Sunday, May 31, 2020

Perks of reading Surah Mulk daily

Perks of reading Surah Mulk daily

Surah Mulk is one of the great surahs of the Qur’an which we are encouraged in saheeh reports to recite frequently.

There are reports which say that it will protect the one who recites it from the punishment of the grave. 

This surah will intercede for the one who recites it

The Prophet (blessings and peace of Allah be upon him) said: “There is a surah of the Qur’an, with thirty verses, that interceded for a man until he was forgiven. It is ‘Surah Tabaarak Alladhi bi yadihi’l-mulk (Blessed is He in Whose Hand is the dominion)’ [al-Mulk 67:1]”. (Abu Dawood)

Al-Mannaawi (may Allah have mercy on him) said: “He recited it frequently, thus it kept asking Allah (to forgive him) until he was forgiven”. This is encouragement to everyone to recite it regularly so as to attain its intercession.

Shaykh ‘Abd al-Muhsin al-‘Abbaad (may Allah preserve him) said: “This hadeeth highlights its virtue and tells us that it will intercede on the Day of Resurrection for its companion, i.e., the one who recites it”. 

In the virtue mentioned, that this surah will intercede for the one who recites it. There is nothing to limit recitation thereof to night or day.

Rather what may be understood from this hadeeth is that what is meant by reciting this surah is paying particular attention to it, memorizing it, understanding it, and reciting it frequently. Especially in prayer. 

Protection from the punishment of the grave

Al-Mannaawi said: “The surah will give protection to the one who recited it; when he dies and is placed in his grave, he will not be punished there”. 

Abu’l-Hasan al-Mubaarakfoori (may Allah have mercy on him) said: “What is meant is that reciting this surah in this world will be a means of salvation from the punishment of the grave”. 

Surah Mulk and Surah Sajdah

According to the hadeeth of Jaabir (may Allah be pleased with him), the Prophet (blessings and peace of Allah be upon him) did not sleep until he recited Alif-Laam-Meem tanzeel (Soorat as-Sajdah) and Tabaarak alladhi bi yahihi al-mulk (Soorat al-Mulk).

There is the hope that the one who recites this soorah will attain this great virtue and it will intercede for him before Allah and save him from the punishment of the grave. There are reports which speak in particular about giving extra attention to it at night or when going to sleep. So if a person strives to do that, it is a good thing, in sha Allah. 

And Allah knows best.

Wallahu'alam

Friday, May 29, 2020

BANYAKNYA KEMATIAN MENDADAK SALAH SATU TANDA-TANDA KIAMAT

*ONE WEEK ONE HADITS*

Jum’at , 29 Mei 2020 / 6 Syawal 1441 H

*BANYAKNYA KEMATIAN MENDADAK SALAH SATU TANDA-TANDA KIAMAT*


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : مِنِ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ أَنْ يُرَى الْهِلالُ قِبَلا ، فَيُقَالُ : لِلَيْلَتَيْنِ ، وَأَنْ تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدَ طُرُقًا ، وَأَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجَاءَةِ

Dari Anas bin Mâlik, dia meriwayatkan dari Nabi ﷺ, beliau ﷺ bersabda, :
_Di antara dekatnya hari kiamat, hilal akan terlihat nyata sehingga dikatakan ‘ini tanggal dua’, masjid-masjid akan dijadikan jalan-jalan, dan *munculnya (banyaknya) kematian mendadak*_. 

[HR Thabarani dalam al-Mu’jamush Shaghîr (2/261, no. 1132) Dhiya’ al-Maqdisi dalam al-Ahâdîts al-Mukhtârah (no. 2326). Dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi‘ (2/1.026, no. 5.899), Penerbit al-Maktabul-Islami, Cet. 3, Th. 1408 H / 1988 M]

Saat ini kita sudah mendekati di akhir zaman, sudah terlalu banyak tanda-tanda kiamat yang sekarang ini kita lihat dan sudah terjadi sesuai dengan prediksi yang Baginda Nabi sabdakan 14 abad yang lalu. Salah satunya adalah Banyaknya Kematian mendadak yang dialami oleh manusia saat ini.

Sebagian dari kita mungkin ingin agar ketika Kematian akan mendatangi kita maka kita diberi kesadaran untuk *_mengucapkan Kalimat Tauhid di akhir hayat_* kita karena kalimat itu merupakan tanda dijaminnya diri kita masuk Surga.

مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُم مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنة

“Tidaklah seorang hamba mengucapkan Laa Illa Illallah kemudian ia meninggal dunia di atas ucapan itu kecuali pasti ia masuk surga.” (HR. Al-Bukhari No. 5379 dari Abu Dzar RA.)

Dari Mu’ad bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata : Rasulullah ﷺ bersabda :

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang ucapan terakhirnya Laa Ilaaha Illallaah pasti masuk surga.” (Kitab Sunan Abu Dawud No. 2709 , dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Miyhkah al-Mashabiih: 1/509)

Namun demikian siapa yang bisa menjamin bahwa diri kita bisa mengucapkan kalimat Tauhid tersebut di akhir hidup kita. Jangan-jangan diri kita termasuk orang yang mengalami kematian mendadak tanpa pernah kita bisa berwasiat atau berpesan apapun kepada keluarga yang ditinggalkan.

Teman penulis bahkan ada yang meninggal mendadak saat sedang mengendarai mobil bersama istrinya. Teman penulis lainnya (wanita) *meninggal saat tidur* dan baru diketahui suaminya saat pagi hari dibangunkan oleh suaminya tanpa sakit ataupun tanda2 akan pergi selamanya.

Bahkan ada sahabat sejak kecil , mendadak shock kena serangan jantung , ia tidak bisa menerima ketika dikabarkan anak laki satu-satunya meninggal akibat tersetrum listrik dan sang Ayah (Sahabat saya tsb) ikut meninggal sehari kemudian setelah anaknya dimakamkan.

Apa hikmah dari itu semua.? Mempersiapkan diri sebaik mungkin bekal yang akan kita bawa kelak di akhirat.

Salah satu bentuk kematian yang sering tidak kita sadari adalah saat kita sedang tidur. Siapa yang bisa menjamin saat kita tidur malam hari kemudian pagi harinya kita masih diberi hidup oleh Allah.?

Bukankah ketika Allah menidurkan kita , Allah menggunakan kata *Yatawaffa – Menidurkan* (Surat Al An’am : 60) dan ketika Allah mematikan kita Allah juga menggunakan kata yang sama yaitu *Yatawaffa - Mewafatkan* (Surat Az Zumar : 42).

وَهُوَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُم بِٱلَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِٱلنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰٓ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

_Dan Dialah yang *menidurkan* kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan_. (Al An’am : 60).

ٱللَّهُ يَتَوَفَّى ٱلْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَٱلَّتِى لَمْ تَمُتْ فِى مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ ٱلَّتِى قَضَىٰ عَلَيْهَا ٱلْمَوْتَ وَيُرْسِلُ ٱلْأُخْرَىٰٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


_Allah *mewafatkan* (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir_.” (QS: Az-Zumar: 42).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menggunakan kata kerja yang sama yakni;  *_yatawaffa_* (يَتَوَفَّى) antara orang yang *_mati_* dan *_tidur_*. Perbedaan antara keduanya adalah pada apa yang Allah lakukan setelah *_yatawaffa_* (يَتَوَفَّى) ;  bagi orang yang sudah saat ajalnya tiba, maka *_Allah menahan atau menggenggam jiwa atau ruhnya dan tidak mengembalikannya kembali ke dalam jasad_*. Sementara bagi orang yang tidur, *_Allah mengembalikan ruh tersebut ke dalam jasad setelah diwafatkannya_*.

Dengan demikian sebenarnya dalam keseharian, aktivitas kita berisi tidur dan bangun, yang dalam bahasa al-Qur’an adalah aktivitas mati dan aktivitas hidup yang berlangsung terus-menerus, hingga saatnya Allah mematikan kita tanpa menghidupkannya kembali dengan menahan ruh yang sudah diwafatkan.

Artinya tidur itu sebenarnya adalah *_Miniatur dari Kematian_* karena Allah menggunakan kata yang sama yaitu *Yatawaffa* (يَتَوَفَّى) untuk *Menidurkan* dan *Mewafatkan*.

Jadi,… jangan pernah berfikir bahwa ketika kita tidur malam hari maka keesok harinya kita pasti akan bangun seperti biasanya. Karena boleh jadi Allah akan menahan ruh kita dan tidak mengembalikannya ke jasad kita.*(فَيُمْسِكُ ٱلَّتِى قَضَىٰ عَلَيْهَا ٱلْمَوْتَ – Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya)*.

Banyak sebenarnya doa-doa yang bisa kita amalkan sebelum kita tidur dan terlalu banyak kalau harus ditulis disini semuanya , Namun Ada sebuah hadits yang sangat indah tentang doa mau tidur yang *terkait dengan kematian* yang jika dibaca sebelum tidur maka Insya Allah jika meninggal saat tidur, maka kita meninggal dalam keaadan suci (Fitrah).
 
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ رَجُلًا إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ مِنْ اللَّيْلِ أَنْ يَقُولَ : اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنْ مَاتَ مَاتَ عَلَى الْفِطْرَةِ

Dari Al Barra' bin 'Azib bahwasanya Rasulullah ﷺ  pernah menyuruh seseorang apabila dia hendak tidur, untuk mengucapkan :

_Alloohumma Aslamtu Nafsii ilaik_, 
_Wawajjahtu Wajhii ilaik_, 
_Wa-Alja'tu Zhohrii ilaik_, 
_Wafawwadhtu Amrii ilaika Roghbatan Warohbatan ilaika_, 
_Laa Malja'a Walaa Manjaa Minka illaa ilaik_, 
_Aamantu Bikitaabikalladzii Anzalta Wabirosuulikalladzii Arsalta_.

_Ya AIlah , aku berserah diri kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dengan berharap-harap cemas, karena tidak ada tempat berlindung dan tempat yang aman dari adzab-Mu kecuali dengan berlindung kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan aku beriman kepada Rasul-Mu yang telah Engkau utus_.

 *_Apabila dia meninggal dunia pada malam itu, maka dia meninggal dalam kesucian diri (fitrah)_*.

