaimana mereka menjadi boneka dari negara penjajah, Amerika dan Israel. Sejarah Pangeran Diponegoro juga tidak jauh berbeda. Berikut kisah Beliau, MUJAHIDIN PANGERAN DIPONEGORO
Pangeran Dipanegara atau juga sering dieja dengan Diponegoro, lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun. merupakan salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia-Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia yang pernah ada.
Riwayat perjuangan Diponegoro
Setelah kekalahannya dalam Peperangan era Napoleon di Eropa, pemerintah Belanda yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha menutup kekosongan kas mereka dengan memberlakukan berbagai pajak di wilayah jajahannya, termasuk di Hindia Belanda. Selain itu, mereka juga melakukan monopoli usaha dan perdagangan untuk memaksimalkan keuntungan. Pajak-pajak dan praktek monopoli tersebut amat mencekik rakyat Indonesia yang ketika itu sudah sangat menderita.Banyak hasil bumi diambil oleh Belanda.
Untuk semakin memperkuat kekuasaan dan perekonomiannya, Penjajah Belanda mulai berusaha menguasai kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, salah satu di antaranya adalah Kerajaan Yogyakarta. Ketika Sultan Hamengku Buwono IV wafat, kemenakannya, Sultan Hamengku Buwono V yang baru berusia 3 tahun, diangkat menjadi penguasa. Akan tetapi pada prakteknya, pemerintahan kerajaan dilaksanakan oleh Patih Danuredjo Munafik & Penjilat, seseorang yang mudah dipengaruhi dan tunduk kepada Belanda. Belanda dianggap mengangkat seseorang yang tidak sesuai dengan pilihan/adat keraton.
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Dipanegara di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.
Sikap Dipanegara yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Dipanegara menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Dipanegara menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabilillah, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat “perang sabil” yang dikobarkan Dipanegara membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Dipanegara di Goa Selarong. Perjuangan Pangeran Dipanegara ini didukung oleh S.I.S.K.S. Pakubuwono VI dan Raden Tumenggung Prawirodigdaya Bupati Gagatan.
Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.
Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Dipanegara. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Dipanegara. Sampai akhirnya Dipanegara ditangkap pada 1830.
Perang Diponegoro
Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan-pasukan infantri, kavaleri dan artileri —yang sejak perang Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal— di kedua belah pihak berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya sehingga bila suatu wilayah dapat dikuasai pasukan Belanda pada siang hari, maka malam harinya wilayah itu sudah direbut kembali oleh pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya. Jalur-jalur logistik dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh kilang mesiu dibangun di hutan-hutan dan dasar jurang. Produksi mesiu dan peluru berlangsung terus sementara peperangan berkencamuk. Para telik sandi dan kurir bekerja keras mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk menyusun stategi perang. Informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, curah hujan menjadi berita utama; karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat dibangun melalui penguasaan informasi.
Serangan-serangan besar rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulan-bulan penghujan; para senopati menyadari sekali untuk bekerjasama dengan alam sebagai “senjata” tak terkalahkan. Bila musim penghujan tiba, gubernur Belanda akan melakukan usaha usaha untuk gencatan senjata dan berunding, karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan mereka terhambat. Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan “musuh yang tak tampak” melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan mereka. Ketika gencatan senjata terjadi, Belanda akan mengkonsolidasikan pasukan dan menyebarkan mata-mata dan provokator mereka bergerak di desa dan kota; menghasut, memecah belah dan bahkan menekan anggota keluarga para pengeran dan pemimpin perjuangan rakyat yang berjuang dibawah komando pangeran Dipanegara. Namun pejuang pribumi tersebut tidak gentar dan tetap berjuang melawan Belanda.
Belanda yang mempunyai alasan untuk menangkap Pangeran Diponegoro karena dinilai telah memberontak atau exstrimis, dalam bahasa sekarang adalah “TERORIS”, pada 20 Juli 1825 mengepung kediaman beliau. Terdesak, Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Sementara itu, Belanda —yang tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro— membakar habis kediaman Pangeran.
Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya. Pangeran menempati goa sebelah Barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaan beliau. Sedangkan Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia menemani Pangeran setelah dua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di sebelah Timur.
Setelah penyerangan itu, dimulailah sebuah perang besar yang akan berlangsung 5 tahun lamanya. Di bawah kepemimpinan Diponegoro, rakyat pribumi bersatu dalam semangat Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati; sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati. Selama perang, sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro. Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan. Dalam perang jawa ini Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubowono VI serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan.
Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu; suatu hal yang belum pernah terjadi ketika itu dimana suatu wilayah yang tidak terlalu luas seperti Jawa Tengah dan sebagian Jawa timur dijaga oleh puluhan ribu serdadu. Dari sudut kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang dikenal dalam sebuah perang modern. Baik metode perang terbuka (open warfare), maupun metoda perang gerilya (geurilia warfare) yang dilaksanakan melalui taktik hit and run dan penghadangan. ini bukan sebuah tribal war atau perang suku. Tapi suatu perang modern yang memanfaatkan berbagai siasat yang saat itu belum pernah dipraktekkan. perang ini juga dilengkapi dengan taktik perang urat syaraf (psy-war) melalui insinuasi dan tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung dalam pertempuran; dan kegiatan telik sandi (spionase) dimana kedua belah pihak saling memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Dipanegara dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Dipanegara terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Maja, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Sentot Alibasya menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Dipanegara di Magelang. Di sana, Pangeran Dipanegara menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Dipanegara ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Perang melawan penjajah lalu dilanjutkan oleh para putera Pangeran Diponegoro. Pangeran Alip atau Ki Sodewo atau bagus Singlon, Diponingrat, diponegoro Anom, Pangeran Joned terus melakukan perlawanan walaupun harus berakhir tragis. Empat Putera Pangeran Diponegoro dibuang ke Ambon, sementara Pangeran Joned terbunuh dalam peperangan, begitu juga Ki Sodewo.
Berakhirnya Perang Jawa yang merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, dan kaum munafik pribumi 7.000 orang , dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya. Mengingat bagi sebagian orang Kraton Yogyakarta Dipanegara dianggap pemberontak, sehingga konon anak cucunya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton, sampai kemudian Sri Sultan HB IX memberi amnesti bagi keturunan Dipanegara, dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Dipanegara kala itu. Kini anak cucu Dipanegara dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus Silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir.
Makam Pangerang Diponegoro di Makassar
Asal-usul Dipanegara/Diponegoro
Dipanegara adalah putra sulung Hamengkubuwono III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Dipanegara bernama kecil Raden Mas Antawirya.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Dipanegara menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwono III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Dipanegara setidaknya menikah dengan 8 wanita dalam hidupnya, yaitu:
  • B.R.A. Retno Madubrongto puteri kedua Kyai Gedhe Dhadhapan;
  • R.A. Supadmi yang kemudian diberi nama R.A. Retnakusuma, putri Raden Tumenggung Natawijaya III, Bupati Panolan, Jipang;
  • R.A. Retnodewati seorang putri Kyai di wilayah Selatan Jogjakarta;
  • R.Ay. Citrowati, puteri Raden Tumenggung Ronggo Parwirosentiko dengan salah satu isteri selir;
  •  R.A. Maduretno, putri Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretno (putri HB II), jadi R.A Maduretno saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu;
  • R.Ay. Ratnaningsih putri Raden Tumenggung Sumoprawiro, bupati Jipang Kepadhangan;
  • R.A. Retnakumala putri Kyahi Guru Kasongan;
  • R.Ay. Ratnaningrum putri Pangeran Penengah atau Dipawiyana II.
Dipanegara lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Dipanegara menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danureja bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Dipanegara.

