*ONE DAY ONE HADIST*
_Selasa , 5 Mei 2020 / 12 Ramadhan 1441 H_
MENJAUHI SIFAT UJUB (BANGGA DENGAN DIRINYA SENDIRI)
ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
*_Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri_*. (HR at-Thobroni dalam Al-Awshoth no 5452 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 1802).
Pengertian Ujub Secara bahasa (etimologi) , Ujub, berasal dari kata *_ajaba_*, yang ARTINYA *Kagum* atau *Takjub*. Ujub termasuk bentuk syirik kepada dirinya sendiri.
Ibnul Mubarok berkata, perasaan ‘ujub adalah ketika seseorang merasa bahwa dirinya mempunyai suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Menarik ungkapan Ibnu Taimiyyah rahimahullah tentang perbedaan Riya dan Ujub :
“Dan sering orang-orang menggandengkan antara riyaa’ dan ujub. *_Riyaa termasuk bentuk kesyirikan dengan orang lain_* (yaitu mempertujukan ibadah kepada orang lain-pen) adapun *_UJUB termasuk bentuk syirik kepada diri sendiri_* (yaitu merasa dirinyalah atau kehebatannyalah yang membuat ia bisa berkarya-pen). Ini merupkan kondisi orang yang sombong. Orang yang RIYA’ tidak merealisasikan firman Allah إيَّاكَ نَعْبُدُ *_Hanya kepada Mu lah kami beribadah_* , dan orang yang UJUB tidaklah merealisasikan firman Allah وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ *_Dan hanya kepada Mu lah kami memohon pertolongan_*”. Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah إيَّاكَ نَعْبُدُ maka ia akan keluar lepas dari riyaa’, dan barangsiapa yang merealisasikan firman Allah وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ maka ia akan keluar terlepas dari ujub” (Majmuu’ Al-Fataawaa 10/277).
Kisah dibawah ini kami ambil diambil dari kitab *Aina Nahnu Min Akhlaqis Salaf* yang merupakan karya *Syaikh Abdul Aziz B. Nashir Al Jalil*. Kisah ini merupakan pengalaman pribadi dari *Muhammad bin Mukandir* atau biasa disebut Ibnu Mukandir. Ia seorang Tabiin yang meninggal tahun 747 M.
Saat itu Rasulullah s.a.w telah wafat. Penduduk kota Madinah mendapat ujian dari Allah berupa musim paceklik dimana hujan yang sangat diharapkan oleh penduduk Madinah tidak kunjung turun. Penduduk kota Madinah sepakat untuk melakukan Sholat Istisqo’ ( Sholat minta hujan ). Namun ikhtiar yang dilakukan tersebut ternyata juga tidak membawa hasil yang diharapkan.
Malam itu seperti biasa Ibnul Mukandir Sholat Isya di Masjid Rasulullah (Masjid Nabawi). Selesai Sholat ia istirahat disalah satu sudut masjid dengan menyandarkan tubuhnya pada tiang masjid. Tiba-tiba datang seorang pria berkulit hitam (Suku Afrika) berdiri dekat tiang dimana Ibnul Mukandir sedang beristirahat.
Rupanya orang hitam itu tidak mengetahui kalau Ibnul Mukandir sedang bersandar dibalik tiang tersebut. Kemudian laki-laki tersebut sholat dua raka’at lalu duduk dan berdo’a :
*_Ya Rabbi,…Para penduduk Madinah kota Nabi-Mu banyak yang keluar meminta hujan, namun Engkau tidak juga mencurahkan hujan. Kini aku bersumpah atas nama-Mu, turunkanlah hujan_*.