*(Shahih Muslim Hadits No. 4885).* 

Jangan sampai kita menyesal sebagaimana Rasulullah pernah mengingatkan umatnya bahwa Orang baik maupun orang jahat *_pasti akan menyesal ketika ia meninggal_* , sehingga salah seorang Sahabat merasa penasaran dan bertanya kepada Rasulullah ﷺ : Apa Penyesalannya.?

مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُوتُ إِلَّا نَدِمَ قَالُوا وَمَا نَدَامَتُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنْ كَانَ مُحْسِنًا نَدِمَ أَنْ لَا يَكُونَ ازْدَادَ وَإِنْ كَانَ مُسِيئًا نَدِمَ أَنْ لَا يَكُونَ نَزَعَ

_Rasulullah bersabda : *Tidak ada seorangpun yang meninggal dunia kecuali dia merasa menyesal*. Para sahahat bertanya: *Apa penyesalannya Ya Rasulullah ?* Beliau menjawab: *Jika orang baik dia menyesal kenapa tidak menambah (kebaikannya)* dan *jika orang jahat dia menyesal kenapa tidak melepaskan (kejahatannya)*_. (Suna At Tirmidzi No. 2327),

Sungguh indah perkataan Imam Bukhori yang memberi nasehat berkaitan dengan orang yang meninggal secara mendadak :

اِغْتَنِمْ فِيْ الْفَرَاغِ فَضْلَ الرُكُوْعِ
_Manfaatkanlah waktu luang dengan keutamaan ruku’ (shalat, ibadah)_ 

فَعَسَى أَنْ يَكُوْنَ مَوْتُكَ بَغْتَةْ
_Bisa jadi kematianmu akan datang secara tiba-tiba_

كَمْ صَحِيْحٍ رَأَيْتَ مِنْ غَيْرِ سُقْمٍ
_Berapa banyak orang sehat yang engkau lihat tanpa sakit_ 

ذَهَبَتْ نَفْسُهُ الصَّحِيْحَةُ فَلْتَةْ
_(Namun) jiwanya yang sehat pergi secara mendadak_

Jangan lupa ya , mulai malam ini sebelum tidur bacalah do’a :

اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

_Alloohumma Aslamtu Nafsii ilaik_, 
_Wawajjahtu Wajhii ilaik_, 
_Wa-Alja'tu Zhohrii ilaik_, 
_Wafawwadhtu Amrii ilaika Roghbatan Warohbatan ilaika_, 
_Laa Malja'a Walaa Manjaa Minka illaa ilaik_, 
_Aamantu Bi Kitaabikalladzii Anzalta Wabi rosuulikalladzii Arsalta_.

_Siapa tahu tidur kita malam ini adalah tidur yang terakhir yang dengan do’a tsb kita diwafatkan dalam keadaan Suci_.

اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ

_Alloohum-makh tim lanaa bil-islaam , wakh tim lanaa bil-iimaan , wakh tim lanaa bi Husnil Khootimah_

*_Ya Alloh, Akhirilah hidup kami dengan Islam , Akhirilah hidup kami dengan membawa Iman, dan Akhirilah hidup kami dengan Husnul Khotimah_*



*Salam*

Friday, May 22, 2020

MENGHADIRKAN SUASANA SURGA DI DUNIA

*ONE DAY ONE HADITS*

_SABTU, 23 Mei 2020 / 30 Ramadhan 1441 H_

*MENGHADIRKAN SUASANA SURGA DI DUNIA*

Masih ingat dengan One Day One hadits edisi Ramadhan ke 23.? Dalam artikel tersebut digambarkan tentang bagaimana akhlak seorang laki2 yang dikatakan Rasulullah ﷺ sebagai Ahli surga. Ada 3 akhlak yang digambarkan dalam kisah tersebut :

(1). _Tidak pernah punya rasa dendam kepada siapapun_.
(2). _Jika berbicara selalu yang baik-baik_.
(3). _Tidak pernah iri / dengki atas nikmat yang Allah berikan kepada orang lain_.

Laki-Laki tersebut dikatakan sebagai ahli surga karena ketika hidup di dunia ia telah mempraktekkan akhlak Penghuni Surga sebagaimana juga digambarkan oleh Al Qur’an.

وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمُ ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ ۖ لَقَدْ جَآءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِٱلْحَقِّ ۖ وَنُودُوٓا۟ أَن تِلْكُمُ ٱلْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan *Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka*; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan". (Al A’raaf : 43)

Ayat dalam Surat Al A’raaf tersebut diatas menegaskan bahwa tidak ada sifat dendam didalam hati penduduk surga karena *_sifat Dendam tersebut sudah dicabut oleh Allah_* sehingga penduduk surga sudah tidak lagi memiliki sifat dendam kepada siapapun. Sama dengan sifat laki-aki tersebut yang tidak pernah punya rasa dendam kepada siapapun.

Sifat dendam didunia biasanya muncul karena manusia sulit untuk bisa memaafkan orang lain. Suka memaafkan orang lain memang bukan pekerjaan yang mudah. 

Kalau kita dipermalukan , biasanya akan timbul keinginan untuk balas mempermalukannya. Kalau kita dicela, biasanya akan timbul keinginan untuk membalas dengan celaannya. Hampir watak setiap orang yang disakiti dan dizalimi seperti itu. 

Dibutuhkan jiwa besar dan kelapangan dada untuk bisa selalu memaafkan orang lain. Begitu beratnya menjadi seorang pemaaf , oleh karenanya ganjarannya pun sangat luar biasa.

Wajar bagi orang yang ketika didunia bisa menahan marahnya mendapat surga. Karena Orang yang tidak bisa mengendalikan marahnya biasanya akan mudah melahirkan sifat dendam.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda : 

 لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ. 

_Jangan engkau marah, niscaya engkau akan masuk Surga_.[Shahîh Ibni Hibban dengan at-Ta’liqâtul-Hisân ‘ala Shahîh Ibni Hibban].

Ada kisah tentang turunnya sebuah ayat (Surat An Nuur : 22) terkait dengan sifat Pemaaf Abu Bakar yang sangat masyhur dan kisah tersebut direkam dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Sebagaimana kita tahu , Abu Bakar adalah Sahabat nabi yang sangat dermawan dan suka memberi nafkah kepada orang2 yang tidak mampu termasuk kepada kerabatnya. Di antara kerabatnya adalah *Misthah bin Utsatsah*. Misthah bin Utsatsah sangat miskin sehingga untuk menopang hidupnya , *Abu Bakar selalu memberi bantuan biaya hidup kepada Misthah bin Utsatsah*.

Suatu ketika terjadi peristiwa dimana Aisyah binti Abi Bakar istri Nabi ﷺ tertinggal dari pasukan seusai dari peperangan. Peristiwa tertinggalnya Aisyah itupun kemudian dimanfaatkan oleh orang2 munafik untuk menyebarkan berita fitnah seputar Aisyah. Di saat tersebar berita dusta dan fitnah seputar ‘Aisyah binti Abi Bakar istri Nabi ﷺ itulah Misthah termasuk salah seorang yang ikut menyebarkannya berita bohong tersebut.

Terkait berita bohong tersebut , Allah menurunkan Surat An Nuur : 11

إِنَّ ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ لِكُلِّ ٱمْرِئٍ مِّنْهُم مَّا ٱكْتَسَبَ مِنَ ٱلْإِثْمِ ۚ وَٱلَّذِى تَوَلَّىٰ كِبْرَهُۥ مِنْهُمْ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٌ

_*Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga*. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. *Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya*. Dan siapa di antara mereka *yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar*_.[An Nur : 11]

Mengetahui familinya yang bernama *Misthah bin Utsatsah* ikut menyebarkan fitnah terhadap putrinya yaitu Aisyah , Abu Bakar marah luar biasa karena *bagaimana mungkin Misthah bin Utsatsah yang miskin dan selama ini hidupnya selalu ditopang oleh Abu Bakar malah justru ikut2an menyebarkan berita fitnah*. Bahkan Abu Bakar sampai bersumpah : 

_Demi Allah, setelah ini aku tidak akan lagi memberi nafkah kepada Misthah untuk selamanya karena dia sudah ikut menyebarkan berita bohong tentang Aisyah_. 

Terkait Sumpah Abu bakar tersebut , Allah menurunkan Surat An Nuur : 22

وَلَا يَأْتَلِ أُو۟لُوا۟ ٱلْفَضْلِ مِنكُمْ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤْتُوٓا۟ أُو۟لِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱلْمُهَٰجِرِينَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

_Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan *hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada*. Apakah kamu tidak ingin bahwa *Allah mengampunimu ?* Dan *Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang*_,(An Nuur : 22)

Ketika Rasulullah ﷺ menyampaikan bahwa ada yat yang turun terkait dengan sumpah Abu Bakar tersebut, maka Abu Bakar pun menarik ucapan sumpahnya dan mengatakan :

_Ya, Demi Allah, sungguh aku sangat berkeinginan bila Allah mengampuniku_.

Maka Abu Bakar pun kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana kebiasaan sebelumnya. [lihat Shahih Al-Bukhari no. 4750 dan Tafsir Ibnu Katsir 3/286-287]


Luar Biasa Abu Bakar. Ia memilih Ampunan Allah ketimbang menuruti hawa nafsunya akibat tersakiti oleh fitnah yang disebar juga oleh kerabatmnya. Bagaimana dengan diri kita.? Mampukah diri kita berperilaku seperti Abu Bakar yang mengedepankan perintah Allah untuk mendapatkan ampunan ketimbang menuruti hawa nafsu nya.?

_Sifat Penghuni surga lainnya yang digambarkan oleh Al Qur’an adalah Sifat *Merasa Saling Bersaudara* kepada sesama_.

وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَٰنًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَٰبِلِينَ

Dan Kami *lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka*, sedang mereka *MERASA BERSAUDARA* duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (Al Hijr : 47).

Ketika rasa dendam sudah hilang dari dalam diri maka akan lahir sifat merasa bersaudara dengan siapapun. Sifat ini pun tidak mudah untuk dilahirkan didalam diri manusia. Diperlukan latihan dan ujian agar sifat ini bisa timbul dari dalam diri manusia.

Ketika melihat sesama Muslim sebagai Saudara maka pasti akan timbul kasih sayang diantara mereka.

 وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

_Jika ada seseorang yang *menghinamu* dan *mempermalukanmu* dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka *janganlah engkau membalasnya* dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. *Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya*_.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).