ref : http://daulahislam.com/unique/sejarah-unique/sejarah-mujahidin-pangeran-diponegoro.html
 

Kapitan Pattimura Muslim Yang Taat dan Korban Dusta Sejarah

M. Nour Tawainella : Kapitan Pattimura Muslim Yang Taat dan Korban Dusta Sejarah

kapitan pattimura
Sejarah perlu kita luruskan kembali, agar anak cucu tidak semakin dibodohi oleh penulis-penulis yang punya maksud tersembunyi. Siapa yang tak kenal Kapitan Pattimura? Pahlawan Nasional yang gambarnya tertera di uang kertas Rp. 1000 keluaran tahun 2000. Perjuangannya dalan mengusir penjajah belanda di maluku sudah tidak diragukan lagi. namun yang menjadi masalah adalah agama yang dianutnya. Apakah ia beragama kristen atau Islam?
kapitan pattimura
Foto ini diperoleh dari Museum Angkatan Laut di Prince Hendrik Kade, Rotterdam, Belanda, hasil lukisan komandan marinir Belanda, Q.M.R.Verhuell, yang menumpas pemberontakan Ahmad Lussy pada 1871. Verhuell melukis beliau saat membuat berita acara pemeriksaannya.
Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama Ahmad Lussy, tetapi dia lebih dikenal dengan Thomas Mattulessy yang identik Kristen. Inilah Salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minor atas sejarah pejuang Muslim di Maluku dan/atau Indonesia umumnya.
Nunu oli
Nunu seli
Nunu karipatu
Patue karinunu
Terjemahannya : “Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan setiap beringin besar akan tumbang tapi beringin lain akan menggantinya. (demikian pula) saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu besar dan setiap batu besar akan terguling tapi batu lain akan menggantinya”.
Ucapan-ucapan puitis yang penuh tamsil itu diucapkan oleh Kapitan Ahmad Lussy atau dikenal dengan sebutan Pattimura, pahlawan dari Maluku. Saat itu, 16 Desember 1817, tali hukuman gantung telah terlilit di lehernya. Dari ucapan-ucapannya, tampak bahwa Ahmad Lussy seorang Mujahidin yang berjiwa besar. Dia tidak takut ancaman maut. Wataknya teguh, memiliki kepribadian dan harga diri di hadapan musuh. Ahmad Lussy juga tampak optimis.
(Buku Sejarah Kapitan Paitimura : M Sapija)
Ada Beberapa Catatan sejarah tentang Dari Pattimura selain M. Nour Tawainella dalam bukunya “ Menggali sejarah dan kearifan lokal Maluku :
  1. “Verhuel Herinneringen van een reis naar Oost Indien” (1835-1836),
  2. J.B. Van Doren (1857), “Thomas Matulesia, Het Hoofd Der Opstandelingen Van Het Eiland Honimoa”,
  3. P.H. van der Kemp (1911), “Het herstel van het Nederlandsche gezag in de Molukken in 1817″,
  4. M. Sapija (1954), Sejarah Perjuangan Pattimura”,  Penerbit Djambatan,
  5. Ben van Kaam (1977), “Ambon door de eeuwen”,
Namun keberanian dan patriotisme Pattimura itu terdistorsi oleh penulisan sejarah. Baik dari pemerintah belanda maupun versi M Sapija, sejarawan Indonesia yang pertama kali menulis buku tentang Pattimura (Baca pendapat M Sapija sumber wikipedia : Pattimura), mengartikan ucapan di ujung maut itu dengan :
“Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”.
Namun menurut M. Nour Tawainella, juga seorang sejarawan (Baca : Kredibilitas beliau), penafsiran Sapija itu tidak pas karena warna tata bahasa Indonesianya terlalu modern dan berbeda dengan konteks budaya zaman itu.
Di bagian lain, Sapija menafsirkan, “Selamat tinggal saudara-saudara”, atau “Selamat tinggal tuang-tuang”. Inipun disanggah Tawainella. Sebab, ucapan seperti itu bukanlah tipikal Pattimura yang patriotik dan optimis. Puncak kontroversi tentang siapa Pattimura adalah penyebutan Ahmad Lussy dengan nama Thomas Mattulessy, dari nama seorang Muslim menjadi seorang Kristen. Hebatnya, masyarakat lebih percaya kepada predikat Kristen itu, karena Maluku sering diidentikkan dengan Kristen.
Kapitan Patimura adalah Muslim Taat
Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Ia bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Menurut sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara, Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.
Bandingkan dengan buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit. M Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.
Ada kejanggalan dalam keterangan di atas. Sapija tidak menyebut Sahulau itu adalah kesultanan. Kemudian ada penipuan dengan menambahkan marga Pattimura Mattulessy. Padahal di negeri Sahulau tidak ada marga Pattimura atau Mattulessy. Di sana hanya ada marga Kasimiliali yang leluhur mereka adalah Sultan Abdurrahman.
Jadi asal nama Pattimura dalam buku sejarah nasional adalah karangan dari Sapija. Sedangkan Mattulessy bukanlah marga melainkan nama, yaitu Ahmad Lussy. Dan Thomas Mattulessy sebenarnya tidak pernah ada di dalam sejarah perjuangan rakyat Maluku.
Berbeda dengan Sapija, Mansyur Suryanegara berpendapat bahwa Pattimura itu marga yang masih ada sampai sekarang. Dan semua orang yang bermarga Pattimura sekarang ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut agama nenek moyang mereka yaitu Pattimura.
Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah kerajaan Islam. Di antaranya adalah kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo. Begitu banyaknya kerajaan sehingga orang Arab menyebut kawasan ini dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan Maluku. Mansyur pun tidak sependapat dengan Maluku dan Ambon yang sampai kini diidentikkan dengan Kristen. Penulis buku Menemukan Sejarah (yang menjadi best seller) ini mengatakan, “Kalau dibilang Ambon itu lebih banyak Kristen, lihat saja dari udara (dari pesawat), banyak masjid atau banyak gereja. Kenyataannya, lebih banyak menara masjid daripada gereja.”
Sejarah tentang Pattimura yang ditulis M. Sapija, dari sudut pandang antropologi juga kurang meyakinkan. Misalnya dalam melukiskan proses terjadi atau timbulnya seorang kapitan. Menurut Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak.
Leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.
Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan “kapitan” yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.
Perjuangan Kapitan Ahmad Lussy
Perlawanan rakyat Maluku terhadap pemerintahan kolonial Hindia Belanda disebabkan beberapa hal :
Pertama, adanya kekhawatiran dan kecemasan rakyat akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah seperti yang pernah dilakukan pada masa pemerintahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie).
Kedua, Belanda menjalankan praktik-praktik lama yang dijalankan VOC, yaitu monopoli perdagangan dan pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi adalah polisi laut yang membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada Belanda. Ketiga, rakyat dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi.
Akibat penderitaan itu maka rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata. Pada tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy. Rakyat berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya yang bernama Van den Bergh terbunuh. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-tempat lainnya.
Perlawanan rakyat di bawah komando Kapitan Ahmad Lussy itu terekam dalam tradisi lisan Maluku yang dikenal dengan petatah-petitih. Tradisi lisan ini justru lebih bisa dipertanggung jawabkan daripada data tertulis dari Belanda yang cenderung menyudutkan pahlawan Indonesia. Di antara petatah-petitih itu adalah sebagai berikut:
“Yami Patasiwa
Yami Patalima
Yami Yama’a Kapitan Mat Lussy
Matulu lalau hato Sapambuine
Ma Parang kua Kompania
Yami yama’a Kapitan Mat Lussy
Isa Nusa messe
Hario,
Hario,
Manu rusi’a yare uleu uleu `o
Manu yasamma yare uleu-uleu `o
Talano utala yare uleu-uleu `o
Melano lette tuttua murine
Yami malawan sua mena miyo
Yami malawan sua muri neyo”
Terjemahannya :
“Kami Patasiwa
Kami Patalima
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Semua turun ke kota Saparua
Berperang dengan Kompeni Belanda
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Menjaga dan mempertahankan
Semua pulau-pulau ini
Tapi pemimpin sudah dibawa ditangkap
Mari pulang semua
Ke kampung halaman masing-masing
Burung-burung garuda (laskar-laskar Hualoy)
Sudah pulang-sudah pulang
Burung-burung talang (laskar-laskar sekutu pulau-pulau)
Sudah pulang-sudah pulang
Ke kampung halaman mereka
Di balik Nunusaku
Kami sudah perang dengan Belanda
Mengepung mereka dari depan
Mengepung mereka dari belakang
Kami sudah perang dengan Belanda
Memukul mereka dari depan
Memukul mereka dari belakang”
Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. Keadaan jadi berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman gugur di tiang gantungan.
Nama Pattimura sampai saat ini tetap harum. Namun nama Thomas Mattulessy lebih dikenal daripada Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Menurut Mansyur Suryanegara, memang ada upaya-upaya deislamisasi dalam penulisan sejarah.
Demikian juga dalam buku Neiuw Guinea karangan WC Klein tertulis fakta bahwa Islam masuk Papua pada 1569. Barulah pada 5 Februari 1855, dua misionaris Kristen mendarat di Pulau Mansinam, Manokwari, Papua. Ternyata menurut buku Penduduk Irian Barat (hal 105) sebagian besar tentara dan orang Belanda yang ditempatkan di Papua adalah rohaniawan Gereja (misionaris Katolik dan Zending Protestan).
…Hal ini semakin menambah bukti bahwa Kristen disebarkan melalui jalan penjajahan dan pertumpahan darah…
Hal ini semakin menambah bukti bahwa Kristen disebarkan melalui jalan penjajahan dan pertumpahan darah. Sementara itu  Kata ‘Maluku’ diambil dari bahasa Arab muluk (Raja-Raja), wilayah Maluku saat ini dan Papua awalnya dikuasai dan diperintah oleh para Raja Islam (Sultan) sebelum akhirnya datang misionaris-misionaris Kristen yang mempertahankan adat dan tradisi jahiliyyah di wilayah tersebut. Sehingga upacara-upacara kemusyrikan dan pakaian yang tidak syar’i dipertahankan dengan dalih pelestarian budaya. Tragisnya, ternyata hal itu dilanjutkan secara legal oleh pemerintah kita hingga detik ini.
Dengan di publikasinya tulisan ini, kita berharap, ada tambahan referensi pembaca untuk membantu kami untuk menguatkan fakta ini sekaligus perbaikan data yang ada apabila masih terdapat kekurangan. Kita mengharapkan ada perbaikan sejarah yang telah di nodai oleh segelintir manusia yang tujuannya terselubung. (Sumber: swara mustika/Redaksi)

http://daulahislam.com/unique/sejarah-unique/kapitan-pattimura-muslim-yang-taat-dan-korban-dusta-sejarah.html

Tuesday, December 3, 2013

Tahukah Anda, Jalaluddin Rakhmat Mengakui, Syiah Agama Tersendiri?


