Thursday, June 4, 2020

MENGIKHLASKAN AMAL KARENA ALLAH

*SERI : ASBABUL WURUD – 2*


*MENGIKHLASKAN AMAL KARENA ALLAH

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصاً وَ ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

_Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang ikhlas dan dimaksudkan (dengan amal perbuatan itu) mencari wajah Allah_. 

[HR Nasa-i, VI/25 dan sanad-nya jayyid sebagaimana perkataan Imam Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib, I/26-27 no. 9. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib Wat Tarhib, I/106, no.8].

*Keterangan :*

_Hadits tersebut diriwayatkan oleh An Nasai dari *Abu Umamah Al Bahili* ra_. Nama sebenarnya Abu Umamah adalah *Shadi bin ‘Aljan Al Bahili*. Ia adalah Salah seorang Sahabat Rasulullah yang cukup terkenal dan meriwayatkan sekitar 250 hadits. Ia tinggal di Mesir kemudian pindah ke Homs yaitu salah satu Kota di Suriah dan meninggal disana pada tahun 81 H. Beliau adalah Sahabat Nabi yang paling akhir meninggal di Suriah.

*Asbabul Wurud*

_Dalam Sunan An Nasai dari Abu Umamah Al Bahili , katanya : Seseorang laki-laki menghadap Rasulullah ﷺ dan berkata : Bagaimana pendapat engkau Ya Rasulullah jika seorang laki-laki bertempur dimedan perang di jalan Allah dengan niat untuk mencari : *Pahala , Nama dan juga Harta*.?_ 

_Maka Rasulullah ﷺ pun bersabda : *Ia tidak mendapatkan apa-apa*_.  

_Orang yang bertanya itu masih penasaran sampai pertanyaan itu dulang sebanyak tiga kali_. 

_Dan kemudian Rasulullah ﷺ menjawab :_ 

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصاً وَ ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

*_Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajah (ridho) Nya_*.

*[Dikutip dari Kitab Asbabul Wurud No. 492 – Karya Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi]*.

*Hikmah* :

_Peristiwa tersebut memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam melakukan  Amal sholeh harus dilandasi oleh *Keikhlasan* dan tidak boleh dicampur dengan niat lainnya , apapun itu bentuknya_.

_Imam Abul Qosim Al Qusyairi (Lahir 376 H/986 M , meninggal pada tahun 465 H/ 1074 M dalam usia 89 Tahun) mengatakan : *Ikhlas adalah menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan*. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan *dalam rangka mendekatkan diri pada Allah*. Sehingga yang dilakukan bukan karena ingin mendapatkan perlakuan baik dan pujian dari makhluk atau yang dilakukan bukan lah di luar mendekatkan diri pada Allah_.

_*Mewujudkan ikhlas memang bukan pekerjaan yang mudah*. Para ulama yang telah meniti jalan kepada Allah telah menegaskan sulitnya ikhlas dan beratnya mewujudkan ikhlas di dalam hati, kecuali orang yang memang dimudahkan Allah_. 

_Bahkan Imam Sufyan Ats Tsauri pernah berkata : *Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku*_. [Al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab (I/17) ; Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam (I/70)].

Hati ini memang selalu berbolak balik jika tidak ditata dengan keikhlasan. Bahkan Rasulullah ﷺ pun sering berdo’a :

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
_Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik_
*_(Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)_*

_Pernah ada orang bertanya kepada Suhail : *Apakah yang paling berat bagi nafsu manusia* ? Ia menjawab : *Ikhlas, sebab nafsu tidak pernah memiliki bagian dari ikhlas*_ [ Madarijus Salikin (II/95)].

_Dikisahkan ada seorang ‘alim yang selalu shalat di shaf paling depan. Suatu hari ia datang terlambat, dan ia hanya mendapat shalat di shaf kedua. Di dalam benaknya *terbersit rasa malu kepada para jama’ah lain yang melihatnya*. Maka pada saat itulah *baru ia menyadari bahwa sebenarnya kesenangan dan ketenangan hatinya ketika shalat di shaf pertama pada hari-hari sebelumnya disebabkan karena ingin dilihat orang lain*_. [ Tazkiyatun Nufus, hlm. 15-17].

Selamat Beraktivitas

Semoga Segala Aktivitas Kita Hari ini Bernilai Ibadah Disisi Nya. Aaamiin.

*Salam*

No comments:

Post a Comment