_Beberapa orang di dunia ini secara tidak sadar sebenarnya telah berakhlak seperti akhlak para ahli surga_. *Abu Layyist Samarqandi* penulis Kitab *Tanbihul Ghafilin* (Beliau seorang Ahli Fiqih lahir di Samarkand, sebuah daerah di negara Uzbekistan, pada awal abad ke-4 H, tepatnya pada tahun 301 H atau 944 M dan meninggal pada 983 M dalam usia 39 Tahun), mengatakan bahwa : 

Setidaknya ada 3 akhlak para calon ahli surga yaitu :

ويقال ثلاثۃ من اخلاق اهل الجنۃ لا توجد الا في الكريم الاحسان الي المسيء والعفو عمن ظلمه والبذل لمن حرمه

_Dan dikatakan ada tiga (ciri) dari akhlak ahli surga yang tidak akan terdapat kecuali pada orang yang mulia :_
(1) _Berbuat baik kepada orang yang jahat_.
(2) _Memaafkan orang yang telah menzaliminya_.
(3) _Tetap Bersifat pemurah terhadap orang yang telah kikir terhadapnya_.

*Bisa dibayangkan* : _Jika kita berbicara selalu hal yang baik2 , Tidak pernah iri / dengki atas nikmat yang Allah berikan kepada orang lain , Tidak punya Rasa dendam kepada siapapaun , Menganggap orang Muslim sebagai Saudara_ , *Jika sifat itu ada dalam diri kita mungkin kita sudah menghadirkan Surga ketika hidup di dunia ini*.

Ya Allah , tanamkanlah akhlak penghuni surga kedalam diri ini. Agar kami kelak bisa memasuki surga Mu dengan Rahmat Mu. Aamiiin.

_Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan_. Taqoballahu Minna wa minkum, taqoballahu yaa kariim.

_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.

_Semoga Allah masih mempertemukan kita dengan Ramadhan ditahun yang akan datang_. Aamiin

*Salam*

Thursday, May 21, 2020

TEMAN AKRAB DI DUNIA NAMUN MENJADI MUSUH DI AKHIRAT

*ONE DAY ONE HADITS*

_JUM’AT , 22 Mei 2020 / 29 Ramadhan 1441 H_

*TEMAN AKRAB DI DUNIA NAMUN MENJADI MUSUH DI AKHIRAT*

Nabi  ﷺ bersabda :

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

_Seseorang itu mengikuti Diin (agama; tabiat; akhlaq) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan kawan dekat_. (HR. Abu Dawud, Silsilah ash-Shahihah no. 927)

Hadits ini menjadi nasehat agar kita memilih-milih dalam berteman. Salah memilih teman akan terbawa sampai akhirat dan penyesalan di akhirat adalah penyesalan yang sia-sia.

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا ﴿٢٧﴾ يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا ﴿٢٨﴾ لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

_Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya (yakni: sangat menyesal), seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah *menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku*. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia_. (QS. Al-Furqan: 27-29)

Di abad 21 saat ini dengan segala kemudahan dan keterbukaannya membuat hubungan antar manusia seperti tanpa sekat. Seperti sudah tidak ada lagi pemisah dan hanya manusia itu sendiri yang bisa memilih sekat pemisah yang diinginkan. *_Pembicaraan atau obrolan pun sudah tidak lagi dibatasi oleh waktu_*. Kapanpun kita akan membuang-buang waktu , akan selalu ada teman yang sama untuk melakukan itu. Kapan saja kita ingin berbicara , maka diujung nun jauh disanapun akan ada orang yang siap menyambut pembicaraan kita. Contoh yang paling nyata adalah Group WA (WAG).

Diri Kita sendiri pula yang bisa memilih atau memilah mana WAG yang kita ingiinkan. Mau memilih yang Sekuler  atau yang heterogen dengan berbagai ragam kepercayaan dengan isi berbagai postingan dari mulai yang *_HOAX , Fitnah , Ghibah , Sum’ah , Riya , Ujub , menyebarkan kebencian atau yang banyak membuang waktu dengan canda dan tawa_* atau yang homogen dalam Keimanan yang bisa meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan. Semua itu pilihannya ada pada diri kita sendiri. Boleh jadi teman2 akrab kita yang diikat dengan komunitas tertentu atau nama apapun dan bukan karena Keimanan kepada Allah , kelak akan menjadi musuh kita ketika diakhirat.

Kalau kita memilih kelompok yang sekuler dan heterogen maka kita harus siap dengan *_perasaan tidak enak_* kepada teman kita manakala tiba hari besar keagamaan mereka yang dengan mengatas namakan *_”Toleransi”_* untuk berbagi kebahagiaan kepada mereka dengan mencari berbagai alasan pembenara atas  perilaku tsb.

Jika kita berteman dengan penjual minyak wangi  maka jika kita tidak kecipratan minyak wangi *minimal* pasti kita akan menciumbu wanginya. Jika kita berteman dengan pandai besi maka jika pakaian kita tidak terkena percikan api *minimal* kita akan mencium bau asapnya yang tidak enak.

Sungguh indah perumpamaan yang dibuat oleh Baginda Nabi ﷺ :

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

_Permisalan *teman yang baik* dan *teman yang buruk* ibarat seorang *penjual minyak wangi* dan seorang *pandai besi*. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, *engkau tetap mendapatkan bau harum darinya*. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak *engkau tetap mendapatkan bau asapnya* yang tak sedap_. (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan : _Hadits di ini menunjukkan *larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama (Akidah) maupun dunia kita*. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia_.( Lihat Fathul Bari 4/324)

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :

لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا وَلاَ يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِىٌّ

_Janganlah engkau bergaul *kecuali* dengan seorang mukmin. Janganlah memakan makananmu melainkan orang bertakwa_. (HR. Abu Daud no. 4832 dan Tirmidzi no. 2395. Hadits ini hasan kata Syaikh Al Albani).

Sungguh indah nasehat Imam Hasan Al- Bashri :

استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة

_Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena *mereka memiliki syafaat pada hari kiamat*_. (Ma’alimut Tanzil 4/268)

Rasulullah ﷺ bersabda tentang syafaat antara sahabat di hari kiamat :

حتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون: ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم: أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار، فيخرجون خلقا كثيرا قد أخذت النار إلى نصف ساقيه، وإلى ركبتيه، ثم يقولون: ربنا ما بقي فيها أحد ممن أمرتنا به، فيقول: ارجعوا فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من خير فأخرجوه، فيخرجون خلقا كثيرا، ثم يقولون: ربنا لم نذر فيها أحدا ممن أمرتنا…

_Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji_.

_Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka_.

_Para mukminin inipun MENGELUARKAN BANYAK SAUDARANYA yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya_.

_Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa_.

_Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar_.

_Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan (dari neraka)_ …” (HR. Muslim no. 183).

*_Berhati-hatilah dalam memilih teman. Umur manusia tidak ada yang tahu. Tidak sedikit yang masih muda dipanggil lebih dahulu walau secara rata2 Usia Umat akhir Jaman berkisar antara 60 - 70 tahun. Jika usia kita sudah mendekati 60 tahun berarti mungkin usia kita mungkin tinggal dalam hitungan jari tangan , jangan sampai ada penyesalan dikemudian hari karena kita salah dalam memilih teman_*.

Al Qur’an memang tidak menafikan bahwa *_persahabatan yang didasari oleh kekufuran / kemusyrikan memang bisa menciptakan perasaan kasih sayang didalam kehidupan dunia_* , namun kelak di akhirat mereka akan saling mengingkari.

وَقَالَ إِنَّمَا ٱتَّخَذْتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ أَوْثَٰنًا مَّوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ ثُمَّ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُم بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُم بَعْضًا وَمَأْوَىٰكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن نَّٰصِرِينَ

_Dan berkata Ibrahim: Sesungguhnya *berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah* adalah *untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini* ,  kemudian *di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain)* dan sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolongpun_. (Al Ankabut : 25)

Boleh jadi kita berteman akrab ketika didunia , namun karena pertemanan tsb *_bukan dilandasi  oleh keimanan dan taqwa_* maka kelak mereka akan menjadi musuh dan boleh jadi saat itu kita akan mengeluh dan berkata :

لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا
 
*_Seandainya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku_*.

Allah berfirman :

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

_Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa_. (QS. Az-Zukhruf: 67)

_Ya Allah , Jadikanlah teman-temanku di dunia teman yang dapat meningkatkan keimanan dan membawa aku dalam ketaqwaan. Jauhkanlah aku dari pertemanan yang akan menjauhkan diriku dari Ketaqwaan dan menjerumuskan aku dalam kesesatan_. Aaamiiin.

_Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan_.

_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.

_Jangan sia-siakan Ramadhan , betapa banyak Saudara dan Sahabat kita yang karena Takdirnya sudah dipanggil lebih dulu dan tidak bisa lagi menemui Ramadhan dan kitapun belum tentu tahun depan masih diberi kesempatan untuk bisa menemui Ramadhan_. 

*Salam*

Tuesday, May 19, 2020

MENGGAPAI BUAH UTRUJAH

*ONE DAY ONE HADITS*

_RABU , 20 Mei 2020 / 27 Ramadhan 1441 H_

*MENGGAPAI  BUAH  UTRUJAH*


الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالأُتْرُجَّةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ ، وَالْمُؤْمِنُ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ ، طَعْمُهَا مُرٌّ – أَوْ خَبِيثٌ – وَرِيحُهَا مُرٌّ

_Permisalan orang yang membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah *Utrujah*, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak suka membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah *Kurma*, rasanya enak namun tidak beraroma. Orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah bagaikan *Royhanah*, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an bagaikan *Hanzholah*, rasa dan baunya pahit dan tidak enak_. (HR. Bukhari no. 5059)

Hadits tersebut membagi empat perumpamaan orang yang berkaitan dengan Kecintaannya kepada Al Qur’an :

1. *Buah Utrujah* = Aromanya enak dan Rasanya juga enak
_Orang mukmin yang membaca dan mengamalkan_

2. *Buah Kurma* = Tidak beraroma tapi Rasanya Enak
_Orang Mukmin yang tidak suka membaca Al Qur’an dan mengamalkan_.

3. *Buah Royhanah* = Aromanya enak namun Rasanya Pahit
_Orang Munafik yang membaca Al Qur’an_.

4. *Buah Hanzholah* = Aroma dan rasanya Tidak enak
_Orang Munafik yang tidak membaca Al Qur’an_.