Tahukah Anda, Jalaluddin Rakhmat Mengakui, Syiah Agama Tersendiri?



agama syiah
Dahulu mereka (syiah) berkata “Persatuan Islam dan jangan berpecah belah”…
Dahulu mereka (syiah)mengatakan “Syi’ah adalah Madzhab dalam Islam”..
Dahulu mereka (syiah) menegaskan “Dirinya bukanlahSyi’ah”..
Kemarin mereka (syiah) berkata “ Saya SUSYI [SUNNI-SYI’AH]”,…
Hari Ini mereka (syiah) mengakui “SAYA SYI’AH”….
Esok hari mereka (syiah) akan berkata “Tumpahkan darah Sunni diBumi Pertiwi”,..
WAHAI.. KAUM MUSLIMIN BERSATULAH..!! LIHATLAH TINDAKAN MEREKA..!!
Mereka telah berani menyegel Masjid Ahlussunnah… mana persatuan Islam yang merupakan slogan taqiyyah syi’ah..?????
Mereka telah berani menurunkan serta menggagalkan Majelis Ta’lim Ahlussunnah wal Jama’ah..!!
Mana perkataan mereka yang berkata “jangan berpecah belah..!!!?????
Ketahuilah al Imam Syafi’i beliau adalah ulama ahlussunnah wal jama’ah, beliau adalah Nashirus Sunnah [pembela Sunnah] beliau berkata : “SAYA BELUM MELIHAT SEORANG PUN YANG PALING BANYAK BERSAKSI/BERSUMPAH PALSU (BERDUSTA) DARI SYI’AH RAFIDHAH.” (Adabus Syafi’i, m/s. 187)
Telah jelas…!!!!!
Persatuan, Jangan berpecah belah, jaga ukhuwah adalah kedustaan untuk menipu kaum muslimin dikala mereka Lemah..!!
Bersatulah kaum muslimin..!! Persatuan diatas al Qur’an dan Sunnah dan berlepas dirilah terhadap Syi’ah.. sebagaimana berlepasnya Imam Bukhari –rahimahullah- yang mana beliau berkata, “Aku shalat dibelakang seorang jahmi atau Syi’ah sama dengan shalat dibelakang yahudi atau nasrani. Tidak boleh mengucapkan salam kepada mereka, membantu mereka, menikah, memberi kesaksian dan memakan sembelihan-sembelihan mereka.” (Khalq af’aal Al Ibaad, hal. 125)
Hendaknya kita belajar dari perkataan para Ulama, belajar bagaimana mereka bersikap dan membina umat dari bahaya Syi’ah.
Jika kita menjadi pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah, tentu kita lebih bersikap mengikuti sikapnya para Ulama-ulama kita terdahulu..
Mengikuti Imam Asy Syafi’i, mengikuti Imam Ahmad, mengikuti Imam Malik, dan Imam Abu Hanifah yang mereka tegak diatas Sunnah.. mereka berlepas diri dari ajaran Syi’ah Rafidhah.
Sesungguhnya kita tidak mau Anak Cucu kita terganggu oleh Ajaran ini..
Jalaluddin Rakhmat pernah menyampaikan kepada khalayak ramai bahwa aliran Syiah yang ia anut dan ia sebarkan adalah agama tersendiri dan berbeda dengan agama Islam yang kita anut. Ia menyampaikannya dalam dialog Sunnah-Syiah (Ahlus Sunnah diwakili oleh Ust. Rahmat Abd. Rahman, Lc/ wakil ketua LPPI Makassar sedangkan Syi’ah diwakili oleh Prof. Dr. Jalaluddin Rakhmat/ Ketua Dewan Syuro IJABI) di Program Pasca Sarjana UIN Alauddin Makassar pada tanggal 24 Februari 2011.
Waktu itu LPPI Makassar sangat menginginkan agar tidak terjadi konflik di tengah masyarakat dengan cara merekomendasikan kepada IJABI agar tidak mencela dan mencaci maki sahabat-sahabat Nabi atau tidak mengadakan acara-acara peringatan hari Asyuro atau peringatan 40 hari meninggalnya Imam Husain radhiyallahu ‘anhu yang pada peringatan-peringatan itu sahabat Nabi banyak dicaci-maki oleh mereka, namun JR menjawab: “Saya kira di antara saling menghormati di antara kita ialah saling menghormati upacara agama masing-masing!”, kepada pembaca yang ingin membuktikan kebenaran informasi perkataan “JR” silakan menuju ke link berikut:  http://www.youtube.com/watch?v=zxuSPc8nIPE
Silakan menyaksikan dan mendengarkan secara seksama video ini hingga akhir. Dan bagi yang ingin menyaksikan jalannya dialog sunnah-syiah secara utuh silakan menuju ke link berikut : http://www.youtube.com/results?search_query=debat+sunni+syiah+jilid+II&oq=debat+sunni+syiah+jilid+II&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=31762l35559l0l36536l9l9l0l8l0l0l200l200l2-1l1l0
(Muis/LPPI Makassar )

ref : http://daulahislam.com/memahami-kesesatan/syiah/tahukah-anda-jalaluddin-rakhmat-mengakui-syiah-agama-tersendiri.html