Mendengar orang tersebut berdo’a minta hujan, Ibnul Mukandir tersenyum dan bergumam : *Jangan-jangan orang ini gila*. Tatkala laki-laki itu selesai berdo’a, tiba-tiba terdengar suara guntur diikuti dengan hujan yang turun dengan derasnya. Begitu hujan turun laki-laki hitam itu rupanya juga terheran dan iapun langsung memuji Allah serta berkata : *Ya Allah…Aku ini siapa.? Apa kedudukanku .? Sehingga Engkau kabulkan do’aku*. Setelah itu rupanya laki-laki itu tetap berdiam di masjid untuk ber i’tikaf, tengah malam ia melakukan sholat Tahajud seperti yang biasa dilakukan orang lain. Ketika dikumandangkan Iqomah sholat Subuh, ia pun turut sholat berjama’ah sebagai makmum dan Ibnul Mukandir turut pula berjamaah.
Selesai sholat subuh ketika laki-laki hitam itu keluar masjid, Ibnul Mukandir merasa penasaran dengan pribadi orang yang berkulit hitam tersebut. Ia ikuti untuk mengetahui dimana laki-laki hitam itu tinggal, tetapi rupanya kegelapan subuh masih menyelimuti sehingga Ibnul Mukandir kehilangan jejak.
Pada malam kedua ternyata lelaki hitam itu datang lagi ke Masjid Nabawi ditempat yang sama ketika Ibnul Mukandir bersandar pada tiang masjid melaksanakan ibadah rutinnya sampai selesai sholat subuh. Selesai sholat subuh, diikuti kembali lelaki itu sampai akhirnya Ibnul Mukandir mengetahui tempat tinggal lelaki hitam tersebut.
Setelah mengetahui rumah laki-laki itu, Ibnul Mukandir kembali ke masjid. Setelah terbit matahari dan selesai melaksanakan Sholat Dhuha, Ibnul Mukandir kembali pergi kerumah laki-laki hitam tersebut untuk sekedar bersilaturahim.
Betapa kagetnya Ibnul Mukandir ketika sampai didepan rumah laki-laki hitam tersebut ia sedang duduk didepan rumah sambil menjahit sepatu. Ternyata ia hanya seorang *Tukang Sepatu*.
Ketika ia melihat Ibnul Mukandir berdiri didepannya ternyata laki-laki hitam itu mengenal Ibnul Mukandir dan langsung menyapa : *_Selamat datang wahai Ibnul Mukandir. Apa ada yang bisa saya bantu..? Apakah anda ingin saya buatkan sepatu.!_* - Ibnul Mukandir segera duduk dan tanpa basa basi berkata : *Bukankan engkau orang yang menjadi teman dudukku ketika engkau berdo’a minta hujan di Masjid Rasulullah.?*
Mendengar ucapan itu tiba-tiba laki-laki hitam itu berubah wajahnya menunjukkan ketidaksukaan kepada Ibnul Mukandir, rupanya ia tahu maksud arah pembicaraan Ibnul Mukandir. Ia tidak suka perbuatannya malam itu disebut-sebut oleh Ibnul Mukandir. Tukang sepatu itu berkata: *Wahai Ibnul Mukandir, apa urusanmu dengan peristiwa itu.!* Ibnul Mukandir segera menyadari atas kemarahan lelaki itu dan iapun segera pergi meninggalkan tukang sepatu tersebut.
Pada malam ketiga ketika Ibnul Mukandir Sholat Tahajud di Masjid Nabawi ternyata ia tidak menemui tukang sepatu itu Sholat Tahajud sebagai mana biasa ia temui. Ibnul Mukandir berguman : *Inna lillahi,…apa yang telah aku perbuat sehingga ia sekarang tidak mau lagi datang ke Masjid Rasulullah*.
Pagi harinya setelah waktu dhuha Ibnul Mukandir pergi kerumah tukang sepatu tersebut untuk mengetahui apa gerangan yang menyebabkan ia tidak lagi datang ke Masjid Rasulullah. Ketika sampai didepan rumah tukang sepatu itu ternyata didapati pintunya terbuka serta sudah tidak berpenghuni lagi.