Dimanakah letak diri kita.? Apakah kita termasuk Utrujah atau Kurma atau Royhanah atau mungkin Hanzholah. Kita sendirlah yang mengetahuinya.

Kelak di akhirat kita diminta untuk membaca Al Qur’an sesuai dengan hafalan yang kita miliki ketika didunia. Disitulah kelak kita akan mengetahui dimana letak kedudukan kita.

Dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah ﷺ bersabda :

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

_Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena *kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal)*_. (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914. 

Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2240 mengatakan bahwa hadits ini shohih) 

Menurut hadits tersebut ada dua type manusia yang membaca Alquran yaitu ada yang *Mukmin* dan ada yang *Munafik*.. Terdapat perbedaan dari kedua tipe tersebut jika membaca Alquran, keduanya tidak sama dalam hal iman.

Dalam hadis ini Nabi Muhammad mengibaratkan iman dengan bau wangi sebagai manisnya iman yang berasal dari Al Quran. Menurut *Imam Nawawi* dalam At-Tibyan, karena *_Iman tidak mungkin didapat tanpa melalui Al Quran_*, Kalamullah. Membaca Alquran dapat melembutkan hati dan pada akhirnya menyebabkan orang tersebut dapat mencium harumnya buah Iman.

Adapun pengibaratan menggunakan buah Utrujah karena buah ini sejenis buah yang memiliki banyak khasiat untuk menyembuhkan, yang mana karakteristiknya seperti Al Quran.

*Ibnu Hajar* mengatakan bahwa buah *Utrujah* merupakan buah yang rasanya lezat, bentuknya besar dan enak dilihat, warnanya kuning terang menyenangkan mata, sedang teksturnya lembut membuat setiap orang ingin memakannya. Seperti itulah muslim yang membaca Alquran. 

Sedang kan muslim yang tidak membaca Alquran, rasanya manis tapi ia tidak berbau harum seperti Buah *Kurma*.

Sedang buah *Raihanah* merupakan sejenis buah yang mengandung racun tapi memiliki bau yang harum. Seperti itulah orang munafik yang rajin membaca Alquran.

Adapun maksud dari *Orang Munafiq* yang disebut dalam hadis di atas, *berdasarkan penjelasan Imam Nawawi*, adalah orang yang membaca Alquran tapi tidak mengamalkannya. Ia menasehati yang lain tapi lupa memberi nasehat pada diri sendiri. Dari luar, orang  itu tampak seperti orang suci yang semerbak wangi imannya, namun lalai dari taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang seperti itu dalam dirinya kosong dari kebaikan, rasanya pahit, dan tidak akan mendapatkan pahala Al Quran tiap saat.

Sedangkan Orang Muunafik yang tidak membaca Alquran, rasa dan aromanya pahit seperti *Buah Hanzholah*.  Golongan terakhir ini merupakan kelompok yang tidak merasakan manisnya iman, mereka berkata beriman dengan mulutnya tapi tidak dengan hatinya.

Semoga Allah memberi kita kekuatan daya ingat , yang dengan itu diberi kemudahan untuk menambah hafalan Al Qur’an sehingga selalau tertanam dalam diri ini.

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.

_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.

_Jangan sia-siakan Ramadhan , betapa banyak Saudara dan Sahabat kita yang karena Takdirnya sudah dipanggil lebih dulu dan tidak bisa lagi menemui Ramadhan dan kitapun belum tentu tahun depan masih diberi kesempatan untuk bisa menemui Ramadhan_. 

*Salam*

Monday, May 18, 2020

MERAIH PAHALA IBADAH HAJI SETIAP HARI

*ONE DAY ONE HADITS*

_SELASA , 19 Mei 2020 / 26 Ramadhan 1441 H_

*MERAIH PAHALA IBADAH HAJI SETIAP HARI*

Pernahkan anda berfikir melakukan sebuah amalan namun mendapat pahala seperti Ibadah Haji setiap hari.? Ternyata ada beberapa bentuk Ibadah yang pahalanya akan diberikan seperti kita melaksanakan Ibadah Haji. Bahkan boleh jadi jika melakukan amalan tersebut setiap hari maka kita akan mendapat ganjaran berupa Pahala Ibadah Haji berkali-kali.  Jika kita melakukan *Ibadah Haji mungkin kita hanya melakukan sekali seumur hidup*, tapi dengan melakukan amalan dibawah ini Insya Allah kita akan mendapat pahala Ibadah haji bukan hanya sekali seumur hidup tapi *boleh jadi dalam sehari kita bisa mendapat pahala Haji berkali-kali setiap harinya*.

Apa saja amalan yang bisa membuat kita mendapat pahala Ibadah Haji berkali-kali setiap harinya.? Inilah amalan2 tersebut.

*1- SHALAT LIMA WAKTU BERJAMA’AH DI MASJID*

Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلاَةٌ عَلَى أَثَرِ صَلاَةٍ لاَ لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِى عِلِّيِّينَ

_Barangsiapa keluar dari rumahnya *dalam keadaan bersuci* menuju shalat wajib, maka pahalanya *seperti pahala orang yang berhaji*. Barangsiapa keluar untuk shalat Sunnah Dhuha, yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan (melakukan) shalat setelah shalat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang shalih)_.  (HR. Abu Daud, no. 558; Ahmad, 5: 268. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

_Yang harus diperhatikan dalam melakukan sholat berjamaah di masjid agar mendapat ganjaran seperti Ibadah Haji adalah : *Sebelum berangkat ke Masjid maka diri kita harus sudah dalam keadaan berwudhu alias dalam keadaan suci*. (Jangan lakukan wudhu ketika sudah berada dimasjid)_

*2- BERBAKTI PADA ORANG TUA (BIRRUL WALIDAIN)*

Banyak dari kita tidak menyadari bahwa berbakti kepada orangtua itu pahalanya seperti berhaji bahkan bukan hanya seperti berhaji tapi juga seperti berjihad di jalan Allah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

إِنِّي أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلا أَقْدِرُ عَلَيْهِ ، قَالَ : هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ : أُمِّي ، قَالَ : فَأَبْلِ اللَّهَ فِي بِرِّهَا ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ ، وَمُعْتَمِرٌ ، وَمُجَاهِدٌ ، فَإِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ فَاتَّقِ اللَّهَ وَبِرَّهَا

_Ada seseorang yang mendatangi Rasululah ﷺ dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah ﷺ bertanya padanya apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Ia jawab, ibunya masih hidup_.

Rasul pun berkata padanya, _Bertakwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah *seperti berhaji, berumrah dan berjihad*_. (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath 5/234/4463 dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman 6/179/7835. Ada nukilan dari At-Targhib 3/214 yang menyatakan bahwa sanad hadits ini jayyid –antara hasan dan shahih-. Lihat penjelasan Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah, no. 3195. 


*3- MENGHADIRI MAJELIS ILMU DI MASJID*

Ini juga paling sering disia-siakan oleh umat Muslim ketika selesai sholat berjamaah di Masjid  dan ada Kajian Ilmu maka cenderung jamaah langsung pulang. Alasannya bermacam-macam. Ada yang karena Ustadznya kurang menarik dalam memberikan Kajian atau themanya monoton dan bukan thema yang kekinian atau memang rasa malas lebih kuat terbentuk didalam dirinya.

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ

_Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan *mendapatkan pahala haji* yang sempurna hajinya_. (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 86 menyatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Di Jaman sekarang hampir setiap minggu selalu ada Kajian Ilmu Islam di Masjid2 disampaikan oleh para Ustadz2 yang Ilmunya sangat mumpuni. Hadirilah dan sempatkanlah waktu untuk mengikuti kajian  Ilmu islam tersebut , Insya Allah pemahaman agama kita akan lebih baik selain juga mendapatkan pahala seperti Ibadah Haji dan juga diberi kemudahan jalan menuju Surga.

مَن سلَك طريقًا يطلُبُ فيه عِلْمًا، سلَك اللهُ به طريقًا مِن طُرُقِ الجَنَّةِ

_Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga_ (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

*4- MELAKUKAN SHALAT ISYRAQ*

Ini mungkin sholat yang paling sulit untuk dilakukan mengingat ada rangkaian urutan tatacara yang harus dipenuhi dan bukan sekedar sholat dua rakaat saja.

Apa itu sholat Isyraq.? Mungkin diantara kita tidak banyak yang tahu. 

Menurut Syaikh Utsaimin : *_Sholat Isyraq adalah shalat yang dikerjakan setelah matahari meninggi satu tombak, sekitar lima belas menit setelah matahari terbit_*. Disebut demikian karena dikerjakan sesudah terbitnya matahari. 

Menurut Syaikh Utsaimin, Syaikh Ibnu Bazz, dan lainnya adalah Shalat Isyraq termasuk Shalat Dhuha itu sendiri.

Jadi Sholat Isyraq adalah Sholat Dhuha sedangkan Sholat Dhuha belum tentu merupakan Sholat Isyraq karena Sholat Dhuha yang dilakukan ketika matahari sudah mulai memanas sekitar Jam 10 Pagi bukan lagi termasuk sholat Isyraq. Jadi Sholat Isyraq adalah sholat yang dikerjakan sesudah matahari terbit dan dikerjakan di awal waktu Dhuha.

Untuk bisa melakukan Sholat Isyraq yang pahalanya disamakan dengan Ibadah Haji diperlukan beberapa persyaratan yaitu : 

a- Diawali dengan Shalat shubuh berjamaah di masjid
b- Setelah selesai sholat subuh tidak boleh beranjak (berdiam diri) dari tempat duduk waktu sholat subuh dilakukan dan melakukan dzikir atau membaca Al Qur’an atau membaca Kitab yang menambah Ilmu.
c- Ketika matahari sudah setinggi tombak (15 menit setelah matahari terbit) melakukan shalat dua raka’at (disebut shalat isyraq atau shalat Dhuha di awal waktu).

Dalil atas penjelasan tersebut adalah berdasarkan hadits dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda :

مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

_Barangsiapa yang mengerjakan *shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid*, lalu dia tetap *berdiam di masjid* sampai melaksanakan *shalat Sunnah Dhuha*, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna_. (HR. Thabrani. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 469 mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi atau shahih dilihat dari jalur lainnya)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

_Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka *ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh*. Beliau pun bersabda, Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna_. (HR. Tirmidzi, no. 586. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)


*5- Umrah di bulan Ramadhan*

Kalau Ibadah Umrah ini mungkin tidak semua orang mampu melakukannya, apalagi jika kita tinggal jauh dari Tanah Suci Makkah. Hanya orang2 yang memiliki kelebihan harta saja yang mampu melakukan Umrah setiap tahun.