Program Pekan Kondom Nasional = Program Legalisasi Zina

Program Pekan Kondom Nasional = Program Legalisasi Zina

Redaksi – Selasa, 29 Muharram 1435 H / 3 Desember 2013 12:58 WIB
kdmOleh : Adi Victoria
Tepat 01 Desember 2013 kemarin, sebagai peringatan Hari AIDS Sedunia, Menkes RI yakni Dr. Nafsiyah Mboi membuat sebuah program bertajuk “Pekan Kondom Nasional”.
Pekan, artinya 7 hari,maka selama 7 hari, sejak 1 Desember akan ada pembagian kondom secara gratis di beberapa tempat. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengurangi penularan kasus HIV/AIDS di Indonesia. Menurutnya, Kemenkes punya kewajiban untuk mengurangi penularan HIV. Pada perilaku seks berisiko, penularan HIV bisa dicegah dengan menggunakan kondom. Tentunya, menghindari perilaku seks berisiko jauh lebih dianjurkan.
Kondomisasi ini sendiri dilakukan setelah mereka berkesimpulan bahwa fakta tentang penularan virus HIV AIDS naik menjadi 60%, sedangkan penularan melalui jarum suntik menurun.
Kalau kita perhatikan, sesungguhnya program Pekan Kondom Nasional itu sendiri merupakan penerapan kebijakan yang mengaplikasian program ABDC oleh UNAIDS (United Nation Acquired Immune Deficiency Syndrome) dan WHO melalui PBB. Ringkasnya, A=Abstinence alias jangan berhubungan seks; B=Be faithfull alias setialah pada pasangan, C=Condom alias pakailah kondom, atau D=no use Drugs atau hindari obat-obatan narkotika.
Program ABCD sebenarnya cukup bagus, namun itu secara teori, kalau secara praktik maka akan sulit. Kenapa?
Karena, pertama, program A, alias Abstinence alias jangan berhubungan seks, itu hanya sebuah himbaun yang sifatnya adalah nasehat. Bukan sebuah peringatan yang disertai dengan adanya sanksi kepada pihak yang melanggar peringatan tersebut.
Kedua, program B, alias Be faithfull alias setialah pada pasangan, maka ini multitafsir. Apakah yang dimaksud itu adalah setia pada pasangan yang halal (suami-isteri) atau bisa juga setia pada pasangan yang tidak halal, yang artinya mereka bisa disebut pasangan yang berzina. Sedangkan zina adalah salah satu penyebab terjadinya penyakit-penyakit yang mengerikan.
Dalam riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim dan riwayat ini shahih dengan salah satu lafadz, Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :’ “Tidaklah perzinahan tampak pada sebuah kaum hingga mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada para pendahulu mereka yang telah lalu akan mewabah pada mereka”

Sesuatu yang diberitakan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam telah tampak pada masa ini. Ini memberikan bukti bagi dunia bahwa ajaran Islam adalah yang terbaik bagi manusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah pengidap penyakit kencing nanah (Gonorrhea) setiap tahunnya lebih dari 250 juta orang. Sebagaimana diperkirakan jumlah pengidap penyakit spilis setiap tahunnya mencapai 50 juta orang. Majalah Amerika, The Times tanggal 4 juli 1983 menyebutkan 20 juta warga Amerika mengidap penyakit Herpes, dan mengumumkan bahwa di Afrika saja 30 juta orang mati setiap tahun dengan sebab penyakit AIDS yang muncul akibat hubungan seks bebas (zina). Di samping itu juga muncul penyakit-penyakit lain yang bermacam-macam akibat tersebarnya perzinahan.
Ketiga, program C alias alias pakailah kondom. Ini sama artinya mengatakan “silahkan anda berzina, asal pakai kondom” . apalagi ketika kondom tersebut dibagikan secara gratis, serta ditempat-tempat yang menyuburkan perzinahan seperti di tempat pelacuran, Hotel, dan tempat hiburan yang sarat akan terjadinya perilaku seks. Maka apa namanya kalau membagikan kondom secara gratis bukan mau menyuburkan seks?
Selain itu, banyak penelitian menunjukan bahwa kondom tidak efektif untuk mencegah penularan virus HIV AIDS.  Pada Konferensi AIDS se-Dunia di Chiangmai, Thailand tahun 1995, diumumkan hasil penelitian ilmiah, bahwa kondom tidak dapat mencegah penularan HIV/AIDS . Sebab ukuran pori-pori kondom jauh lebih besar dari ukuran virus HIV. Ukuran pori-pori kondom sebesar 1/60 mikron dalam kondisi normal dan membesar menjadi 1/6 mikron saat dipakai. Sedangkan ukuran virus HIV hanya 1/250 mikron. Jelas virus HIV sangat mudah bebas keluar masuk melalui pori-pori kondom. Maka, jika dikatakan kondomisasi dapat menangkal penularan virus HIV/AIDS, itu jelas menyesatkan dan membodohi masyarakat.
Kondom juga tidak ampuh menangkal penyakit lainnya. Dr. Ricki Pollycove, pakar kesehatan dari California Pacific Medical Center San Francisco, mengatakan bahwa didapatkan sejumlah temuan, kondom tidak bisa mencegah penyakit herpes. Sejumlah orang tetap terinfeksi herpes meski mereka sudah menggunakan kondom dengan benar (sfgate.com, 21/1/2013).
Apalagi, peluang terjadinya cacat pada kondom yang beredar tetap ada. Di AS saja, 2 dari 100 kondom ditemukan rusak.
Keempat, program D alias no use Drugs atau hindari obat-obatan narkotika. Untuk mencegah penggunaan narkoba, para pecandunya diberi solusi dengan substitusi metadon. Metadon adalah turunan dari narkoba (morfin, heroin dkk) yang mempunyai efek adiktif (nyandu) dan menyebabkan “loss control” (tidak mampu mengendalikan diri). Dengan dalih agar tidak menggunakan narkoba suntik  metadon pun ditempuh karena metadon melalui mulut.  Padahal, “loss control” dapat menyebabkan perilaku seks bebas sebagai transmisi utama penularan virus HIV/AIDS.
Lebih ironis lagi adalah legalisasi penggunaan jarum suntik pada pecandu narkoba, dengan dalih agar tidak terjadi penggunaan jarum suntik secara bersama-sama. Padahal, langkah ini justru akan melestarikan penggunaan narkoba suntik. Siapa yang bisa menjamin jarum suntik akan digunakan sendiri? Sebab, fakta menunjukkan pengguna narkoba biasanya hidup berkelompok.