Ibnul Mukandir termanggu…tiba-tiba datang seseorang yang ternyata pemilik rumah yang rumahnya disewa oleh tukang sepatu itu serta bertanya : *_Wahai Ibnul Mukandir,..apa yang terjadi antara anda dengan dirinya kemarin.?_* Ibnul Mukandir balik bertanya : *_Apa yang terjadi dengan dirinya.? Pemilik rumah itupun menyahut : *_Ketika engkau pergi meninggalkan ia kemarin, ia langsung membentangkan kainnya dan membungkus semua barang-barangnya dan pergi tanpa memberitahu kemana tujuannya_*.
Atas peristiwa itu Ibnul Mukandir selama beberapa hari mencari tukang sepatu itu namun tidak menemukan dimana laki-laki itu sekarang berada. Ibnul Mukandir menyesal ia hanya bisa berdo’a : *_Semoga Allah merahmatinya_*.
Kisah tersebut membuat kita banyak mengambil pelajaran dan hikmah.
*Pertama* , terkabulnya do’a bukan terletak dari kwantitas banyaknya orang yang berdo’a tapi dari kwalitas orang yang berdo’a.
Banyak yang berdo’a tapi manusia yang berdo’a tidak berkwalitas, maka do’a itu seperti awan yang ditiup angin. Sebaliknya, hanya seorang yang berdo’a tapi ia berkwalitas, Insya Allah akan didengar do’anya oleh Allah.
*Kedua* , jangan memandang remeh manusia hanya karena penampilan fisiknya atau pekerjaannya. Sejarah islam mencatat tentang manusia yang dari segi penampilan tidak meyakinkan namun kemuliaannya jauh melebihi dari orang yang penampilan fisiknya lebih sempurna.
*Ketiga* , orang-orang salaf yang masa hidupnya lebih dekat dengan masa kehidupan Rasulullah amat menghindari dari Sifat Popularitas karena khawatir dirinya akan tergelincir kedalam Sifat Ujub – ( Membanggakan dirinya sendiri ), yang akan membawa dirinya mempunyai Sifat Riya (Selalu Ingin dipuji ) dan akhirnya terjerumus kedalam Sifat Takabur (Sombong). Manusia Jaman itu selalu ingin menyembunyikan kebaikannya atau Ibadahnya dan tidak mau memamerkan Ibadahnya kepada orang lain baik secra halus apalagi secara terang2an.
Mengenai sifat Takabur ( Sombong ) ini Rasulullah ﷺ didalam Hadits Riwayat Muslim menegaskan :
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
*Sombong itu menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain*. (HR. Muslim 2749)
Al Qur’an mencatat, Iblis adalah mahluk yang pertama kali memiliki Sifat Takabur, ketika ia menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam karena menganggap dirinya lebih baik dari Adam dengan argumentasinya yg diabadikan dalam Al Qur’an, Surat Al A’roof : 12
أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ
_Aku lebih baik dari dia , karena Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia ( Adam ) Engkau ciptakan dari tanah_.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
_(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; *ia enggan dan takabur* dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir_. (QS. al-Baqarah: 34).
Sebagai penutup, ada baiknya kita renungkan definisi Takabur menurut Ibnu Hajar Al Asqolani didalam kitab Nashoihul Ibad : *Memandang dirinya hebat dan memandang orang lain tidak ada apa-apanya*.
Jika kita kebetulan dikaruniai Kekayaan , Kedudukan , Ilmu atau apa saja yg melekat pada diri kita dan dengan itu kita merasa Bangga/Ujub kemudian kita memandang remeh orang statusnya dibawah kita, Mungkin kita sudah memiliki setitik Sifat Takabur / Sombong.
اللّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ
*Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta*
*_Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau_* (HR. Muslim no. 771).
Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.
_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.
_Jangan sia-siakan Ramadhan , betapa banyak Saudara dan Sahabat kita yang karena Takdirnya sudah dipanggil lebih dulu dan tidak bisa lagi menemui Ramadhan dan kitapun belum tentu tahun depan masih diberi kesempatan untuk bisa menemui Ramadhan_.
Salam
No comments:
Post a Comment