Banyak dari kita kalangan umat Islam yang rajin melakukan Umrah di bulan Ramadhan walau dengan biaya yang tidak sedikit , dengan alasan agar mendapat Ganjaran Ibadah Haji *tapi anehnya* mereka justru mengabaikan Ibadah lain yang *lebih mudah dan tidak banyak mengeluarkan biaya* namun sebenaranya ganjarannya juga sama dengan Ibadah haji yaitu  :

(1).  _Selalu Menjaga Sholat Berjama’ah di Masjid_
(2). _Berbakti Kepada Orang tua_ , 
(3). _Mengikuti Kajian Ilmu di Masjid_ atau 
(4). _Melakukan Sholat Isyraq_.

Menurut hemat Penulis jika anda sudah pernah melakukan Ibadah Haji dan juga sudah pernah berumrah, akan lebih baik jika Ibadah Umrah yang kedua dan seterusnya diberikan kepada orang lain yang sama sekali belum pernah melakukan umrah namun memiliki keinginan untuk melakukan Umrah seperti Marbot Masjid atau Pengurus Masjid yang Tidak Mampu namun memiliki keikhlasan dalam menjaga dan memakmurkan masjid atau Karyawan anda yang baik akhlaknya dan memiliki kemauan untuk mendalami agama namun mengalami kesulitan keuangan untuk bisa menunaikan Ibadah Umrah.

Dengan meng-Umrah-kan orang lain , Insya Allah anda memberi kemudahan orang yang mengalami kesulitan untuk melakukan Ibadah Umrah dan Insya Allah pula akan dibalas oleh Allah , *anda akan selalu diberi kemudahan dalam segala urusan anda di dunia dan juga kelak di akhirat*, sebagaimana Sabda Baginda Rasulullah ﷺ :

وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ،

_Dan barangsiapa yang *memudahkan orang yang sedang kesulitan* niscaya akan Allah mudahkan baginya urusannya di dunia dan akhirat_. (Mutaffaq ‘Alaih - KItab Shahih Riyadhush Sholihin, Hadits No.250]

Adapun Hadit tentang ganjaran Umrah di Bulan Ramadhan adalah :

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ pernah bertanya pada seorang wanita,

مَا مَنَعَكِ أَنْ تَحُجِّى مَعَنَا

_Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji bersama kami ?_

Wanita itu menjawab, “Aku punya tugas untuk memberi minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya –ditunggangi suami dan anaknya-. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Lantas Rasulullah ﷺ bersabda,

فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ

_Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji_. (HR. Bukhari, no. 1782; Muslim, no. 1256).

Dalam lafazh Muslim disebutkan,

فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً

_Umrah pada bulan Ramadhan senilai dengan haji_. (HR. Muslim, no. 1256)

Dalam lafazh Bukhari yang lain disebutkan,

فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

_Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku_. (HR. Bukhari no. 1863).

*Mudah2an Amalan2 yang kami sebutkan diatas  No. 1 sd 4 bisa memotivasi (Targhib) diri ini untuk lebih giat untuk melakukannya dan tidak menyia-nyiakannya*. 

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.

_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.

_Jangan sia-siakan Ramadhan , betapa banyak Saudara dan Sahabat kita yang karena Takdirnya sudah dipanggil lebih dulu dan tidak bisa lagi menemui Ramadhan dan kitapun belum tentu tahun depan masih diberi kesempatan untuk bisa menemui Ramadhan_. 

*Salam*

Sunday, May 17, 2020

ORANG YANG DOA NYA MUSTAJAB

*ONE DAY ONE HADIST*

_SENIN  , 18 Mei 2020 / 25 Ramadhan 1441 H_

*ORANG YANG DOA NYA MUSTAJAB*

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

_Dan Rabbmu berfirman: *Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu*. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina_ [Al-Mu’min : 60].

Banyak orang yang tidak mau memanfaatkan kesempatan untuk berdoa pada kondisi2 tertentu , padahal boleh jadi seseorang itu tergolong yang mustajab doanya tetapi kesempatan baik itu banyak disia-siakan. Sebagai Muslim seharusnya kita memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdoa sebanyak mungkin baik memohon sesuatu yang berhubungan dengan dunia atau akhirat.

*Diantara Orang-Orang Yang Doanya Mustajab*

*1. Doa Seorang Muslim Terhadap Saudaranya Dari Tempat Yang Jauh* 

Dari Abu Darda’ bahwa dia berkata bahwasanya Nabi ﷺ bersabda. :

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُوْ لأَِخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوْكِلُ بِهِ آمِيْنَ وَلَكَ بِمِثْلِ

_Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata : *Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan*_. [Shahih Muslim, kitab Doa wa Dzikir bab Fadli Doa fi Dahril Ghalib].

Jika kita memiliki keluarga atau sanak saudara yang tinggalnya jauh dari kita , doakanlah selalu kebaikan kepada mereka , karena boleh jadi keberhasilan atau keselamatan mereka itu berkat doa yang kita panjatkan tanpa mereka ketahui.

*2. Orang yang Memperbanyak Berdoa Pada Saat Lapang Dan Bahagia*

 Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda :.

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَيَكْثُرُ الدَّعَاءَ فِى الرَّخَاءِ

_Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang_. [Sunan At-Tirmidzi, kitab Da’awaat bab Da’watil Muslim Mustajabah 12/274. Hakim dalam Mustadrak. Dishahihkan oleh Imam Dzahabi 1/544. Dan di hasankan oleh Al-Albani No. 2693].

Biasanya manusia berdo’a dengan khusyuk manakala ia mengalami kesulitan dan melupakan doanya manakala ia sedang dalam kondisi lapang atau bahagia. Tetaplah selalu berdoa dengan khusyuk walau dalam kondisi lapang dan bahagia karena manakala kita mengalami kesulitan maka doa yang kita panjatkan akan lebih mudah terkabul karena kebiasaan kita untuk selalu berdoa dalam kondisi apapaun.

*3. Orang Yang Teraniaya* 

Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda :

اِتَّقِ دَعْوةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

_Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)_. [Shahih Muslim, kitab Iman 1/37-38]

Ini sebuah peringatan bahwa : Jangan pernah menganiaya orang lain sekecil apapun bentuk aniaya tsb , karena boleh jadi orang yang merasa teraniaya tersebut akan mendoakan keburukan untuk kita yang kita sendiri tidak mengetahui doa mereka.

Terkadang Kesombongan diri kita dihadapan orang lain membuat orang lain tersebut merasa teraniaya dan berakibat orang yang merasa direndahkan karena kesombongan diri kita , akan mendoakan keburukan kepada diri kita.

*4 & 5. Doa Orang Tua Terhadap Anaknya Dan Doa Seorang Musafir*. 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda :

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

_Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan_ ; 
(1). _doa orang yang teraniyaya_; 
(2). _doa seorang musafir dan_ 
(3). _doa orang tua terhadap anaknya_.

[Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Do’a bi Dhahril Ghaib 2/89. Sunan At-Tirmidzi, kitab Al-Bir bab Doaul Walidain 8/98-99. Sunan Ibnu Majah, kitab Doa 2/348 No. 3908. Musnad Ahmad 2/478. Dihasankan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 596] 

*6. Doa Orang Yang Sedang Puasa* 

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda :

. ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَتُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ “

_Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir_. [Sunan Baihaqi, kitab Shalat Istisqa bab Istihbab Siyam Lil Istisqa’ 3/345. Dishahihkan oelh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 1797]. 

Ada kebiasaan orang tua jaman dahulu manakala anaknya akan menempuh ujian atau setelah lulus ingin mencari pekerjaan atau akan memiliki hajat , maka biasanya orang tua kita berpuasa. Sering kita meremehkan bahkan menyalahkan kebiasaan tsb yang dianggapnya tidak ada tuntunannya. Padahal ketika orang tua kita tersebut berpuasa , mereka ingin mendapatkan dua keutaman doa sekaligus agar cepat terkabul doanya yaitu : *Makbulnya Doa orang Tua kepada anaknya dan Makbulnya doa orang yang berpuasa*.

Mudah2an kita bisa memanfaatkan kondisi2 tersebut untuk kebaikan diri kita dengan banyak berdoa untuk kebaikan diri dan keluarga serta umat islam pada umumnya.

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.

_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.

_Jangan sia-siakan Ramadhan , betapa banyak Saudara dan Sahabat kita yang karena Takdirnya sudah dipanggil lebih dulu dan tidak bisa lagi menemui Ramadhan dan kitapun belum tentu tahun depan masih diberi kesempatan untuk bisa menemui Ramadhan_. 

*Salam*

*Catatan :*
_Adapun Doa-doa pada *Waktu2 Tertentu* dan pada *Tempat2 Tertentu* Insya Allah Akan kita bahas dalam lain kesempatan_.

Friday, May 15, 2020

TIGA HARI BERSAMA PENGHUNI SURGA

*ONE DAY ONE HADIST*

_Sabtu , 16 Mei 2020 / 23 Ramadhan 1441 H_

*TIGA HARI BERSAMA PENGHUNI SURGA*

Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda :

مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ

_Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlaq yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlaq mulia bisa mengalahkan derajat orang yang rajin puasa (sunah) dan rajin shalat (sunah)_. (HR. Tirmidzi no. 2134. Syaikh Al-Abani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih Al Jaami’ no. 5726.)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, “Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba beliau ﷺ bersabda : 

يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
*_Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga_*. 

Benar saja tak lama kemudian datang seorang laki-laki Anshar lewat di hadapan mereka. Dari penampilannya terlihat bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya dan tangan kirinya menenteng sandal.

Keesok harinya dihari kedua Nabi ﷺ bersabda lagi : Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga. Tak lama kemudian kemudian muncul lagi lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.

Dihari ketiga Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!!’ Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .

Peristiwa tersebut membuat salah seorang Sahabat Nabi yaitu *Abdullah bin Amr bin Ash* penasaran dengan laki-laki tersebut yang selama tiga hari selalu disebut oleh Baginda Nabi ﷺ sebagai Penghuni surga.

Akhirnya Abdullah bin Amr bin Ash pun berusaha mengetahui amalan apa yang telah dilakukan oleh laki-laki tersebut sehingga membuat laki-laki itu dikatakan Rasulullah ﷺ sebagai penghuni surga.