5 why? Atau Analisis Lima Mengapa

Analisis 5 mengapa adalah teknik tanya-jawab sederhana untuk menyelidiki hubungan sebab akibat yang menjadi akar dari suatu permasalahan. Tehnin ini biasanya digunakan untuk menemukan root cause atau akar penyebab kenapa masalah itu terjadi. Saya melihat, sepertinya 5 why ini bisa diterapkan terhadap masalah penyebaran virus HIV AIDS.
Dimulai dengan pertanyaan kenapa terjadi penyakit AIDS? Jawabannya karena adanya virus HIV.
Kenapa virus HIV bisa ada? Yakni karena terjadi perilaku seks yang menyimpang (zina)
Kenapa Zina terjadi? Jawabannya karena adanya pemahaman kebebasan melakukan hubungan seks, asal suka sama suka.
Kenapa bisa terjadi adegan seks suka sama suka? Jawabannya karena ada kebebasan yang menjamin itu, yakni ide demokrasi yang memberikan pemahaman kebebasan berperilakusalah satunya adalah melakukan perbuatan zina asal suka sama suka.
Maka jelas penyebab nya adalah karena adanya perbuatan zina itu sendiri. Maka sebenarnya cara yang harus dilakukan adalah mencabut akar persoalan, yakni perbuatan zina itu sendiri, bukan malah mencari solusi yang lain.
Tapi karena negara ini mengadopsi ideologi Kapitalisme yang berbasis pada aqidah sekulerisme maka akan sulit untuk mengambil solusi tersebut. Ini dikarenakan demokrasi yang menjadi penyebab munculnya ide kebebasan tersebut merupakan anak kandung dari sekulerisme itu sendiri.
Setiap individu berhak dan bebas melakukannya dengan siapa saja, asalkan atas dasar suka sama suka. Negara tidak boleh campur tangan kecuali ada pihak yang merasa terganggu dan dirugikan. Selama itu tidak ada, seks bebas tidak boleh dilarang. Bahkan, jika dianggap bermanfaat secara ekonomi, seks bisa menjadi komoditas yang bernilai komersial. Dan tentu hal ini juga akan mendongkrak penjualan kondom.
Jadi, karena seks bebas tidak boleh dilarang, maka yang dilakukan adalah meminimalisir risiko. Pilihannya, yaitu, kampanyekan kondom. Inilah solusi sekulerisme-kapitalisme.
Program Pekan Kondom Nasional tidak akan efektif untuk mencegah atau menanggulangi penyebaran virus HIV dan penyakit AIDS, namun malah akan mengundang adzab dari Allah swt.
Dalam hadits riwayat Al Thabarani dan AlHakim, disebutkan: Apabila zina dan riba telah terang-terangan dilakukan di suatu negeri, maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan diri mereka dari azab Allah.

Solusi Islam
Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam adalah sebagai sistem juga sebagai sumber hukum. Salah satunya adalah bagaimana Islam menyelesaikan masalah penularan virus HIV AIDS itu sendiri.
Maka pertama adalah membuat sebuah sistem agar perzinaan tersebut tidak terjadi. Yakni dengan menutup semua sarana yang bisa menghantarkan kepada perzinaan itu sendiri, seperti larangan khalwat, ikhtilath, kewajiban menutup aurat bagi muslimah yang sudah baligh. Dimana jika larangan tersebut di langgar maka mereka akan mendapatkan sanksi yang tegas. Sehingga bisa membuat efek jera.
Kedua, penangangan kepada orang yang sudah tertular. Maka hal ini dilihat dari dua segi. Pertama, jika si penderita tertular karena kemaksiyatanya, semisal berzina, dan statusnya dalah muhsan (sudah menikah) maka ia akan dihukum mati. Kedua, adapun jika yang tertular adalah berstatus ghairu muhsan (belum menikah) maka setelah di cambuk 100 kali mak akan di karangtina. Apakah ini diskriminasi? Tidak!. Tindakan ini dilakukan untuk menyetop perluasan penyebaran virus HIV itu sendiri.
Dalam hadits riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW memerintahkan apabila ada sebuah daerah terserang wabah thâ’ûn, orang yang berada di luar daerah itu tidak boleh masuk. Sebaliknya, orang yang ada di dalamnya tidak boleh keluar. Ini bukan untuk mendiskriminasi atau mengisolasi, namun mencegah agar penyakit menular itu tidak menyebar luas.
Dan tentu hal ini akan bisa dilakukan efektif jika negara yang melakukannya, bukan masyakarat yang tergabung ke dalam kelompok, apalagi hanya indvidu saja.
Dari masalah ini saja, kita bisa melihat betapa urgent nya sistem Islam yakni Khilafah untuk menyelesaikan persoalan tersebut.  Karena ketiadaan khilafah, sulit atau boleh dibilang mustahil dapat menerapkan syariat Islam secara kaffah. Wallahu a’lam[].

ref : http://www.eramuslim.com/berita/analisa/program-pekan-kondom-nasional-program-legalisasi-zina.htm

Monday, December 2, 2013

Inilah Dosa Yang Lebih Hebat Daripada Berzina

Inilah Dosa Yang Lebih Hebat Daripada Berzina

meninggalkan shalat adalah dosa besar
Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam.
Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya.
Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.
Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam “Silakan masuk.”
Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, “Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya.”
“Apakah dosamu wahai wanita?” tanya Nabi Musa as terkejut.
“Saya takut mengatakannya,” jawab sang wanita.
“Katakanlah jangan ragu-ragu!” desak Nabi Musa.
Maka perempuan itupun terpatah bercerita, “Saya ……telah berzina.”
Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.
Perempuan itu meneruskan, “Dari perzinaan itu saya pun…. lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya….. cekik lehernya sampai….. tewas”, ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya.
Nabi Musa as berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik, “Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!” teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.
Perempuan berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa as.
Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.
Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?”
Nabi Musa terperanjat. “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?”
Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. “Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?”
“Ada!” jawab Jibril dengan tegas.
“Dosa apakah itu?” tanya Musa kian penasaran.
“Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina.” 
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah – olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.
Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya. (redaksi)

sumber : http://daulahislam.com/kisah/nabi-dan-rasul/inilah-dosa-yang-lebih-hebat-daripada-berzina.html
 

