*ONE DAY ONE HADIST*
_Senin, 11 Mei 2020 / 18 Ramadhan 1441 H_
*RIYA , PENGHANCUR AMAL SHOLEH*
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ.
*Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda :*
_Sesungguhnya *manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid* di jalan Allah_.
_Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya_.
_Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu ?_
_Ia menjawab : *Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid*_.
_Allah berfirman : *Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani*. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu)_.
_Kemudian *diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka*_.
_Berikutnya orang (yang diadili) adalah *seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an*_.
_Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya_.
_Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu ?_
_Ia menjawab: *Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau*_.
_Allah berkata : *Engkau dusta !* Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan *engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari* (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)_.’
_Kemudian *diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka*_.
_Berikutnya (yang diadili) adalah *orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda*. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya)_.
_Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu ?_
_Dia menjawab : *Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai*, melainkan pasti *aku melakukannya semata-mata karena Engkau*_.’
_Allah berfirman : *Engkau dusta !* Engkau berbuat yang demikian itu *supaya dikatakan seorang dermawan* (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)_.’
_Kemudian *diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka*_.’”
*Hadits ini diriwayatkan oleh :*
_1. Imam Muslim, Kitabul Imarah, bab Man Qaatala lir Riya’ was Sum’ah Istahaqqannar (VI/47) atau (III/1513-1514 no. 1905)_.
_2. An Nasa-i, Kitabul Jihad bab Man Qaatala liyuqala : Fulan Jari’, Sunan Nasa-i (VI/23-24), Ahmad dalam Musnad-nya (II/322) dan Baihaqi (IX/168)_.
Hadits tersebut memberikan pelajaran kepada kita agar dalam beramal sholeh harus benar-benar Ikhlas karena mengharapkan Ridho Allah.
Harus ada kesesuaian antara Hati dan Perbuatan. Ketika Perbuatan tidak sesuai dengan apa yang ada didalam Hati , boleh jadi unsur Riya masuk kedalam perbuatan tersebut.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
_Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi ﷺ telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi *Dia melihat kepada HATI dan amal kalian*_. [Hadits Shahih Imam Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Damihi Wa ‘Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, atau no. 2564 (33)].
Dalam hadits tersebut digambarkan tentang niat tersembunyi dalam hati dari orang2 yang melakukan amal sholeh :
1. Orang yang Berjihad di jalan Allah sehingga orang mengatakannya Mati Syahid , padahal ia berjihad agar dikatakan sebagai orang yang gagah berani.
2. Orang yang menntut Ilmu dan mengajarkannya Al Qur’an seolah-olah karena Allah , padahal ia melakukan itu agar dikatakan Alim dan qori’.
3. Orang yang suka berinfaq dan bersedekah seolah-olah karena Allah padahal ia melakukan itu agar orang2 mengatakan bahwa dirinya Dermawan.
Luruskanlah niat kita dalam melakukan segala amal sholeh. Jangan campuri segala amal sholeh dengan bentuk2 ingin dipuji atau ingin diketahui oleh orang lain sehingga mengurangi keikhlasan kita dalam beribadah kepada Allah dan pada akhirnya segala amal sholeh tersebut menjadi sia-sia dimata Allah.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, sabda Rasulullah ﷺ tentang : *Orang yang berperang* dan *Orang alim* serta *Orang Dermawan* yang mendapat siksa Allah , ialah karena *mereka mengerjakan demikian untuk selain Allah*. Dan dimasukkan mereka ke dalam neraka menunjukkan betapa *HARAMNYA RIYA*. dan keras siksaannya, serta diwajibkannya *IKHLAS* dalam seluruh amal.
Imam Bukhari di dalam Shahih-nya membuat bab Ar Riya’ was Sum’ah dengan membawakan hadits Nabi ﷺ :
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ . وَمَنْ يُرَائِيْ يُرَائِي اللهُ بِهِ
_Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya, dan barangsiapa beramal karena RIYA’, maka Allah akan membuka niatnya (di hadapan orang banyak pada hari Kiamat)_. [HR Bukhari no. 6499 dan Muslim no. 2987 dari sahabat Jundub bin Abdillah].
Begitu pentingnya Ikhlas dalam perbuatan , bahkan beberapa Ulama ketika menulis Kitab maka Bab pertama yang ditulis adalah tentang Bab Ikhlas. Ambil contoh :
1. Kitab *Targhib wa At Tarhib* Karya Imam Al Mundziri – Bab Pertama *Anjuran IKHLAS , Kejujuran dan Niat Yang Baik*.
2. Kitab *Riyadhus Sholihin* Karya Imam Nawawi – Bab Pertama *IKHLAS dan Niat Dalam segala Perilaku Kehidupan*.
3. Kitab *Al Adzkar* Karya Imam Nawawi – Bab Pertama *IKHLAS dan Niat Yang Baik Pada Amalan Lahitr Bathin*.
Semoga Allah selalu menjaga Keikhlasan kita dalam Beribadah kepada Nya danMenjauhkan dari Perbuatan Riya.
Selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan.
_Semoga Ibadah Ramadhan kali ini akan menjadi *Ibadah Ramadhan terbaik* yang bisa kita lakukan selama dalam hidup kita_. Aaaamiiin.
_Jangan sia-siakan Ramadhan , betapa banyak Saudara dan Sahabat kita yang karena Takdirnya sudah dipanggil lebih dulu dan tidak bisa lagi menemui Ramadhan dan kitapun belum tentu tahun depan masih diberi kesempatan untuk bisa menemui Ramadhan_.
*Salam*
No comments:
Post a Comment