Ketika mendapat kesempatan , Abdullah bin Amr bin Ash pun mendekati laki-laki tersebut dan menyatakan keinginannya untuk bermalam selama tiga hari di rumah laki-laki tersebut dengan *_membuat alasan seolah-olah_* Abdullah bin Amr bin Ash sedang ada masalah dengan Ayahnya sehingga ia untuk sementara waktu ingin tinggal ditempat lain dan Abdullah bin Amr bin Ash minta izin laki-laki tersebut agar diperkenankan untuk tinggal di rumahnya.

Laki-laki tersebut rupanya tidak keberatan dengan keinginan dari Abdullah bin Amr bin Ash.

Setelah menginap dirumah laki-laki tersebut , Abdullah bin Amr bin Ash merasa heran karena dilihatnya *_ternyata laki-laki tersebut ketika malam hari tidak melakukan Qiyamul Lail. Hanya saja jika laki-laki tersebut terjaga dari tidurnya ia selalu membaca dzikir dan Takbir_* dan ketika menjelang Waktu Subuh ia mengambil air wudhu. Selain itu jika berbicara dengan laki-laki tersebut , Abdullah bin Amr bin Ash tidak pernah mendapati laki-laki tersebut berbicara kecuali *_isi pembicaraannya selalu hal2 yang baik-baik_*.

Setelah tiga hari menginap dirumah laki-laki tersebut , timbul dalam hati Abdullah bin Amr bin Ash yang meremehkan amalan laki-laki tersebut.

Tidak tahan dengan apa yang dilihatnya , Abdullah bin Amr bin Ash pun akhirnya berbicara jujur kepada Laki-laki tersebut.

Kata Abdullah bin Amr bin Ash : *_Wahai hamba Allah, Sebenaranya aku tidak ada masalah dengan ayahku , hanya saja aku mendengar Rasulullah ﷺ selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda : Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga. Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau_*. Hal itu membuat aku ingin ingin menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian ?

Laki-laki itupun menjawab :  

مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ
*_Tidak ada amalan yang aku kerjakan melainkan seperti apa yang telah kamu lihat selama ini_*.

Mendapat jawaban seperti itu , Abdullah bin Amr bin Ash pun pamit untuk meninggalkan rumah laki-laki tersebut.

Namun baru beberapa langkah meninggalkan rumah laki-laki tersebut , laki-laki tersebut memanggilnya dan berkata :

مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي غِلًّا لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، وَلَا أَحْسِدُهُ عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ

_Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja *aku tidak pernah mempunyai perasaan dendam kepada siapapun* diantara kaum muslimin dan juga *tidak pernah punya perasaan iri / dengki* terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya_.

Mendapat jawaban seperti itu , maka Abdullah bin Amr bin Ash pun berkata : 

هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ، وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ

*_Rupanya itulah amalan yang menyebabkan engkau mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya_*.

Kisah tersebut diatas dikutip dari Hadits yang diriwayatkan oleh : [1]. Al-Imam Ibnul Mubarak –rahimahullah– dalam Az-Zuhd wa Ar-Roqo’iq (hal. 241_242), cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, [2]. Ahmad dalam Al-Musnad (3/166), [3]. Abdur Rozzaq Ash-Shon’aniy dalam Al-Mushonnaf (20599), [4]. An-Nasa’iy dalam As-Sunan Al-Kubro(10633), [5]. Ibnus Sunni dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lail (no. 756), [6]. Al-Ashbahaniy dalam At-Targhib wa At-Targhib(2274), [7]. Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (6181 & 6182) dan yang lainnya dengan sanadnya sampai kepada Az-Zuhriy dari Anas bin Anas.

Al-Imam Al-Hafizh Nuruddin Al-Haitsamiy –rahimahullah- berkata tentang sanad hadits ini,
وَرِجَالُ أَحْمَدَ رِجَالُ الصَّحِيحِ، وَكَذَلِكَ أَحَدُ إِسْنَادَيِ الْبَزَّارِ
_Rijal-nya (rawi-rawinya) Ahmad adalah rawi-rawi Kitab Shohih. Demikian pula salah satu dari dua sanad Al-Bazzar_.”

Ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah tersebut yaitu berupa 3 Akhlak Mulia yang membuat orang tersebut dijamin masuk surga :
1. Jika berbicara selalu yang baik-baik.
2. Tidak pernah punya rasa dendam kepada siapapun.
3. Tidak pernah iri / dengki atas nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.

Sepintas mungkin akhlak seperti itu mudah dilakukan padahal Abdullah bin Amr bin Ash sendiri mengatakan betapa berat menjalani akhlak tsb.

Kisah tersebut juga memberi pelajaran kepada kita bahwa :  banyak jalan menuju surga dan betapa akhlak yang baik bisa mencapai derajat yang tinggi. Betapa Akhlak yang baik sangat Berat timbangannya dan *tidak ada amalan sunah yang lebih berat timbangannya dari akhlak yang baik*.

Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda :

مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ

_Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlaq yang mulia. Sesungguhnya *orang yang berakhlaq mulia bisa mengalahkan derajat orang yang rajin puasa (sunah) dan rajin shalat (sunah)*_. (HR. Tirmidzi no. 2134. Syaikh Al-Abani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih Al Jaami’ no. 5726.)

Dalam hadits lain bahkan Rasulullah ﷺ mengecam orang yang berakhlak buruk walau ia suka sholat malam dan puasa sunah.

يا رسول الله! إن فلانة تصلي الليل وتصوم النهار، وفي لسانها شيء تؤذي جيرانها. قال: لا خير فيها، هي في النار

_Ya Rasulullah, si Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya suka menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: *Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka*_.  (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad 88)

Mungkin kita tidak mampu berakhlak seperti laki-laki yang dikisahkan dalam hadits tersebu diatas. Jangan pernah putus asa. Jika kita karena kekhilafan melakukan kesalahan / dosa segera iringi dengan amal kebaikan, Insya Allah dosa tersebut akan terhapus dengan amal kebaikan yang kita lakukan.
 
اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

_Bertakwalah kepada Allah di manapun anda berada. Iringilah perbuatan dosa dengan amal kebaikan, karena kebaikan itu dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik_. (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia berkata: ‘hadits ini hasan shahih).

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.

_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.

_Jangan sia-siakan Ramadhan , betapa banyak Saudara dan Sahabat kita yang karena Takdirnya sudah dipanggil lebih dulu dan tidak bisa lagi menemui Ramadhan dan kitapun belum tentu tahun depan masih diberi kesempatan untuk bisa menemui Ramadhan_. 

*Salam*

Thursday, May 14, 2020

Meraih Naungan Allah di Yaumil Akhir

*ONE DAY ONE HADIST*

_Jum’at , 15 Mei 2020 / 22 Ramadhan 1441 H_

*Meraih Naungan Allah di Yaumil Akhir*

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

_Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi ﷺ , Beliau ﷺ bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya_ :

(1) _Imam yang adil_, 
(2) _Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh_, 
(3) _Seorang yang hatinya bergantung ke masjid_
(4) _Dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya_
(5) _Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh_.’ Dan 
(6) _Seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta_ 
(7) _Seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya_.”

[Hadits Shahih Riwayat : Al-Bukhari No. 660, 1423, 6479, 6806 dan Muslim No. 1031]

Dalam Hadits lain terdapat tambahan mengenai manusia yang kelak akan mendapat naungan Alah di hari kiamat kelak. (8 - pen)

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ

_Barangsiapa yang memberi kelonggaran kepada orang yang sedang kesulitan membayar hutang atau memutihkan hutang orang tersebut, niscaya Allah akan menaunginya dalam naungan Arsy-Nya (pada hari Kiamat)_.” (Hadits Shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 3006)

Kelak seluruh manusia sudah mati maka akan dibangkitkan lagi dan digiring serta dikumpulkan di Padang Masyahar. Ketika itu manusia dibangkitkan sesuai dengan Amal Sholehnya. 

Rasulullah ﷺ bersabda :

تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَاللهِ، مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيْلِ أَمَسَافَةَ اْلأَرْضِ أَمْ الْمِيْلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ، قَالَ : فَيَكُوْنُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا، وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ

Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi ﷺ  bersabda: _Sehingga *manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya* (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya_. Rasulullah ﷺ memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut beliau.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2864)

*_Yang menjadi pertanyaan kita selagi masih hidup didunia ini , kira2 dari delapan amalan tersebut diatas , apakah diri kita memiliki salah satu saja dari  amalan tersebut diatas.?_*

*No. 1* , Untuk jadi Pemimpin yang adil itu bukan pekerjaan mudah.Kelak banyak manusia menyesal ketika ia harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya.

Abu Dzarr berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِنِّى أَرَاكَ ضَعِيفًا وَإِنِّى أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِى لاَ تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْنِ وَلاَ تَوَلَّيَنَّ مَالَ يَتِيمٍ

“Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya aku melihatmu adalah orang yang lemah dan aku sangat senang memberikanmu apa yang aku senangi untuk diriku sendiri. Janganlah engkau menjadi pemimpin atas dua orang dan janganlah pula engkau mengurusi harta anak yatim.” (HR. Muslim no. 1826).

Dari Abu Dzarr pula, ia berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku kekuasaan?” Lalu beliau memegang pundakku dengan tangannya, kemudian bersabda :

يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا

_Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Dan kekuasaan itu adalah amanah, dan *kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan* , kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu_.” (HR. Muslim no. 1825).

*No. 2* , Kita2 yang sudah bukan Muda lagi , mungkin harus melihat set back kebelakang , apakah ketika dulu  muda kita termasuk pemuda yang *tumbuh dewasa dalam ketaatan beribadah kepada Allâh.?*  Kalau jawabannya *Ya* , bersyukurlah. Kalau jawabannya *Tidak* , berarati No. 2 bukanlah merupakan andalan amalan kita.

*No. 3* , Amalan ini mungkin masih bisa kita raih. Mumpung masih diberi umur oleh Allah , Berusahalah diri kita untuk istiqomah agar hati ini selalu terpaut dengan Masjid. Jagalah Sholat 5 Kali untuk selalu dilakukan di masjid. Insya Allah dengan itu kelak kita akan mendapat naungan dari Alah di Hari Kiamat.

*No. 4* , *ini juga bukan sebuah pekerjaan yang mudah*.