Cherokee, Sejarah Peradaban Suku Indian Muslim Amerika Yang Punah

Cherokee, Sejarah Peradaban Suku Indian Muslim Amerika Yang Punah

*
suku-cherokee-1024x702
Anda tentunya akan tertegun sejenak disaat mengetahui hal ini, karena tidak akan pernah menyangka jika hal ini ialah yang sebenarnya. Memaklumi sebuah sejarah yang ditutup-tupi, merupakan hal yang lumrah. Hampir tidak ada media yang memberitakan tentang suku kuno Indian yang sesungguhnya ialah beragama Islam. Hebatnya lagi, sumber tertulis yang memuat tentang sejarah muslimnya suku Indian ini, sangat-sangatlah sedikit sekali.
Jika Anda mengunjungi Washington DC, datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama Abdel Khak dan Muhammad Ibnu Abdullah.
images
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.
Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.
images (1)
RAMADHAN Ibnu WATI
Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.
Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.
a
cherokee-muhammad
Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutp kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.
13446722911402273195
Sequoyah Atau Yang Dikenal Dengan George Gist
Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya. Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah.
Subhanallah….Bagaimana bisa Kepala suku Indian Cheeroke itu muslim? Sejarahnya panjang,
__________________
PENEMUAN BENUA AMERIKA PERTAMA ITU ADALAH LAKSAMANA CHENG HO BUKAN COLOMBUS
Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.
Voyages_of_Zheng_He_1405-33 - Copy
Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.
PENEMU-BENUA-AMERIKA-1024x702
Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).
Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 – 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 – 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.
npg-sequoyah-cherokee-postcard
Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.
Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.
abdul-hamid-ii-ottoman-sultan
Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).
Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.
cherokeea
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
banishingtheindians
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan di dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat pada tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517.
piri-reis-map-1
piri-reis-map-2
Peta ini menunjukkan letak belahan bumi bagian barat, Amerika Selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
makingbaskets2
Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.
perbandingan-kapal-layar-colombus-dan-laksaman-cheng-ho
Perbandingan kapal layar yang digunakan Cheng Ho (layar kuning) dengan yang digunakan Columbus (ditengah dengan layar merah)
 Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492, 70 tahun dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
landing_columbus
Namun, tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak, bahkan membantai rakyat Amerika asli (baca : Kebohongan Amerika tentang Christopher Columbus), Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa diantaranya menikahi orang-orang pribumi.
Dan tahukah Anda? Bahwa 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus, kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim, yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER, JOHN BOYD : Christopher Columbus, New York 1950].
Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di tanah Amerika, Laksamana Cheng Ho sudah terlebih dahulu datang ke sana. Para peserta seminar yang diutus oleh Royal Geographical Society di London sangat kaget  karena penemuan seorang kru kapal selam dan uraian sejarawan bernama Gavin Menzies. Dia juga seorang mantan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris  (baca : Biography Gavin Menzies).
Menzies yang tampil dengan penuh keyakinan – menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur asal China, Laksamana Cheng Ho. Bersama bukti-bukti yang ditemuinya dari catatan sejarah, dia lantas membuat kesimpulan bahawa pelaut serta pengembara ulung dari Dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.
Bahkan menurutnya, Cheng Ho ‘mengalahkan’ Columbus dengan jarak (perbedaan) waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat semua orang tertipu karena masyarakat dunia selama ini mengetahui bahawa Columbus lah penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Penjelasan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah.
Beliau menunjukkan sebuah peta  sebelum Columbus memulakan ekspedisinya, lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Cheng Ho yang disandarkan sebagai bahan bukti. Menzies sangat yakin selepas beliau meneliti ketepatan dan kesahihan bahan-bahan bersejarah tersebut. (dp/Daulahislam) (Sumber: Daulah Islam.com, December 1st, 2013) 

Sunday, December 1, 2013

Kurikulum "Berpikir" 2013

Mungkin kita sudah (tidak) peduli namun baik dibaca untuk masa depan anak dan bangsa kita, di bawah ini sharing yang baik:

Kurikulum "Berpikir" 2013

Oleh Rhenald Kasali

Di banyak negara, saya sering menyaksikan siswa sekolah atau mahasiswa yang aktif berdiskusi dengan guru atau dosennya. Persis seperti yang dulu sering kita lihat dalam iklan margarin pada tahun 1980-an, atau gairah siswa Wellesley College yang kita lihat dalam film Monalisa Smile.

Sewaktu mengajar di University of Illinois, saya kerap berhadapan dengan anak-anak seperti itu. Karena materi yang harus diajarkan begitu banyak, saya menjawab seperti kebiasaan guru di sini. ”Sebentar ya. Biar saya selesaikan dulu.” Namun, anak-anak itu tetap tak mau menurunkan tangannya sebelum dilayani berdiskusi.

Belakangan saya diberi tahu bahwa pendidik yang baik harus cekatan melayani diskusi, bukan meringkas isi buku. Seorang guru besar senior mengingatkan, ”Kami bersusah payah mengubah satu generasi, dari TK hingga SLTA, mengubah kebiasaan siswa yang malas berpikir menjadi aktif mengeksplorasi dengan lebih percaya diri.”

Mengapa tradisi seperti itu tidak terjadi di sini? Bahkan di perguruan tinggi semakin banyak dosen mengeluh bahwa anakanak sekarang tidak gemar membaca sehingga tidak bisa diajak berdiskusi.

Dihafal, bukan dipikir

Anak-anak kita punya tradisi belajar yang sangat berbeda, yang mengakar sejak taman kanak-kanak. Mata ajaran yang dipelajari jauh lebih banyak, tetapi tidak mendalam. Kalau sulit, rumus yang sangat banyak dibuatkan jembatan keledai atau singkatan-singkatan agar mudah dikeluarkan dari otak.