Imam an-Nawawi rahimahullah memasukkan hadits ini dalam kitabnya, Riyâdhush Shâlihîn pada bab “Keutamaan Cinta karena Allâh”. Mencinta seseorang hanya karena Allâh Azza wa Jalla adalah *cinta yang tidak dapat dinodai oleh unsur-unsur keduniaan, ketampanan, harta, kedudukan, fasilitas, suku, bangsa dan yang lainnya*. Akan tetapi dia melihat dan *mencintai seseorang karena ketaatannya dalam melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan kekuatannya dalam meninggalkan larangan-Nya*. Al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan : _Disebut dengan dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, di mana ia berpisah dan berkumpul karena-Nya, yaitu apabila *keduanya saling mencintai karena agama*, bukan karena yang lainnya. Dan cinta agama ini tidak putus karena dunia, baik dia berkumpul secara hakiki atau tidak, sampai kematian memisahkan keduanya_.

*No. 5* , *Ini mungkin paling berat* karena yang mengajak berzina bukan wanita sembarangan. Ia harus wanita yang *memiliki kedududkan dan juga cantik*. Pernah menemui wanita seperti itu dalam hidup anda.? Dan Iman anda kuat untuk menolak ajakannya dengan mengatakan : *Sesungguhnya aku takut kepada Allâh*.  Kalau pernah mengalami hal tersebut bersyukurlah karena hal itu bisa menjadi amalan anda yang kelak akan mendapat naungan Allah di hari Kiamat. 

Satu-satunya Manusia yang diabadikan oleh Allah pernah mengalami hal itu adalah Nabi Yusuf Alaihis Salam sebagaimana diabadikan dalam Surat Yusuf :

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

_Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya *menggoda Yusuf* untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan *dia menutup pintu-pintu*, seraya berkata: *Marilah ke sini*. Yusuf berkata: *Aku berlindung kepada Allah*, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung_. (QS. Yusuf: 23)

*No. 6* , *ini juga sebenarnya bukan pekerjaan yang mudah* karena butuh sifat yang jauh dari Riya dan Ujub . Betapa banyak kita melihat orang bersedekah namun ingin agar namanya diketahui oleh orang lain. Ikhlaskanlah Sedekah kita dan cukup Allah yang tahu setiap kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain. Mulai saat ini , Jika anda bersedekah , bersedekahlah secara sembunyi2 agar kelak anda mendapat naungan dari Allah di Yaumil Akhir.

*No. 7* , Berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya , *ini juga bukan pekerjaan yang mudah*. Dibutuhkan kesungguhan hati dan penyesalan atas dosa2 yang pernah dilakukan untuk bisa berdzikir sambil menangis. 

Para ulama mengatakan : Maksudnya adalah orang yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar menghayati, hingga air matanya menetes ketika menyendiri karena takutnya pada Allah. Dikatakan ia berdzikir seorang diri (ketika sepi) menunjukkan bahwa dzikir yang utama itu disembunyikan, karena lebih akan terjaga dari riya’. Betapa banyak kita lihat saat ini dengan Medsosnya , *orang yang terlihat suka berdzikir tapi setelah itu ia mengumumkan kepada khalayak bahwa dirinya baru saja berdzikir. Ia seperti sulit untuk menjauh dari sifat Riya dalam beribadah*.
 
Kalau anda selalu menangis kala berdzikir kepada Allah dan menjauhi sifat Riya, berbahagialah karena kelak anda  akan mendapat naungan dari Allah di Yaumil Akhir.

*No. 8* ini termasuk amalan yang sangat langka dilakukan oleh manusia. Biasanya jika kita punya Piutang maka kita cenderung akan menagihnya sampai orang yang berhutang melunasi hutangnya. Bahkan tidak jarang kita sering mendengar orang mengatakan : *Kalau engkau tidak bisa bayar sekarang maka saya akan tagih sampai diakhirat*.

Memang , yang memberi Hutang punya hak agar orang tsb melunasi hutangnya , tapi memberi kelonggaran atau justru memutihkan hutangnya karena yang berhutang orang yang tidak mampu ,  maka kelak amalan tsb bisa menjadikan kita mendapat naungan Allah di akhirat kelak.

Berbahagialah jika anda diberi kemudahan dan limpahan rezeki yang banyak oleh Allah , kemudian anda memberi kemudahan kepada orang-orang yang sudah tidak mampu membayar hutangnya . Insya Allah dengan itu kelak Allah akan memberi naungan di yaumil Akhir.

Jadi,… dari 8 golongan tersebut , kira2 mana amalan yang bisa menjadikan anda mendapat Naungan dari Allah di Yaumil Akhir.? Mungkin amalan No. 3 berupa Mentautkan Hati ini untuk selalu ke Masjid dan No. 6 Bersedekah secara diam2 masih bisa kita lakukan atau No. 8 dengan memberi kemudahan kepada orang yang masih memiliki hutang kepada kita dengan mengikhlaskan hutang tsb.

Semoga Allah menggolongkan kita masuk dalam salah satu dari delapan golongan di atas yang kelak akan mendapat naungan dari Allah Subhanallah wata’ala.

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.

_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.

_Jangan sia-siakan Ramadhan , betapa banyak Saudara dan Sahabat kita yang karena Takdirnya sudah dipanggil lebih dulu dan tidak bisa lagi menemui Ramadhan dan kitapun belum tentu tahun depan masih diberi kesempatan untuk bisa menemui Ramadhan_. 

*Salam*

Tuesday, May 12, 2020

Bersyukur Ketika Mendapat Kenikmatan

*ONE DAY ONE HADIST*

_Selasa, 12 Mei 2020 / 19 Ramadhan 1441 H_


*Bersyukur Ketika Mendapat Kenikmatan*


Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda :

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

_Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia *bersyukur*.  Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia *bersabar*. Itu pun baik baginya_. (HR. Muslim, no. 2999)

Hadits ini menggambarkan tentang dua sifat yang jika dimiliki seorang Muslim maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam menghadapi keadaan apapaun, yaitu sifat Syukur dan Sabar.
Jika mendapat kesenangan ia Bersyukur – Jika mendapat kesusahan ia Bersabar.

Abdullah bin Mas’ud berkata: _Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur_[Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab *_Uddatush shaabiriin_* (hal. 88).]

Syukur memang mudah diucapkan namun dalam prakteknya hanya sedikit manusia yang benar2 bersyukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepadanya.

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

_Dan sedikit dari hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur_. (Saba`: 13)

Kebanyakan manusia suka mengeluh dengan nikmat sedikit yang ia rasakan (terima) tapi melupakan nikmat lain yang ia tidak rasakan.

Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi ﷺ  bersabda :

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ

_Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak_.  (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667).

Bagaimana ia akan bisa bersyukur dengan nikmat yang banyak jika nikmat yang sedikit saja ia tak mampu syukuri.

Ia tidak bersyukur dengan nikmat yang sedikit karena *_ia hanya melihat kepada orang yang berada diatasnya dan tidak mau melihat orang2 yang dibawahnya_*. Padahal kalau ia mau melihat orang yang ada dibawahnya mungkin terlalu banyak nikmat yang telah ia terima sehingga tidak meremehkan nikmat yang telah Allah berikan kepada dirinya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu , Rasulullah ﷺ bersabda :

اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ. 

_Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, *agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu*_ [Hadits Shahîh. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6490), Muslim (no. 2963), at-Tirmidzi (no. 2513), dan Ibnu Majah (no. 4142)].

Seringkali kita memaknai Nikmat itu hanya berupa harta benda yang kita miliki. Ia tidak menyadari bahwa Kesehatan dan waktu luang adalah juga Kenikmatan yang harus disyukuri. Betapa banyak orang yang diberi harta banyak tapi tidak bisa menikmati harta yang ia miliki karena nikmat kesehatannya dicabut oleh Allah.

Nabi ﷺ bersabda :

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. *_Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah_*. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”  (Dinukil dari Fathul Bari, 11/230)

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

_Apabila kalian bersyukur, Aku sungguh-sungguh akan menambah kenikmatan bagi kalian dan sebaliknya bila kalian kufur nikmat maka sungguh azabku sangat pedih_. (Ibrahim: 7)

Allah tidak menyuruh kita untuk bersyukur ketika kita sudah diberi harta yang banyak , bahkan ketika Allah baru memberi *Pendengaran , Penglihatan dan Hati* , dengan ketiga nikmat itu saja Allah menyuruh Manusia agar Bersyukur. 

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

_Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu *pendengaran, penglihatan dan hati* , agar kamu bersyukur_. (QS. An-Nahl: 78).

Semoga Allah menjadikan kita Hamba yang selalu banyak bersyukur.

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.

_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.

_Jangan sia-siakan Ramadhan , betapa banyak Saudara dan Sahabat kita yang karena Takdirnya sudah dipanggil lebih dulu dan tidak bisa lagi menemui Ramadhan dan kitapun belum tentu tahun depan masih diberi kesempatan untuk bisa menemui Ramadhan_. 

*Salam*

BELUM DATANGKAH WAKTUNYA.?

*ONE DAY ONE HADITS*

Rabu , 13 Mei 2020 / 20 Ramadhan 1441 H

*BELUM DATANGKAH WAKTUNYA.?*

Dari Ibnu  Abbas ra , ia berkata : Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda :

عيْنَانِ لا تَمسُّهُمَا النَّارُ : عيْنٌ بكَت مِنْ خَشْيةِ اللَّهِ ، وعيْنٌ باتَت تحْرُسُ في سبِيلِ اللَّهِ

_Ada dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang berjaga di jalan Allah_. [HR : At Tirmidzi - Kitab Shahih Riyadhush Sholihin Hadits No. 1313]

Kisah dibawah ini saya kutip dan disarikan dari *Kitab Halu Salaf Ma’a Al Qur’an* Karya Syaikh Dr. Badar bin Nashir Al Badar (Sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan Judul Kisah Kaum Salaf bersama Al Qur’an). Al-Hafizh Adz-Dzahabiy juga mengisahkan tentang kisah ini didalam kitabnya Siyar A’lam An-Nubala.

Dahulu kala pada abad ke 2 Hijriah ada seorang pemuda yang kerjanya menjadi Perampok dan sangat ditakuti oleh Musafir yang membawa barang dagangan yang melewati jalur tempat pemuda itu melakukan operasi kejahatannya.