Cara belajar yang demikian berpotensi menghasilkan ”penumpang” ketimbang ”pengemudi”. Karena itu, banyak orang yang lebih senang duduk menunggu, hidup ”menumpang”, ”dituntun”, atau diarahkan ketimbang menjadi pengemudi yang aktif dan dinamis.

Seperti tampak di angkutan umum, penumpang boleh mengantuk, tertidur, terdiam, sibuk sendiri, tak perlu tahu arah jalan, dan praktis kurang berani mengambil risiko. Sementara pengemudi adalah sosok yang sebaliknya. Karena orangtua juga dibesarkan dalam tradisi belajar yang sama, tradisi serupa ada di rumah. Dengan jumlah mata ajaran yang semakin hari semakin banyak, jumlah yang dihafal siswa di sini juga semakin memberatkan.

Perhatikanlah bagaimana siswa berikut ini belajar. Siswa kelas I SD yang ibunya bekerja mengucapkan kalimat ini: ”Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Ayah ke kantor mencari nafkah, ibu merawat anak-anak di rumah.” Anak itu sempat protes karena ibunyalah yang bekerja, tetapi ibu guru menyatakan ”Dihafal saja karena bukunya berkata demikian”. Ibu di rumah berkata serupa: ”Kalau engkau mau naik kelas, dihafal saja.”

Daya kritis tidak diberi ruang, pertanyaan-pertanyaan penting yang diperlukan manusia untuk bernalar dimatikan sedari muda. Sementara mata ajar kesenian yang diadakan untuk merangsang daya kreasi juga distandarkan dan dihafal. Seperti yang dialami anak-anak yang menggambar pemandangan: gunung dua berjajar, matahari di tengah, dan seterusnya.

Hafalan diperlukan untuk mengikuti ujian nasional dan agar diterima di perguruan tinggi atau menjadi pegawai negeri sipil. Bahkan untuk diterima di jurusan seni rupa sebuah perguruan tinggi negeri terkenal, ujian masuknya juga ujian menghafal, bukan portofolio karyakarya calon mahasiswa.

Demikianlah penumpang, sekolahnya menghafal tetapi tidak berani berbuat, apalagi menyatakan identitas diri atau berpikir. Ini ditambah lagi tradisi membesarkan anak yang sejak lahir tubuh dan kedua kaki-tangannya dibedong lalu digendong. Sekalipun sudah bisa berjalan, kita selalu dituntun orang dewasa. Beda benar dengan tradisi belajar di negara-negara yang mendorong manusianya berpikir dan bertindak. Di negeri penumpang, wacana berlimpah, gagasan hebat mudah ditemui di televisi, tetapi sedikit sekali kaum elite yang bergerak.

Kurikulum berpikir

Gagasan merampingkan jumlah mata ajaran tentu saja tak boleh diikuti oleh rasa takut yang berlebihan di kalangan para pendidik. Sebab, sebagaimana layaknya setiap perubahan, maka tak pernah ada perubahan yang langsung berakhir dengan kesempurnaan. Namun, satu hal yang pasti, seperti orang yang berfoto bersama, maka setiap orang akan selalu melihat pada wajahnya masing-masing. Ia akan mengatakan fotonya bagus, semata-mata kalau dirinya tampak bagus.

Bagi saya, perubahan kurikulum yang ramai diperbincangkan seharusnya dapat dilihat pada aspek lebih luas daripada sekadar merampingkan mata ajaran. Perubahan ini seharusnya dapat dijadikan momentum untuk melakukan transformasi diri manusia Indonesia dari tradisi mindset ”penumpang” menjadi cara berpikir ”pengemudi”. Transformasi ini berdampak sangat luas yang sudah pasti membutuhkan penyempurnaan bertahap hingga ke tingkat pendidikan tinggi.

Riset-riset terbaru menunjukkan, betapa banyak cara kita belajar sudah harus diubah. Daniel Coyle (2010), misalnya, menunjukkan kemajuan yang dicapai dalam neuroscience yang menemukan bahwa manusia cerdas tidak hanya dibentuk oleh memori otak, tetapi juga memori otot (myelin). Sementara Carol Dweck dan Lisa Blackwell (2011) menemukan bahwa anak-anak yang secara akademik dianggap cerdas berpotensi menyandang mindset tetap sehingga kecakapannya untuk berkembang menjadi terhambat.

Keduanya menunjukkan cara-cara baru membentuk mental pengemudi yang sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan generasi baru di abad ke-21. Jadi, terimalah perubahan dan persiapkan lebih baik.

RHENALD KASALI Guru Besar FE-UI

Sumber : kompas.com

7 Wasiat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pada Abu Dzar

7 Wasiat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pada Abu Dzar

“Kekasihku (Rasulullah) shallallahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal:

(1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka,

(2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku,

(3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku,

(4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah),

(5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,

(6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada/dijalan Allah, dan

(7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”

(HR. Ahmad 5: 159, shahih).

Life begins @ 40 ??


Ternyata ada di dalam Al Qur'an dan sekaligus bacaan doa bagi yg telah memasuki umur 40 th.
 Allah SWT berfirman:

حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

”Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa :
Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri “  (QS. Al-Ahqaf: 15)

 Al-Khalil bin Ahmad berkata,  ”Manusia yang paling sempurna akal dan pikirannya adalah apabila telah mencapai usia 40 tahun. Itu adalah usia, di mana pada usia tersebut Allah Ta'ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam “ (Lihat: al-Wafyat A'yan, Ibnu Khalkan: 2/245)

Imam al-Syaukani rahimahullah berkata, ”Para ahli tafsir berkata bahwa Allah Ta'ala tidak mengutus seorang Nabi kecuali jika telah mencapai umur 40 tahun“ (Tafsir Fathul Qadir: 5/18)

Ibrahim al-Nakhai rahimahullah berkata, ”Mereka berkata (yakni para salaf) : Bahwa jika seseorang sudah mencapai umur 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan pernah berubah hingga datang kematiannya“ (Lihat: al-Thabaqat al-Kubra: 6/277)

Bila anda mengawali umur 40 dg kebaikan insyaAllah kelak akan mengakhirinya dg kebaikan pula, begitu pula. sebaliknya.... Semoga bermanfaat..