Saat menjelang malam ia melihat seorang gadis cantik yang menarik hatinya. Ia ikuti gadis itu sampai dirumahnya. Ketika Gadis tersebut masuk rumah , pemuda itu memanjat tembok rumah Sang gadis untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh Gadis tsb.

Ketika ia sedang memanjat tembok rumah terdengar sayup orang sedang melantunkan Ayat Suci Al Qur’an Surat Al Hadid : 16.

۞ أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ

_*Belumkah datang waktunya* bagi orang-orang yang beriman, untuk *tunduk hati mereka mengingat Allah* dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik_. (Al Hadid : 16).

Mendengar suara Lantunan Ayat tersebut, seketika badannya yang selama ini kokoh menjadi rapuh karena mendengar ayat tadi. Tak terasa air matanya meleleh membasahi pipinya.. Dia pun berkata dalam hatinya untuk menjawab pertanyaan Allah yang terdapat dalam ayat di atas, : *Benar Wahai Tuhan ku , saatnya memang sudah tiba*. Iapun mengurungkan niatnya dan ia pergi menjauh, lalu ia bermalam pada reruntuhan bangunan. Malam itu ia merenungi semua perbuatan maksiat yang pernah ia lakukan dan bertobat : *_Ya Allah, sungguh kini aku bertobat kepada-Mu dan aku jadikan tobatku berupa hidup di Baitullah_*.

Sejak itu ia mengubah jalan hidupnya. Ia isi hidupnya dengan terus mencari ilmu , selalu berusaha beramal sholeh dan beribadah kepada Allah. sampai ia dikenal dengan sebutan :  *Abidul Haromain* (عَابِدُ الْحَرَمَيْنِ), artinya *Ahli ibadah dua tanah suci (Makkah dan Madinah)*.

Setelah pertobatan itu , Pemuda tersebut menjadi orang yang lembut hatinya dan mudah menangis jika mendengar lantunan ayat suci Al Qur’an. 

Pemuda tersebut kelak menjadi seorang Ulama dan Muhaddits besar yang yang sangat disegani pada masanya. Orang itu bernama *Fudhoil bin Iyadh*. Kepada beliau pulalah kelak salah seorang Imam madzhab yang terkenal yaitu *Imam Syafi’i* (150 H/767 M - 204 H/820 M) berguru menimba ilmu kepada Fudhoil bin Iyadh. Beliau wafat pada tahun 187 H.

Dia kembali ke jalan yang benar dengan  mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya dimasa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. *_Berbahagialah orang-orang yang pernah melakukan kesalahan dalam menjalani hidupnya kemudian menyesali kesalahannya_* dengan membasahi matanya dengan air mata penyesalan. *_Mata seperti itu Insya Allah termasuk mata yang kelak tidak akan tersentuh oleh api neraka_*.

Fudhoil bin Iyadh juga masyhur dengan kata-kata mutiara nya yang indah , diantaranya :

_Rasa takut seorang hamba kepada Allah tergantung sejauh mana ia mengenal Allah , sedangkan kezuhudannya terhadap dunia tergantung sejauh mana ia menginginkan kebahagiaannya di akhirat_. (Kitab Halu Salaf Ma’a Al Qur’an Karya Syaikh Dr. Badar bin Nashir Al Badar)

_Jika engkau mampu untuk tidak dikenal, maka lakukanlah. Karena engkau tidak akan rugi walaupun tidak dikenal, dan engkau tidak rugi walaupun engkau tidak dipuji. Engkau tidak akan rugi walaupun engkau tercela di mata manusia, *asalkan di mata Allah engkau selalu terpuji*_. (Kitab At-Tawwabin Ibnu Qudamah : 1/208).

يَا مِسْكِيْنُ أَنْتَ مُسِيءٌ وَتَرَى أَنَّكَ مُحْسِنٌ وَأَنْتَ جَاهِلٌ وَتَرَى أَنَّكَ عَالِمٌ وَتَبْخَلُ وَتَرَى أَنَّكَ كَرِيْمٌ وَأَحْمَقَ وَتَرَى أَنَّكَ عَاقِلٌ أَجَلُكَ قَصِيْرٌ وَأَمَلُكَ طَوِيْلٌ

_Wahai sungguh kasihan engkau, engkau adalah orang yang buruk *namun engkau merasa bahwa engkau adalah orang yang baik*, engkau bodoh *namun engkau merasa seorang alim*, engkau pelit *namun engkau merasa dermawan*, engkau bodoh *namun engkau merasa pintar*. Sesungguhnya *ajalmu pendek sementara angan-anganmu terlalu panjang*_.  (Kitab As-Siyar 8/440 - Imam adz-Dzahabi). 

وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

_Dan *kembalilah engkau kepada Tuhanmu* , dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian engkau tidak dapat ditolong (lagi)_.  (Az Zumar: 54).

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

_Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang *apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka*, dan apabila dibacakan ayat-ayat Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal_. (Al Anfal  : 2)

Lalu bagaimana dengan diri kita sendiri ? *BELUM DATANGKAH WAKTUNYA.?*

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.

*Salam*

Sunday, May 10, 2020

RIYA , PENGHANCUR AMAL SHOLEH

*ONE DAY ONE HADIST*

_Senin, 11 Mei 2020 / 18 Ramadhan 1441 H_

*RIYA , PENGHANCUR AMAL SHOLEH*

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ. 

*Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda :*

_Sesungguhnya *manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid* di jalan Allah_. 

_Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya_. 

_Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu ?_ 

_Ia menjawab : *Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid*_. 

_Allah berfirman : *Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani*. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu)_. 

_Kemudian *diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka*_. 

_Berikutnya orang (yang diadili) adalah *seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an*_. 

_Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya_. 

_Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu ?_ 

_Ia menjawab: *Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau*_. 

_Allah berkata : *Engkau dusta !* Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan *engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari* (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)_.’ 

_Kemudian *diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka*_. 

_Berikutnya (yang diadili) adalah *orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda*. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya)_.

_Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu ?_ 

_Dia menjawab : *Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai*, melainkan pasti *aku melakukannya semata-mata karena Engkau*_.’ 

_Allah berfirman : *Engkau dusta !* Engkau berbuat yang demikian itu *supaya dikatakan seorang dermawan* (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)_.’ 

_Kemudian *diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka*_.’”

*Hadits ini diriwayatkan oleh :* 
_1. Imam Muslim, Kitabul Imarah, bab Man Qaatala lir Riya’ was Sum’ah Istahaqqannar (VI/47) atau (III/1513-1514 no. 1905)_. 
_2. An Nasa-i, Kitabul Jihad bab Man Qaatala liyuqala : Fulan Jari’, Sunan Nasa-i (VI/23-24), Ahmad dalam Musnad-nya (II/322) dan Baihaqi (IX/168)_.

Hadits tersebut memberikan pelajaran kepada kita agar dalam beramal sholeh harus benar-benar Ikhlas karena mengharapkan Ridho Allah.

Harus ada kesesuaian antara Hati dan Perbuatan. Ketika Perbuatan tidak sesuai dengan apa yang ada didalam Hati , boleh jadi unsur Riya masuk kedalam perbuatan tersebut.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ

_Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi ﷺ  telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi *Dia melihat kepada HATI dan amal kalian*_. [Hadits Shahih Imam Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Damihi Wa ‘Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, atau no. 2564 (33)].

Dalam hadits tersebut digambarkan tentang niat tersembunyi dalam hati dari orang2 yang melakukan amal sholeh : 
1. Orang yang Berjihad di jalan Allah sehingga orang mengatakannya Mati Syahid , padahal ia berjihad agar dikatakan sebagai orang yang gagah berani.
2. Orang yang menntut Ilmu dan mengajarkannya Al Qur’an seolah-olah karena Allah , padahal ia melakukan itu agar dikatakan Alim dan qori’.
3. Orang yang suka berinfaq dan bersedekah seolah-olah karena Allah padahal ia melakukan itu agar orang2 mengatakan bahwa dirinya Dermawan.

Luruskanlah niat kita dalam melakukan segala amal sholeh. Jangan campuri segala amal sholeh dengan bentuk2 ingin dipuji atau ingin diketahui oleh orang lain sehingga mengurangi keikhlasan kita dalam beribadah kepada Allah dan pada akhirnya segala amal sholeh tersebut menjadi sia-sia dimata Allah.

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, sabda Rasulullah ﷺ tentang : *Orang yang berperang* dan *Orang alim* serta *Orang Dermawan* yang mendapat siksa Allah ,  ialah karena *mereka mengerjakan demikian untuk selain Allah*. Dan dimasukkan mereka ke dalam neraka menunjukkan betapa *HARAMNYA RIYA*. dan keras siksaannya, serta diwajibkannya *IKHLAS* dalam seluruh amal.

Imam Bukhari di dalam Shahih-nya membuat bab Ar Riya’ was Sum’ah dengan membawakan hadits Nabi ﷺ :

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ . وَمَنْ يُرَائِيْ يُرَائِي اللهُ بِهِ

_Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya, dan barangsiapa beramal karena RIYA’, maka Allah akan membuka niatnya (di hadapan orang banyak pada hari Kiamat)_. [HR Bukhari no. 6499 dan Muslim no. 2987 dari sahabat Jundub bin Abdillah].

Begitu pentingnya Ikhlas dalam perbuatan , bahkan beberapa Ulama ketika menulis Kitab maka Bab pertama yang ditulis adalah tentang Bab Ikhlas. Ambil contoh :

1. Kitab *Targhib wa At Tarhib* Karya Imam Al Mundziri – Bab Pertama *Anjuran IKHLAS , Kejujuran dan Niat Yang Baik*.
2. Kitab *Riyadhus Sholihin* Karya Imam Nawawi – Bab Pertama *IKHLAS dan Niat Dalam segala Perilaku Kehidupan*.
3. Kitab *Al Adzkar* Karya Imam Nawawi – Bab Pertama *IKHLAS dan Niat Yang Baik Pada Amalan Lahitr Bathin*. 

Semoga Allah selalu menjaga Keikhlasan kita dalam Beribadah kepada Nya danMenjauhkan dari Perbuatan Riya.

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.

_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.

_Jangan sia-siakan Ramadhan , betapa banyak Saudara dan Sahabat kita yang karena Takdirnya sudah dipanggil lebih dulu dan tidak bisa lagi menemui Ramadhan dan kitapun belum tentu tahun depan masih diberi kesempatan untuk bisa menemui Ramadhan_. 

*Salam*